Sebagai pemilik kulit acne prone, masalah yang dihadapi itu nggak cuma satu aja, tapi ada beberapa dan rentetan biasanya. Ya jerawatnya, ya merah karena jerawat, ya bekasnya setelah jerawat hilang :") Makanya kalau ada yang bilang udah frustrasi sama jerawat tuh ya nggak salah juga karena memang kalau kulit udah tumbuh jerawat, yang harus dilakuin tuh banyak. Untungnya sekarnag kalau untuk mentackle jerawat aku udah ada produk andalan sendiri. Cuma kalau buat bekasnya memang masih dalam masa pencarian. Nah di sini aku berkesempatan untuk cobain produk-produk dari Clinelle WhitenUp series yang fokusnya memang untuk mencerahkan kulit terutama buat hyperpigmentation. Series WhitenUp ini ada banyak sebenarnya produknya, tapi yang aku cobain ada 4 aja; cleanser, toner, essence, sama spot treatmentnya (serum). Aku bakal bahas satu-satu produknya sesuai urutan pakainya ya.
Clinelle WhitenUp series ini diformulasikan dengan teknologi terdepan anti-photoaging yang mampu melindungi kulit dari penuaan dini akibat paparan radiasi sinar UV. Mengandung 3 bahan utama:
- Ekstrak Japanese Purple Rice — Meningkatkan kemampuan vitamin C dalam mencerahkan, mengencangkan, dan melembabkan
- Vitamin C — Merupakan antioksidan yang baik dalam mengembalikan tekstur kulit dan mencerahkan warna kulit
- Ekstrak bunga Daisy — Dapat membantu mengurangi pigmentasi, kulit kusam, dan meratakan warna kulit
BACA JUGA: Pratista Derma Pure Gel Treatment Review
CLINELLE WHITENUP BRIGHTENING CLEANSER
Jadi yang pertama aku mulai dulu dari cleansernya. Cleanser ini diformulasikan tanpa SLS, which I super love karena kulitku paling sensitif sama SLS. Kalau kena cleanser dengan SLS pasti nanti langsung dehidrasi dan kalau udah dehidrasi kalian bisa tebak sendiri, jerawat bakal mulai bermunculan. Makanya kenapa aku sebisa mungkin pilih cleanser yang nggak mengandung SLS dan untungnya Clinelle ini juga udah tanpa SLS.
Tekstur produknya lumayan heavy sih, dan dia rasanya kayak tipikal gel cleanser pada umumnya aja, agak licin dan makan waktu buat dibilas tapi buatku hal itu nggak pernah jadi masalah karena dengan begitu kulitku jadi nggak dehidrasi. Rasanya enak banget di muka, tapi aku perhatiin kayaknya daya bersih cleanser ini kurang oke deh. Soalnya aku pasti suka ngetes setelah double cleansing ini mukaku udah bersih apa belum pakai toner dan kapas, dan kalau pakai cleanser Clinelle ini aku masih suka lihat ada sisa kotoran yang menempel. Agak disayangkan sih karena aku suka sama cleanser yang nggak bikin kering di kulit tapi pada akhirnya sebuah cleanser harus bisa membersihkan kulit dengan baik.
BACA JUGA: Harlow All Day Glow Cream Review
CLINELLE WHITENUP BRIGHTENING TONER
Setelah pakai cleanser, dilanjut sama tonernya. Tonernya ini datang dalam bentuk udah ada sprayernya jadi enak banget buat yang suka buru-buru atau mageran karena nggak perlu tuang-tuang ke tangan, tinggal semprot aja habis itu selesai. Toner begini juga cocok buat dibawa kemana-mana karena gampang diaplikasikan on the go. Buat yang suka pakai toner dulu sebelum reapply sunscreen, toner seperti ini bisa jadi pilihan kamu buat dibawa pergi.
Semprotannya itu sendiri lumayan oke, nggak nyemprot di satu arah dan bikin kaget, mistnya lumayan halus. Cuma aku nggak pandai menakar berapa banyak spray yang aku butuhkan buat full satu muka, jadi jatuhnya malah cepat habis dan boros karena banyak spray yang kebuang. Makanya setelah beberapa kali percobaan akhirnya aku akalin dengan spray aja ke tangan atau kapas kayak biasa. Jadi agak nggak guna ya ada spray wkwk tapi aku merasa lebih nyaman gitu sih.
In terms of its hydrating effect, menurutku biasa aja. Kalau aku punya kulit yang kering sekaligus dehidrasi, kayaknya aku bakal butuh sesuatu yang lebih dari ini. Untungnya kulitku tipe yang berminyak, walaupun dehidrasi. Jadinya toner ini aja masih bisa mencukupi tapi itu juga harus diboost dengan hydrating product lainnya, kalau cuma mengandalkan toner ini nggak akan cukup di aku. Salah satu trik yang aku pakai juga dengan toner ini adalah menjadikan dia untuk moisture sandwich. Jadi tiap habis ngelayer dengan suatu produk, aku spray mukaku pakai toner ini buat memastikan kulit tetap lembab karena kulit yang lembab membantu penetrasi produk lebih baik kan.
CLINELLE WHITENUP BRIGHTENING SERUM
Habis pakai toner aku lanjut pakai serumnya. Iya, aku pakai serumnya dulu baru essence karena setelah lihat tekstur kedua produk, ternyata serumnya lebih ringan dibanding essence. Aku selalu pakai produk dengan urutan dari yang paling ringan ke yang paling berat makanya aku dahulukan serum di sini. Tekstur serumnya seperti gel lotion, dan ini kayaknya produk terfavorit dari lini Clinelle WhitenUp yang aku cobain karena efek melembabkannya enak banget! Serumnya ini sendiri punya klaim buat mencerahkan kulit dan menyamarkan garis halus serta kerutan. Cuma satu yang jadi kekurangannya sih entah kenapa pumpnya agak aneh, tiap mau ngeluarin produknya pasti produknya muncrat jauh huhu. Nggak tahu ini botolku aja apa yang lain juga mengalami hal yang sama :(
CLINELLE WHITENUP BRIGHTENING SPOT CORRECTOR ESSENCE
Nah kalau ini baru essencenya yang sebetulnya lebih seperti spot treatment menurutku karena anjuran pakainya dia untuk area yang memang bermasalah aja atau area yang ada hyperpigmentationnya. Teksturnya juga hampir sama sih dengan serumnya, cuma lebih berat aja, dan dari segi warna juga lebih pekat. Dia gampang menyerap di kulit, nggak berat, nggak meninggalkan rasa lengket juga, dan yang aku suka ya dia nggak pilling. Aku udah paling males kalau ada produk yang pilling apalagi udah di tengah-tengah skincare routine karena rasanya pengen ngulang aja deh wkwkwk. Tapi untungnya essence ini nggak pilling.
KESIMPULAN
Buat yang belum tahu, tipe kulitku ini berminyak, dan setelah mencoba langsung semua produk ini, aku nggak merasakan ada ketidaknyamanan di kulit. Nggak ada produk yang rasanya terlalu heavy di kulit, nggak ada produk yang bikin kulit pengap atau gerah, dan semua produk bisa digunakan baik pagi ataupun malam hari. Aku sendiri pakai mereka di kedua waktu buat mencapai hasil yang lebih maksimal. Meskipun aku bilang tonernya kurang menghidrasi, tapi serum dan essencenya bisa menutupi kekurangan dari toner tersebut jadi menurutku it's a fair game. Kalau tonernya terlalu berat malah bisa jadi nggak nyaman di kulit waktu dilayer dengan produk selanjutnya.
Selama 10 hari pemakaian rangkaian Clinelle WhitenUp series ini, aku sih belum melihat ada perbedaan yang benar-benar wah, cuma memang kelihatan ada progress terutama kulit yang tadinya banyak kemerahan udah berkurang jauh banyak. Menurutku untuk waktu yang lumayan singkat progressnya udah sampai segini tuh udah sangat mendingan sih karena kita semua tahu yang namanya bekas jerawat itu ngilanginnya susah bukan main, apalagi ini baru dipakai 10 harian belum ada sebulan. Aku bakal lanjut terus pakai produknya buat lihat lebih jauh progressnya gimana.
Behold, the 5 horsemen of the acne apocalypse! Kalian yang udah ikutin aku dari lama pasti udah tahu lah ya kalau sebenarnya dulu aku nggak pernah jerawatan, hampir nggak pernah. Kalaupun muncul, pasti cuma satu dua hari aja dan cuma satu jerawat aja di satu tempat. Tanpa pakai produk khusus apapun, jerawatnya bisa hilang gitu aja. Eh tapi sejak tahun 2017, tiba-tiba aja kulitku berubah jadi acne prone tanpa sebab yang aku ketahui. Benar-benar aku kayak ngalamin puber terlambat, di mana jidat dan alisku dipenuhi sama alis. Sejak saat itu, aku jadi benar-benar ngasih extra care buat kulit mukaku karena usai sudah masa-masa kulit tahan banting, sekarang aku nggak bisa sembarangan pakai produk lagi :")
Setelah malang melintang explore dunia skincare, aku berhasil mengumpulkan beberapa produk yang jadi andalanku ketika jerawat melanda. Dan hari ini aku memutuskan buat share produk apa aja itu ke kalian! Tentunya produk-produk ini belum tentu bisa menyelesaikan semua permasalahan jerawat karena gimanapun juga, faktor penyebab jerawat itu macam-macam dan nggak bisa digeneralisir. Satu orang dengan orang lainnya bisa aja penyebabnya beda. Kalau aku sendiri, dari yang selama ini aku perhatiin, biasanya aku jerawatan kalau kulitku dehidrasi. Pokoknya dehidrasi sedikit aja, jerawat langsung muncul. Bisa juga karena aku terlalu keras menghantam kulit pakai terlau banyak actives dalam waktu singkat.
Kebetulan semua produk yang ada di foto udah pernah aku review sebelumnya jadi kalian bisa cek satu-satu kalau mau baca lebih lengkapnya:
- COSRX Low pH Good Morning Gel Cleanser — Musuh dari kulit yang dehidrasi adalah produk yang bikin kering. Makanya aku membiasakan kulitku kenal sama cleanser yang nggak bikin kulit semakin kering atau punya finish kesat. COSRX Low pH adalah sabun muka dengan tekstur gel dan formula gentle pertama yang aku kenalkan ke kulit. Begitu kenal sama dia, semua jerawatku langsung hilang. Produk ini juga yang mengajarkanku kalau sabun muka yang bikin kesat itu justru kurang bagus di kulit dehidrasi
- Jumiso Have A Good Cream — Salah satu produk yang benar-benar bisa diandalkan ketika jerawatku lagi merah-merahnya. Kalau lagi apes memang jerawatku bisa bertengger lama banget, dalam kondisi yang raging red kayak lagi marah gitu :") Makanya kadang aku butuh produk yang bisa bikin jerawat lebih kalem lah seenggaknya untuk beberapa waktu sambil nunggu jerawatnya mengecil sendiri
- Elsheskin Radiant Skin Serum — Nah kalau yang ini udah jadi senjata utama buat melawan bekas jerawat. Kayaknya aku udah ngehype dia terlalu sering soal kemampuannya yang memang oke banget. Buat teman-teman yang juga struggling sama bekas jerawat bisa banget cobain serum ini. Seminggu pemakaian aja udah kelihatan langsung hasilnya
- Pratista Derma Pure Gel Treatment — Ini produk yang baru-baru ini masuk daftar skincare holygrail aku terutama buat menghandle jerawat. Benar-benar nggak paham lagi sama dia, baru kali ini ketemu spot treatment yang bisa untuk jerawat sekaligus bekasnya. Dan nggak butuh waktu lama juga buat lihat efeknya bekerja di kulit. Sejak ketemu spot treatment ini aku udah nggak ada ketakutan lagi kalau misal tiba-tiba muncul jerawat. Pratista to the rescue!
- By Wishtrend Mandelic Acid 5% Toner — Ini juga udah bukan rahasia lagi betapa cintanya aku sama toner ini. Karena bukan cuma jerawat aja yang bisa dia handle, tapi juga overall skin texture. Sejak kenal sama toner By Wishtrend ini, aku udah nggak lagi pusing mikirin tekstur kulit yang ketara banget, pakai make-up jadi lebih pede karena kelihatan flawless. Buat jerawat dan bekas jerawat juga bisa, it's such an all around product yang wajib ada di staple aku
Semua produk ini bakal jadi staple di skincare stash aku karena mereka benar-benar berhasil jadi penyelamat buat kulitku ketika jerawat melanda. Nah sekarang gantian dong kalian yang racunin aku sama skincare andalan kalian buat melawan jerawat, sekaligus bekasnya :D
Haloo, apa kabar semuanya? Berasa lama banget udah nggak nulis di blog, terakhir ngepost itu seminggu yang lalu :") Aku memang lagi hectic sih sama urusan nyari kerja heheh, jadi kadang suka nggak kepikiran buat nulis aja karena sibuk ngelamar ke sana kemari. But anyway, hari ini aku lagi kangen banget sama blog dan rasanya mau menyelesaikan draft-draft postingan yang masih menumpuk. Semoga teman-teman semua dalam keadaan sehat dan dalam mood yang happy juga yaa.
Hari ini aku mau ngereview salah satu produk make-up lokal yang udah sempat aku share beberapa hari lalu di Twitter yaitu Runa Beauty Moonflush. Buat yang belum kenal sama Runa Beauty, mereka adalah brand lokal yang kemunculannya masih terbilang baru, branndya sendiri punya aesthetic yang cantik banget dan kelihatannya selalu memasukkan unsur bulan ke dalam desain kemasannya. Mungkin karena kata Runa mirip sama luna/lunar ya hihi. Moonflush sendiri adalah salah satu produk mereka yang berupa cream blush. Aku beli ini sekitar bulan September tahun lalu di Sociolla karena udah lama pengen cobain sejak pertama mereka keluar karena lihat packaging dan koleksi shadenya cantik-cantik banget. Kebetulan aku juga udah kehabisan blush dan lagi pengen coba dari produk lokal aja.
INFO PRODUK
- Nama brand: RUNA
- Nama produk: Cream Blush Moonflush (Juno)
- Jenis produk: Cream blush
- Ukuran: 4 gr
- PAO: 36 bulan
- Harga: Rp 139.000
- Tempat beli: Shopee Official RUNA
- BPOM: NA18201201515
Pertama kita ngomongin bagian luarnya dulu kali ya, karena ini juga yang bikin aku tertarik banget buat cobain dari pertama lihat. Blush ini dikemas dengan desain sleek yang menurutku cukup simple. Warna packagingnya gold, dengan logo tulisan Runa di bagian depannya, diprint dengan warna font yang nggak terlalu ngejreng jadi tetap bikin overall produknya kelihatan kalem banget. Di bagian belakang ada keterangan expired date dan berat bersih produknya. Blush ini pakai magentic lid, jadi nggak susah buat dibuka dan ditutup pun nggak bikin ribut, I personally love this kind of lid! Dia juga udah ada kacanya di dalamnya, jadi tanpa bawa kaca tambahan lagi kita udah bisa pakai blush ini on the go. Not to mention, ukurannya yang lumayan compact dan bisa nyelip di mana-mana bikin dia nggak makan tempat. So travel friendly!
Oh iya, Runa Beauty ini udah vegan, halal, ber-BPOM, dan cruelty free. Moonflush juga diformulasikan tanpa paraben, sulfates, phthalates, BHT/BHA, ataupun fragrance. Selain itu produk ini mengandung sweet almond oil untuk menghidrasi kulit, dan vitamin E untuk menjaga skin barrier. Jadi ketika kita pakai make-up, kita sekalian ngerawat kulit juga!
Ingredients: Cyclomethicone, cyclopentasiloxane, octyldodecanol, methyl methacrylate, crosspolymer, synthethic fluorphlogopite, ozokerite, ricinius communis seed oil, Aluminum Starch Octenylsuccinate, Silica, Dimethicone/Vinyl Dimethicone Crosspolymer, Prunus Amygdalus Dulcis (Sweet Almond) oil, Chlorphenesin, Tocopheryl Acetate, Diisostearyl Malate, Methicone, Cetyl PEG/PPG-10/1 Dimethicone
BACA JUGA: Emina Cheeklit Pressed Powder Blush Review (Cherry Blossom, Marshmallow Lady, Cotton Candy)
Dari pertama lihat shadenya, aku sebenarnya ngincer shade Lyra, tapi waktu itu agak keburu-buru check out, eh malah yang kepilih shade Juno :") Salah satu penyebabnya juga karena gambar di Instagram sama yang di Sociolla somehow agak beda, jadinya aku malah kebacut sendiri. Sebelumnya tuh aku udah beberapa kali pakai cream blush. Satu dari Make Over, satu lagi dari Pixy. Tapi jujur keduanya tuh kurang memuaskan performanya. Tapi aku nggak kapok dan tetap mau berharap sama cream blush lokal lagi. Moonflush ini dideskripsiinnya punya formula yang cream-to-powder yang memberikan finish satin. Teksturnya nggak waxy, nggak susah buat diambil, cuma memang setelah beberapa kali pemakaian aku notice dia suka ngegumpal sendiri. Biasanya kalau udah ngegumpal, aku warm up dulu warnanya di tangan sebelum aku baurkan ke pipi.
Aku suka pakai jari aja untuk aplikasi produknya, dan sejauh ini aku sukaaa banget! Aku jatuh cinta banget, karena pigmentasinya oke, warnanya cantik, pas di skin toneku yang sawo matang bikin kelihatan sunkissed gitu. Dia juga gampang banget diblend, nggak bikin foundation geser kalau misal lagi aku pakai setelah foundation. Moonflush juga menurutku termasuk yang lumayan tahan lama, selama basenya si foundation atau complexion apapun yang kita pakai juga nggak gampang hilang, blush ini nggak akan gampang pudar. Aku sangat-sangat merekomendasikan buat kalian yang belum pernah coba cream blush, yuk cobain si Moonflush dari Runa karena it's gonna be really worth it and you're gonna love it!
Sebagai pemilik kulit acne prone, salah satu produk yang nggak bisa dilewatkan adalah spot treatment. Adakah yang masih asing sama produk spot treatment? Mungkin ada yang sering dengar namanya, tapi nggak tahu fungsinya apa? Spot treatment itu singkatnya adalah obat jerawat, biasanya dia dipakai di bagian yang berjerawat aja, makanya namanya spot treatment, karena hanya untuk spot spot tertentu aja. Dulu aku sempat mikir kalau spot treatment itu nggak penting, nggak terlalu ngaruh lah. Karena pada akhirnya jerawat itu akan menghilang sendiri kalau penyebabnya diatasi. Tapi sejak aku pertama kali coba pakai spot treatment, di situ aku baru paham, ooohh pantes orang-orang tuh suka banget pakai spot treatment. Karena kondisi kulit yang berjerawat sama nggak kan udah pasti beda, jadinya memang kalau dipakaikan spot treatment, jerawat bisa lebih cepat teratasi.
Nah di postingan kali ini aku mau ngereview salah satu spot treatment dari brand lokal yang sebenarnya udah cukup lama aku terima, tapi baru aku pakai lagi akhir-akhir ini yaitu Pratista Derma Pure Gel Treatment. Aku yakin kalian pasti udah nggak asing lagi sama brand Pratista. Mereka adalah brand yang pernah kolaborasi bikin produk face mist bernama Hyglow sama skincare reviewer Kak Kinan @kinansreview. Aku sendiri belum pernah coba produk face mistnya sih hehe. Aku baru pakai spot treatment ini akhir-akhir ini karena selama ini memang aku termasuk jarang pakai spot treatment, dan sempat terlalu fokus pakai dari Skin Game. Terus tiba-tiba aku ditanyain sama pihak Pratista-nya, kapan reviewnya mau diupload wkwkwk. Aku baru deh keingetan lagi kalau aku punya produk dari mereka yang belum aku cobain.
Dari segi kemasan, tubenya ini standard aja, nggak ada yang spesial. Dikemas dengan body warna putih dan di bagian tubenya udah lengkap semua mulai dari ingredients list, sampai klaim dan petunjuk produknya. Bahkan di bagian belakang tubenya juga udah ada barcode yang bisa discan untuk lihat izin BPOM-nya. Overall sih kemasannya produk ini biasa aja ya, nggak ada yang bikin wow, dan bukan jenis produk yang bisa kubilang photogenic juga heheh. But what matters most is what's on the inside, right? Seperti yang bisa kalian lihat, di list ingredientsnya ada alcohol di urutan kedua, which means it can be a bit drying untuk sebagian orang. Tapi ada juga ingredients lainnya seperti niacinamide, aloe vera extract, dan allantoin.
Ingredients: Aqua, Alcohol, Niacinamide, Propylene Glycol, Butylene Glycol, PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, Carbomer, Aloe Barbadensis Leaf Extract, Spiraea Ulmaria Extract, Ichthammol, Aminomethyl Propanol, Chamomilla Recutita Flower Extract, Sodium Benzoate, Sorbic Acid, Potassium Sorbate, Methylparaben, Disodium EDTA, Allantoin, Glycyrrhiza Glabra Root Extract, Dipotassium Glycyrrhizat, Tocopheryl Acetate
Jadi kalau biasanya kalian (dan aku) mungkin pakai spot treatment itu di akhir skincare routine, yang biasanya suka ditinggal semalaman dan dibilas keesokan paginya, Pratista Derma Pure Gel Treatment ini beda. Dia jenis spot treatment yang aku sendiri pakainya sebelum moisturizer. Jadi dia tipenya yang dibaurkan aja gitu sampai menyerap ke dalam kulit. Seperti yang bisa kalian lihat, teksturnya gel warna kecoklatan, jadi bukan yang modelan seperti spot treatmentnya Skin Game yang cream berat dan harus dibiarkan semalaman dan dibilas paginya. Menurutku spot treatment Pratista lebih praktis kalau mau dipakai pagi hari karena otomatis dia nggak akan kelihatan kan? Bisa ditimpa skincare dan make-up selanjutnya. Waktu dipakaikan ke kulit juga nggak pernah ada rasa perih atau sakit lainnya, produk ini kayak bekerja dalam diam aja, dan nggak perlu pakai banyak banyak juga udah mantep banget!
Untuk efeknya sendiri, ini termasuk yang cepat sih. Baik jerawat yang mendem, jerawat ada matanya, bruntusan kecil, kemerahan, bahkan bekas jerawat juga semuanya bisa dihandle sama Pratista. Aku sampai nggak percaya kenapa nggak pakai dia aja dari dulu wkwkwk. Asli sih, pakai Skin Game aja bisa makan waktu lama banget, tapi pakai spot treatment Pratista aku cuma butuh waktu 4 hari jerawat langsung pada hempas. Setelah ini fix sih produk ini bakal aku jadikan staple apalagi karena aku acne prone, butuh banget yang namanya spot treatment.
Salah satu hal yang bikin aku senang sebagai seorang beauty blogger adalah ketika ada brand yang approach aku dan menawarkan kerjasama. Ya, siapa yang nggak senang kan? Bulan depan udah genap 3 tahun aku menjalani kegiatan ini dan meski udah banyak brand yang pernah kerjasama dengan Beauty With Dummy, aku tetap nggak pernah berhenti belajar untuk jadi reviewer yang lebih baik lagi, supaya bisa memberikan exposure yang bagus buat brand. Apalagi sekarang brand lokal makin banyak yang muncul dengan konsep yang unik-unik, packaging yang inovatif, dan ingredients serta produk yang bikin langsung mau beli aja nggak perlu nunggu review! Salut selalu pokoknya sama semua local brand owners deh udah mau meramaikan industri kecantikan lokal.
Ngomong-ngomong soal brand lokal, di postingan hari ini aku bakal kenalin ke kalian sama salah satu brand lokal yang baru-baru ini muncul dan launching produk mereka yaitu Harlow All Day Glow Cream. Beberapa waktu lalu aku dihubungi sama pihak Harlow-nya dan ditawarin kesempatan untuk cobain produk pertama mereka. Yang mau tahu lebih lanjut soal pengalamanku, yuk lanjut baca aja yaa!
BACA JUGA: Pond's Age Miracle Whip Review
Jadi, Harlow All Day Glow Cream ini adalah moisturizer, yang bisa juga dialihfungsikan sebagai sleeping mask. Harlow ini mau membuat produk yang cukup simple, tanpa harus mengorbankan kesehatan kulit kita. Dia klaimnya bisa dipakai baik pagi ataupun malam hari, dan bisa dipakai setiap hari juga. Walaupun aku pribadi nggak terlalu ambil pusing dengan membedakan moisturizer dan sleeping mask, ini pertama kalinya aku ketemu produk yang punya klaim begini. Rata-rata tuh ya dibedakan, moisturizer ya moisturizer, sleeping mask ya sleeping mask. Meski memang ada perbedaan dalam tekstur dan ingredientsnya, pada akhirnya keduanya punya tujuan dan fungsi yang sama.
Di bagian kotaknya ini udah tertulis semua ingredients list dan petunjuk pemakaiannya. Kayaknya warna pink untuk packaging tuh bakal jadi trend yang bertahan lama ya karena aku lihat banyak yang pakai warna baby pink untuk kemasan mereka sekarang ini. Cuma sayangnya yang jadi masalah dari warna packaging kayak gini adalah tulisannya suka nggak kelihatan :") Ini udah kejadian di maskernya Pore Hero Beauty, dia juga pakai kemasan warna baby pink dengan warna font putih. Jadi susah banget ngebaca tulisannya dan jadi kayak useless aja. Aku lebih suka kalau warna tulisannya hitam aja biar sekalian kontras kayak kemasannya Lacoco Watermelon Glow Mask yang tulisannya warna hitam di atas packaging pink.
Ingredients: Aqua, Aloe Barbadensis Leaf Extract, Pentylene Glycol, Caprylic/Capric Triglyceride, Oligopeptide-S, Sclerocarya Birea Seed Oil, Tranexamic Acid, Sodium Hyaluronate, Polyacrylamide, C13-14 Isoparaffin, Laureth-7, Cyclopentasiloxane, Dimethicone, Dimethicone/peg-10/15 Crosspolymer, Glycerin, Avena Strigosa Seed Extract, Lecithin, Potassium Sorbate, Citric Acid, Ethylhexylglycerin, Linoleic Acid, Phenoxyethanol, Tocopheryl Acetate, Allantoin, Disodium EDTA, Fragrance (Parfum) Components and Finished Fragrances
BACA JUGA: Rovectin Cica Care Balm Review
Untungnya kemasan produknya itu sendiri warnanya lebih gelap dibandingkan kotaknya, jadinya tulisan warna putihnya masih kelihatan. Moisturizer ini punya beberapa kandungan utama yaitu: aloe vera, marula oil, citric acid (AHA), dan sodium hyaluronate. Selain ingredients tadi aku juga lihat ada tranexamic acid yang bagus untuk mencerahkan kulit dan allantoin untuk menenangkan kulit. Kalau dilihat dari ingredientsnya ini memang promising banget untuk beberapa masalah kulit sekaligus. Produk ini diklaim udah nggak pakai alcohol tapi dia masih ada fragrancenya.
BACA JUGA: Dal Cuore Sleeping Mask Review
Produk ini punya tekstur gel yang lumayan oklusif menurutku. Wanginya enak banget, segar, nggak mengganggu sama sekali, dan nggak terlalu strong juga. Kurang tahu sih wanginya tuh wangi apa, tapi sekilas kayak wangi green tea gitu haha. Aku pakai produk ini sebagai moisturizer baik di pagi ataupun malam hari. Kalau dulu mungkin kulitku belum terlalu tahan kalau kena gempur exfoliating agent setiap hari, tapi sekarang ini sepertinya kulitku udah lumayan tahan banting dan malah hasilnya kelihatan lebih bagus kalau dipakai setiap hari. Mungkin efek usia yang bertambah ya, jadinya butuh kerja keras lebih buat mengangkat sel kulit mati. Meski begitu aku tetap cobain produk ini dengan pakai selang seling dulu, nggak langsung setiap hari, karena kita kan nggak akan pernah tahu ya kapan kulit lagi bad mood wkwk.
Selama pakai dia, aku selalu merasa kulitku jadi halusss banget. Selain itu kulit juga jadi terasa lembab banget, plump, dan bouncy. Susah banget buat mendapatkan kondisi kulit kayak gini cuma dari moisturizer aja, makanya aku terheran-heran, ih kok bisa sih si Harlow All Day Glow Cream ini ngasih efek kayak gini? Menurutku buat kalian yang punya masalah kulit seperti tekstur kulit nggak rata, kulit kusam, kemerahan, dan bekas jerawat, kalian bisa banget cobain produk ini karena memang udah all around banget biar nggak kebanyakan step skincarenya. Downdsidenya sih menurutku dari segi harganya yang kurang affordable wkwkw. Untuk ukuran produk dengan isi 30g, dia dibanderol di harga Rp 185.000.
Lagi-lagi review yang udah kelamaan nangkring di draft, dan baru sempat dipost sekarang. Kalau nggak salah ini aku beli sekitar pertengahan tahun 2019 dan belinya karena iseng-iseng. Waktu itu Sociolla lagi sale besar-besaran, salah satunya Maybelline The Loaded Bolds ini. Kalau kalian tahu, sebelum seri Powder Mattes mereka keluar, Maybelline memang punya seri namanya The Loaded Bolds yang pilihan shadenya jauh lebih bold, sesuai namanya. Warna-warna yang ada di seri The Loaded Bolds ini nggak cuma warna-warna biasa yang bisa kita pakai sehari-hari, tapi juga ada warna-warna nyentrik kayak putih, hitam, dan biru! Lucu banget kaan? xD Nah kebetulan biru itu warna favoritku banget. Aku sempat mau coba liquid lipsticknya Colourpop yang warnanya kayak biru laut gitu, cuma nggak banyak yang jual di Indo. Waktu aku lihat Maybelline ternyata punya dan pas banget juga lagi diskon, langsung lah aku nekat beli wkwkwk.
Dari segi kemasan sebetulnya dia masih sama aja kayak seri lip bullet Maybelline lainnya, body silver dengan tutup plastik yang warnanya serupa sama shade lipstiknya. Dari pertama lihat, aku udah jatuh cinta sih. Warna birunya lumayan deep, karena kalau muda biasanya rentan patchy di bibir, apalagi karena bibirku aslinya lumayan gelap, jadi kalau pakai lippies yang warnanya agak terang harus dikasih foundation dulu biar lebih keluar warnanya.
Untuk formulanya, aku nggak tahu ya The Loaded Bolds yang lain kayak gimana, tapi si Audacious Blue ini lumayan kering dan seret pas diaplikasiin ke bibir. Sama sekali nggak kayak Powder Mattes yang rasanya buttery dan pigmented dalam sekali oles, kalau Audacious Blue harus dibuild up berkali-kali supaya warna birunya bisa lebih ngecover bibir, kalau cuma sekali swipe aja sama sekali nggak kelihatan bagus wkwkwk. Aku agak kecewa sih karena namanya udah bikin aku berharap kalau ini bakal lebih strong lagi color payoff-nya di bibir dibanding Powder Mattes. Tapi ternyata hasilnya biasa aja di bibir. Untung dapat warna ini di harga diskon, kalau nggak kayaknya aku nggak akan beli karena dia dua kali lipat harga Powder Mattes.
Dia nggak transferproof juga, finishnya nggak terlalu basah, masih cenderung matte, cuma ini lumayan ngestain di bibir jadi kalau dipakai makan atau minum gitu nggak cepat hilang. Entah ya semua The Loaded Bolds formulanya sama atau nggak karena kadang beda shade tuh bisa beda formula.
Sejak pandemi mulai, aku memutuskan buat install Tiktok karena banyak yang bilang seru. Seru karena konten di Tiktok emang lucu-lucu, apalagi di situ komunitasnya banyak banget nggak terbatas sama sekali. Istilahnya biar nggak terlalu FOMO lah ya, aku ikut lah install, bikin juga beberapa beauty content di sana walaupun sebetulnya kurang bisa narik enggagement wkwkwk. But anyway, selama buka Tiktok dan mengarungi komunitas beauty di sana tuh aku banyak lihat racun-racun make-up dan skincare berterbaran. Bahkan ada hashtagnya sendiri, #racunditiktok. Di situ mulai dari brand lokal sampai luar negeri, dari serum sampai masker organik, muncul semua. Saking hebohnya kadang sampai apapun yang viral di Tiktok tuh jadi bikin harga barang naik dan susah dicari karena semua orang mau beli.
Nah salah satu brand yang paling banyak bahasannya di Tiktok itu Axis-y. Hampir semua rangkaian Axis-y ini trending di Tiktok, tapi dari semuanya harus aku akui yang paling dicari tuh masker mugwort mereka. Aku sendiri udah pernah dengar brandnya dari dulu bahkan sebelum masuk Tiktok karena banyak mutual di Instagram yang udah coba juga, cuma memang belum benar-benar ngelirik karena harganya nggak murah. Tapiii rejeki nggak kemana, tiba-tiba aku dihubungin sama pihak Axis-y sendiri beberapa waktu lalu dan ditawarin buat dikirimin produk mereka sesuai skin concern aku. Dengan problem kulit minyak berlebih, jerawat, dan noda hitam, aku dipilihkan tiga produk dari mereka. Dan yang pertama bakal aku review adalah sunscreennya!
BACA JUGA: Skin Aqua UV Moisture Gel SPF 30 PA++ Review
Aku senang banget waktu mereka kasih aku sunscreen karena sunscreen itu salah satu pondasi skincare. Walaupun sebenarnya aku belum banyak baca reviewnya si Axis-y ini sih jadi nggak tahu harus pasang ekspektasi apa. Di sini dia tertulis kalau sunscreen ini termasuk physical sunscreen. Buat yang belum tahu, sunscreen itu dibagi jadi dua; chemical dan physical. Kalau yang physical kadang disebutnya sunblock, cuma karena suka menimbulkan persepsi keliru kalau kata "block" di sini seolah-olah overestimate kerja sunscreen, jadinya sekarang lebih sering dipakai istilah "sunscreen". Tapi basically sama aja cuma beda di formula aja.
Chemical sunscreen bekerja dengan cara menangkap menyerap sinar UV, mengubahnya jadi panas, untuk kemudian dilepaskan dari kulit. Biasanya di chemical susncreen mengandung ingredients kayak avobenzone, octinoxate, dan oxybenzone. Sayangnya ternyata kandungan chemical sunscreen ini ada yang nggak aman untuk keberlangsungan terumbu karang, jadi sebaiknya jangan dipakai kalau kita mau ke laut. Sementara itu physical sunscreen, sesuai namanya, dia nggak menyerap ke kulit, cuma 'nongkrong' aja di lapisan atas dan merefleksikan sinar matahari. Biasanya mengandung titanium dioxide dan zinc oxide sebagai physical blocksnya. Downside dari physical sunscreen adalah mereka biasanya bikin whitecast, alias muka kita jadi kayak dikasih tone up, tapi bukan tone up juga. Lebih ke kayak abu-abu gitu. Ini adalah efek dari dua ingredients tadi.
BACA JUGA: Missha Aqua Sun Gel SPF50+ PA++++ Review
Packaging sunscreen ini standard ya, bentuk tube dengan ujung runcing buat ngeluarin produknya. Aku selalu suka sama sunscreen yang mulut botolnya kayak gini karena lebih gampang buat nakar berapa banyak yang mau kita pakai. Soalnya ada beberapa yang mulut botolnya kayak sunscreen Biore, buat aku itu agak susah nakarnya, kadang suka kebanyakan, ya walaupun pakai kebanyakan sunscreen juga nggak ada ruginya cuma beberapa sunscreen memang ada yang kurang nyaman kalau dipakai kebanyakan. Awalnya aku kira plastiknya itu masih harus dicopot lagi, ternyata nggak ya wkwkwk. Di bagian tubenya ini ditulis nama produk sama deskripsinya aja, kalau ingredients dan klaim adanya di box dia. Tubenya juga di bagian belakang ditulis pakai Bahasa Korea jadi kalau kalian mau lihat ingredientsnya jangan sampai kebuang ya kotaknya.
Sebetulnya untuk formula baik chemical ataupun physical sunscreen, yang mana aja nggak masalah. Masing-masing punya sisi positif dan negatifnya, jadi tergantung kebutuhan kulit dan preference aja mau pakai yang mana. Selama sunscreennya punya SPF minimal 30 dan udah broad spectrum juga itu udah cukup. Axis-y Complete No-Stress ini punya klaim bahwa dia cukup melembabkan di kulit, bisa membantu merawat kulit selama dan setelah terkena sun exposure. Kandungan di dalam sunscreen ini juga diklaim dapat membantu mencegah penuaan dan aman digunakan untuk yang kulitnya sensitif.
Ingredients: Water, Cyclohexasiloxane, Zinc Oxide, Titanium Dioxide (Ci 77891), Propanediol, Polyglyceryl-3 Polydimethylsiloxyethyl Dimethicone, Dibutyl Adipate, Niacinamide, Caprylyl Methicone, 1,2-Hexanediol, Disteardimonium Hectorite, Betaine, Magnesium Sulfate, Hydrogen Dimethicone, Inositol, Aluminum Hydroxide, C30-45 Alkyl Cetearyl Dimethicone Crosspolymer, Polyglyceryl-2 Dipolyhydroxystearate, Styrene/Acrylates Copolymer, Stearic Acid, Butylene Glycol, Pentylene Glycol, Ethylhexylglycerin, Octyldodecanol, Adenosine, Glycerin, Squalane, Allantoin, Anthemis Nobilis Flower Water, Echium Plantagineum Seed Oil, Artemisia Capillaris Extract (0.005%), Vitis Vinifera (Grape) Seed Extract, Calendula Officinalis Flower Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Cardiospermum Halicacabum Flower/Leaf/Vine Extract, Helianthus Annuus (Sunflower) Seed Oil Unsaponifiables, Leuconostoc/Radish Root Ferment Filtrate, Dicaprylyl Carbonate, Sorbitan Sesquioleate, Palmitoyl Tripeptide-5, Tocopherol
Oke mari kita bahas tentang performa sunscreennya itu sendiri. Karena ini adalah physical sunscreen, jadi seperti yang aku bilang di atas, dia ada kemungkinan menimbulkan whitecast. Waktu aku share soal first impression sunscreen ini di Twitter, ada salah satu mutualku yang bilang kayaknya sunscreen Axis-y udah reformulasi, karena dulu whitecastnya parah banget, tapi sekarang udah jauh lebih mendingan. Aku juga merasanya sunscreen ini memang ngasih whitecast, tapi cuma di awal-awal aja dan nggak berlangsung lama. Ditinggal beberapa menit aja udah langsung nyatu lagi sama kulit. Finishnya ini super duper matte, aku rasa kalian yang mukanya oily parah bakal suka sama sunscreen ini. Dia benar-benar tahan banting bikin muka nggak berminyak selama seharian.
Awalnya aku suka dengan finishnya yang matte itu. Tapiii, setelah beberapa kali pemakaian aku ngerasa, kulitku jadi super duper dehidrasi tiap pakai ini. Terus juga kalau aku wudhu atau bilas muka pakai air, sunscreennya bakal meleleh dan ninggalin jejak putih di muka, terus mukaku jadi kerasa makin tambah kering lagi. Bagian hidungku jadi semakin bertekstur, terus komedo putih makin banyak. Dia juga lumayan susah buat dibersihkan, bahkan dengan metode double cleansing juga setelahnya aku masih bisa lihat reside warna putih di bagian hidungku, kayak sisa sunscreennya tuh nempel gitu aja di komedoku yang bertekstur, dan jujur buat aku itu mengganggu banget.
Dari yang biasanya aku kalau pagi nggak perlu pakai moisturizer karena biasanya sunscreen aku udah cukup melembabkan, kalau pakai sunscreen Axis-y aku wajib pakai moisturizer karena kalau nggak, kulitku nggak kuat sama keringnya. Buat aku pribadi kayaknya aku nggak bakal beli sunscreen ini lagi kalau nanti udah habis. Formulanya di aku kurang melembabkan dan kulitku yang rentan dehidrasi nggak terlalu suka.
Ini review yang udah lama banget nangkring di draft postingan. Aku beli concealer ini udah lama banget, waktu jamannya Fit Me lagi naik banget dan semua orang ngehype foundationnya mereka. Waktu itu aku baru punya concealer dari Colourpop, dan karena malas kalau mau beli Colourpop harus nunggu lama, aku coba cari penggantinya yang ada di drugstore biar kalau habis juga bisa tinggal beli aja nggak perlu nyari di online marketplace. Aku udah foto produknya dari lama banget sebetulnya, cuma dulu fotonya belum sama vibenya kayak yang sekarang jadi aku memutuskan retake fotonya. Makanya kemasannya udah agak bocel sana sini karena memang udah lama banget aku punya dia tuh.
Aku dulu kan suka follow online shop yang jual-jualin kosmetik KW ya, biar tahu produk apa aja yang sekarang udah ada KW-nya. Nah aku kaget dong dulu pas tahu ternyata concealer Maybelline juga di-KW-in! Sejak itu aku kalau beli cuma mau langsung di drugstore aja deh, malas kalau online takut ketipu huhu. Sayang banget deh pokoknya kalau duit dipakai buat beli kosmetik KW. Nggak seberapa sama efeknya di kulit di kemudian hari.
Karena belinya ini udah lama banget, aku jadi belum terlalu experienced pas milih shadenya. Walaupun belinya juga langsung di toko tapi nggak ada testernya waktu itu, jadi aku cuma nebak-nebak aja dari tampilan luar botolnya bakal masuk apa nggak warnanya di kulit. Kebiasaan kadang brand luar walaupun aslinya punya banyak shade, begitu masuk Indo tiba-tiba shadenya jadi sedikit banget. Nah Maybelline ini juga gitu. Ya mungkin karena menyesuaikan sama range kulit orang Indo ya tapi menurutku masih suka kurang pas aja shade yang masuk. Ujung-ujungnya harus tetap beli online, kayak waktu aku beli foundation Wet N Wild yang sebenarnya gerainya ada di Watson dan Guardian, tapi shade yang tersedia rata-rata buat kulit light atau medium aja, jadinya aku yang medium dark harus nyari online.
Nah di concealer Fit Me ini jadinya aku pilih shade 30 Honey dengan jurus capcipcup karena biasanya kulitku memang ada unsur "honey"nya. Perkiraanku sih shade dengan nama kayak gitu pasti punya warma undertone dan seenggaknya ada di tengah-tengah, nggak bakal terlalu gelap atau terlalu terang. Berhubung aku kalau pakai concealer biasanya buat bagian bawah mata juga, jadi wajar kalau lebih terang dibanding area muka lainnya sekalian buat efek highlighting.
Buat aplikatornya ini mirip aplikator liquid lipstick yang bentuknya doe foot gitu. Tongkatnya juga cukup slim, mengikut ukuran tubenya yang ramping. Panjang tongkatnya nggak pelit dan ujung doe footnya pas buat menjangkau bagian muka yang sempit atau di sudut-sudut gitu. Ngepack concealernya juga enak, nggak kebanyakan atau terlalu sedikit yang sampai harus dipping beberapa kali.
Nah ini before after pas udah diblend. Somehow, aku merasa dia agak abu-abu di kulitku nggak tahu kenapa. Apa aku salah undertone, tapi pas diswatch di tangan sih warnanya udah betul warm. Apa mungkin sebenarnya undertoneku itu netral atau cool, aku malah jadi bingung sendiri haha. Atau kayaknya undereye aku harus dikasih corrector dulu ya biar nggak ashy? Selama ini sih selalu pakai complexion product dengan warm undertone selalu pas, jadi harusnya benar warm. Coveragenya ini termasuk oke, medium tapi kalau dibuild sampai full kayaknya nggak bisa. Dia udah aku coba buat nutupis dark spot gitu masih suka kelihatan jadi nggak benar-benar bisa nutupin. Terus juga kalau udah lewat beberapa jam suka ngecrease, apalagi kalau aku mulai keringetan di bagian undereye. Gampang banget hilang, kecuali diset pakai powder bisa tahan lamaan sedikit.
Halooo, wah udah tahun 2021 aja nih :") Gimana tahun barunya guys, pada di rumah aja atau ada yang keluar kota? Aku sendiri ngabisin tahun baru di rumah aja, bakar-bakar daging, karena ini lagi masa pandemi jadi malah enak nggak perlu pusing mikirin mau liburan ke mana. Aku juga mengapresiasi banget orang-orang yang tetap nggak kemana-mana tahun baru kemarin. Kalian keren banget!
Sebagai postingan pertama di tahun 2021, aku mau membuka dengan sesuatu yang cantik nih. Sebelumnya aku udah sempat post swatch dan reviewnya di Instagram dan Twitter, tapi as always, nggak lengkap rasanya kalau nggak dipost di blog juga. Jadi beberapa waktu lalu aku lihat Michelle @beautyjunkiec unboxing lipstik dari brand namanya Cressida Beauty. Waktu lihat packagingnya, aku langsung terpukau karena beneran cantik banget! Eh namanya rejeki ya, nggak beberapa lama kemudian tiba-tiba aku dihubungin sama brandnya untuk dibolehin coba produk mereka. Nggak tanggung-tanggung, bukan cuma satu atau dua shade aja tapi tiga!
Sebelum kita lanjut bahas tentang produknya itu sendiri, aku bakal bahas dulu tentang produk apa sih ini? I mean yes, it's a bullet lipstick. Tapi tentunya produk ini punya beberapa klaim yang wajib aku jabarkan terlebih dahulu. Kalau kalian merasa masih asing dengan Cressida Beauty, wajar karena ini adalah brand yang baru banget muncul di Indonesia. Cressida Beauty adalah brand lokal yang baru mengeluarkan satu jenis produk aja, ya si Lip Glow ini. Saat ini baru ada 6 shade tersedia yakni: Boudicca, Stargaze, Keva, Harriet, Phantom, dan Ruby. Lip Glow dari Cressida Beauty diklaim mampu melembabkan bibir, menjaga bibir tetap terhidrasi, memiliki tekstur yang creamy dan lembut, dengan finish yang tipis dan berkilau.
BACA JUGA: Colourpop Lux Lipstick Shade LA Lady Review
Oke sekarang kita masuk ke bagian packagingnya. Seperti yang aku bilang sebelumnya, dari awal aku udah kepincut sama desain tubenya yang cantik banget. Baru kali ini aku lihat packaging brand lokal yang sampai segininya. Di bagian luarnya didominasi pola marble putih, di tiap segmen pinggirannya pakai aksen gold, dan di bagian atas tutupnya ada logo Cressida Beauty sementara di bagian bawah lipstik tertera nama shadenya.
Source: Calyxta
Waktu aku share beberapa foto Cressida Beauty ini di Twitter, ada salah satu mutualku yang bilang dia nggak tertarik cobain karena lihat packagingnya yang mirip sama produk dari brand Korea, Dear Dahlia. Karena aku penasaran, aku coba cari sendiri lah dan ternyata iya, mirip banget! :( Agak sedikit beda karena Cressida Beauty nggak taruh nama brandnya di luar tubenya, dan bagian bawah ring lipstiknya dikasih aksen bulat-bulat, tapi overall benar-benar kelihatan persis banget sama lipstik dari Dear Dahlia. Apakah ini intentional, aku nggak tahu. Masalahnya memang jaman sekarang saking udah banyaknya produk yang muncul di pasaran, jadi susah kalau mau benar-benar keluar dengan desain yang belum pernah ada sebelumnya. Cuma kalau dilihat gimana Cressida Beauty juga pakai pola marble, dengan bentuk tube hexagon, bahkan dengan aksen warna keemasan juga, yaaa bisa jadi ya mereka "terinspirasi" sama brand Dear Dahlia.
Di sini aku punya tiga shade; Boudicca, Stargaze, dan Ruby. Di halaman Instagramnya Cressida Beauty nggak ada swatch yang benar-benar jelas jadi aku agak capcipcup juga milih shadenya. Untungnya sih begitu sampai di tanganku, semuanya kelihatan pas-pas aja di kulitku yang sawo matang ini, nggak ada yang terlalu muda sampai bikin pucat gitu. Formulanya ini benar-benar lembut banget, saking lembutnya aku sampai takut dia ringkih. Dan benar aja, belum apa-apa ternyata yang shade Stargazer udah patah duluan wkwkwk. Padahal belum dipakai waktu itu, baru diajak foto-foto aja. Mungkin meleleh di perjalanan ya. Waktu itu aku sempat nonton di Youtube soal hal-hal apa aja yang bisa mempengaruhi lipstik meleleh, salah satunya sih warna shadenya. Aku lupa detailnya gimana, tapi kemungkinan karena Stargazer ini warnanya cukup muda, makanya dia jadi gampang meleleh. Oh iya lipstik ini juga wanginya menurutku enak banget, kayak wangi jasmine tea.
Ruby - Stargazer - Boudicca
Nah ini hasilnya baik diswatch biasa di tangan sama diswatch di bibir. Aku udah sempat menyuarakan pendapat ini sih di Twitter, kalau sebetulnya aku kurang suka sama color payoff dari Lip Glow. Waktu diswatch di tangan, yang notabenenya punya warna kulit lebih terang dibanding bibirku, warnanya bisa kelihatan keluar dan lumayan bold bahkan dalam sekali swipe. Tapi begitu aku coba pakai di bibirku yang gelap ternyata warnanya jadi lebih opaque, nggak setebal kayak diswatch di tangan. Terus meski udah dibuild up beberapa kali juga warnanya tetap nggak bisa lebih tebal lagi, malah yang ada jadi makin clumpy di bibir.
Meski begitu memang formulanya nggak bikin bibir kering sih, karena finishnya juga nggak matte. Dia nggak transferproof cuma lumayan ngestain sih warnanya, jadi nggak bakal terlalu gampang hilang. Buat aku pribadi formulanya nggak sreg di hati aja. Tapi buat beberapa orang kayaknya suka sama lipstik yang warnanya nggak langsung tebal kayak gini ya.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons