Siapa di sini bucin niacinamide? Sejak pertama kali aku cobain serumnya The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1%, aku jadi ketagihan buat cobain serum niacinamide lainnya di pasaran. Kebetulan karena akhir-akhir ini The Ordinary produknya lagi naik banget harganya gara-gara sering dipost sama orang-orang lewat TikTok sampai berakibat melambungnya harga, aku bermaksud explore serum niacinamide lokal aja. Selain tentunya lebih murah dari segi harga, aku juga mendukung produk lokal yuhuu #supportlocalbrand!
Setelah sebelumnya aku cobain dari Somethinc, kali ini yang jadi target percobaanku adalah Aubree Niacinamide Skin Booster. Harganya lebih murah dari Somethinc dan isinya pun lebih banyak. Aku sangat berharap bakal cocok sama dia karena lumayan banget kan bisa dapat produk bagus dengan harga affordable?
Botolnya terbuat dari kaca doff, waktu dipegang di tangan kerasa berat, nggak kerasa murahan sama sekali. Aku juga suka banget sama desain keseluruhan labelnya yang simple, minimalist, nggak ribut kebanyakan corak. Pipetnya juga nggak macetan jadi ngambil produknya gampang.
Kalau berdasarkan website Sociolla, serum ini punya klaim membantu menjaga kelembapan kulit, mengurangi minyak berlebih, membantu mencerahkan, dan menjaga kekenyalan kulit. Standard klaim untuk serum niacinamide sih, terutama bagian mengurangi minyak berlebihnya.
Ingredients: Aqua, Niacinamide, Glycerin, Isohexadecone, Polysorbate 20, Panthenol, Phenoxyethanol, Polyacrylamide, C13-14 Isoparaffin, C9-11 Pareth-6, Allantoin, Sodium Hyaluronate, Parfum.
BACA JUGA: 2SOL Facial Recovery Booster Review
Aku udah pakai serumnya mungkin hampir 2 bulan lebih sedikit. Teksturnya beda banget sama serum niacinamide yang biasa aku coba baik dari The Ordinary ataupun Somethinc. Kedua brand itu punya tekstur dan wangi yang sama; gel transparan dan baunya kayak lem. Tapi serumnya Aubree ini beda banget. Warnanya putih seperti susu, begitu diblend ke kulit langsung berubah jadi kayak air gitu dan wanginya jauh lebih enak, bukan bau kimia gitu.
Biasanya aku pakai 3 tetes aja buat semuka, dan kalau aku lagi pakai lebih dari satu serum, Aubree ini aku taruh di urutan serum terakhir sebelum moisturizer karena teksturnya yang termasuk berat. Sebetulnya sih selama ini aku nggak terlalu ngelihat perubahan yang signifikan di kulitku. Pagi dan malam setiap hari rasanya gitu-gitu aja. Sampai akhirnya kulitku mengalami purging dan jadi dehidrasi karena faktor cuaca, dan aku mulai melihat cara kerja serum ini.
Ternyata kalau kulitku lagi dalam kondisi bagus, dia memang nggak terlalu ngasih efek apa-apa. Tapi begitu kulit ada masalah, dia langsung jadi penenang kulit supaya masalah kulit lebih mudah dihandle. Purging yang aku alami langsung hilang dalam waktu seminggu, kulitku yang dehidrasi juga semakin berkurang dry patchesnya. Kulitku malah terasa lebih lembab dan kenyal dibanding sebelumnya. Serum ini bakal jadi staple di skincare routineku sebagai produk yang aku andalkan ketika kulitku lagi bermasalah.
Waktu BLP release teaser soal produk terbaru mereka, kelihatan banget kalau mereka pada akhirnya akan keluarin rangkaian complexion product setelah udah ada pendahulunya si translucent face powder. Salah satu step dalam make-up yang aku suka selain ngalis adalah pakai foundation. Menurutku rasanya satisfying banget waktu ngeblend foundation dan perlahan kulit yang tadinya nggak sama warnanya jadi kelihatan menyatu.
Awalnya sih cuma kepengen biasa aja, nggak ngoyo haru beli saat itu juga, tapi nggak tahu kenapa kok tiba-tiba sebelum aku balik ke Bekasi, aku malah beli dia waktu main ke toko offlinenya BLP di Jogja. Awalnya padahal nyari pensil alisnya (yang akhirnya kebeli juga haha) tapi pas lihat ternyata baik foundation dan concealernya udah sama-sama ready di toko aku langsung lupa tujuan utamaku. Ini pertama kalinya aku beli produk mendekati waktu launching di mana belum banyak review bermunculan.
Untuk shade foundationnya sendiri ada 5 pilihan; W10, W20, N20, W30, dan C30 sebagai shade paling gelapnya. Aku sendiri tadinya mikir bakal pakai C30 setelah lihat dari foto swatch yang ada di Instagram resmi BLP Beauty, tapi ternyata pas nyoba swatch di tokonya langsung, shade C30 terlalu gelap di kulitku. Akhirnya sama mbak yang jaga disaranin buat pilih shade satu tingkat di atasnya yait W30, dan ternyata cocok! Aku tanya sama mbaknya dia bakal oxidize apa nggak, dan katanya sih iya. Shade W30 ini sendiri udah kelihatan dari warna labelnya ya, punya yellow undertone dan diperuntukkan untuk pemilik kulit sawo matang atau medium tan. Menurutku dengan pilihan shade yang sekarang sih masih kurang bisa memenuhi standard kulit Indonesia yang cenderung sawo matang, tapi aku harap ke depannya BLP bisa nambahin shade lainnya supaya bisa menjangkau lebih banyak warna kulit.
BACA JUGA: BLP Brow Definer Shade Ash Brown Review
Berikut beberapa klaim yang tertulis di body foundationnya. Foundation ini diklaim nggak bikin berat di muka, punya finish yang semi-matte (jadi nggak akan terlihat dead matte yang flat, masih akan kelihatan glownya), dan punya coverage light to medium. Setelah selama ini nyobain foundation dari berbagai merk, aku nggak masalah mau finishnya matte atau dewy, yang mana aja aku suka. Malah sejujurnya aku prefer face base yang nggak terlalu mattifying sampai muka kelihatan datar banget kayak kertas HVS, karena kalau udah begitu harus kerja ekstra buat bikin muka lebih berdimensi dengan bronzer, highlighter, dll. Meanwhile aku sukanya make-up yang aku pakai lebih untuk enhancing apa yang udah ada aja.
Kemasannya juga cantik banget, simple, khas BLP. Botolnya mirip kemasan lip product mereka cuma versi gedenya aja haha. Concealernya pun aku lihat juga punya desain yang sama kayak foundationnya. Banyak yang bilang mirip Fenty Beauty, tapi menurutku nggak juga sih karena toh dari awal BLP muncul juga desain packaging mereka udah begini. Justru riskan kalau mereka mau coba terlihat revolusioner dengan mengganti packaging dengan bentuk atau kombinasi warna yang berbeda karena nggak akan kelihatan BLP-nya. Untuk harga di bawah Rp 200.000, aku bersyukur produk ini udah ada pumpnya wkwk. Kalau nggak dapat pump mah bakal sedih banget :( Oh iya, karena bahan botolnya yang doff, jadi warna produk sama label di bawah botolnya akan kelihatan beda. Saranku tetap kalau kalian mau beli, coba diswatch dulu, terus diamkan sampai beberapa lama (mungkin sambil pergi jalan) buat lihat gimana dia ngeset di kulit.
Waktu awal swatch di tangan setelah produknya sampai, aku agak kaget karena dia berubah jadi gelap banget dari pertama kali diswatch. Aku pikir itu namanya oxidize, tapi ternyata foundationnya cuma ngeset aja di kulit. Oxidize itu ketika si foundie udah nempel di muka, dipakai sampai berjam-jam kecampur oksigen, debu, polusi dll, baru kelihatan deh itu oxidize apa nggak. Setelah beberapa kali test drive di rumah (karena lagi pandemi jadi nggak banyak pergi keluar) dia perlahan-lahan jadi foundation favoritku. Teksturnya cair, dan sesuai klaimnya dia memang lightweight, jadi nggak bikin berat di muka, sehingga kalau kalian tipe orang yang punya kegiatan mengharuskan pakai foundation setiap hari, menurutku ini bisa jadi opsi baru buat kalian.
Coveragenya juga sama seperti klaimnya, light to medium. Aku sendiri biasanya cukup pakai satu layer aja juga udah cukup untuk nutupin bekas jerawat yang nggak terlalu gelap. Tapi kalau kalian punya banyak PIH, kemerahan, gitu-gitu mungkin akan butuh lebih banyak layer. Foundation ini buildable tanpa bikin muka kelihatan cakey. Sayangnya kalau kulitku lagi ada dry patches, foundation ini bisa nempel dan bikin tekstur muka di area tersebut jadi lebih kelihatan. Jadi aku harus memastikan kulitku lembab dan well-prepped sebelum pakai foundation ini. Dia juga harus benar-benar diblend dengan baik, kalau nggak justru akan kelihatan patchy di kulit.
Selama menjajaki hobi sebagai beauty reviewer, selama ini aku jarang explore brand sendiri. Maksudnya, hampir semua skincare atau make-up yang aku coba adalah hasil dari bacain review orang lain, alias hasil diracun. Aku bahkan nggak ingat kapan terakhir aku beli skincare dari brand yang belum ada reviewnya, belum pernah disinggung orang lain, dan hasil dari riset sendiri. Kenapa ya, mungkin karena aku lebih senang apa-apa disodorin wkwkwk. Baca review orang, liat produknya, bahkan kadang cuma karena kemasannya yang lucu, langsung aja beli. Urusan cocok sama kulit apa nggak bisa belakangan.
Skenario yang sama terjadi waktu aku beli serum 2SOL ini. Cuma pernah dengar brandnya sekali, waktu salah satu mutualku di Instagram post ini di Instastory-nya. Dia cuma nulis, ini serum isinya niacinamide sama vitamin C derivatives. Yang di kepalaku ya berarti ini brightening serum. Dan sebagai sekte glowing, nggak pakai pikir panjang langsung cari seller yang jual dan sikat!
Ingredients: Purified Water, Niacinamide (10%), Ethyl Ascorbic Acid, Panthenol, Butylene Glycol, Ascorbyl Glucoside, Dipropylene Glycol, 1,2-Hexanediol, Glycerin, Glycereth-26, Palmitoyl Dipeptide-7, Palmitoyl Tripeptide-1, Palmitoyl Tetrapeptide-7, Palmitoyl Hexapeptide-12, Chamomilla Recutita (Matricaria) Flower Extract, Castanea Sativa Seed Extract, Saccharide Isomerate, Acetyl Glucosamine, Tromethamine, Glyceryl Acrylate / Acrylic Acid Copolymer, Xanthan Gum, Allantoin, Sodium Hyaluronate, Ethylhexyl Glycerin, Edetate Disodium, Dipentaerythritol Fatty Acid Ester.
Seperti biasa, aku bakal bahas dari tampilan luar produknya dulu nih. Harganya tuh nggak murah, hampir Rp 200.000 sendiri buat ready stock-nya (kalau PO bisa lebih murah). Dan dengan harga segitu, aku mengharapkan kemasan yang lebih sturdy, lebih kuat, dan lebih sepadan aja sama harganya. Apalagi ini buatan Korea, banyak serum di range harga segitu dikemas sedemikian rupa supaya kelihatan mewah. Tapi pas sampai serumnya di aku, agak let down karena botolnya nggak kerasa berat sama sekali karena isinya yang super duper cair kayak air, ditambah botolnya terbuat dari plastik biasa, tanpa kardus lagi wkwk. Informasi di botolnya ditulis pakai Bahasa Korea, jadi aku harus googling dulu sebentar. Tapi ya sudah, kupikir mungkin luarnya nggak penting, yang penting itu dalamnya.
Sampai produknya habis, aku masih nggak terlalu impressed sama dia. Nggak banyak perubahan signifikan di kulitku, cuma memang dia sangat melembabkan di kulit sih, dan bikin kulit jadi lebih glowing, sama supple dan memancarkan cahaya gitu, wow udah kayak nabi nggak tuh. Tapi menurutku ya kalau cuma segitu aja juga banyak serum lain dengan harga lebih murah dan efek yang sama, perhaps even better.
Untuk sekarang kayaknya nggak akan repurchase dulu. Thank you, next!
Yuhuuu, apa kabar teman-teman! Weekend udah berlalu dan udah Senin lagi aja. Semoga kalian yang harus bekerja di kantor dan belum bisa stay di rumah bisa tetap semangat dan jangan lupa protokol kesehatannya ya. Buat yang bisa diam dulu di rumah, please jangan gratilan dan pecicilan tergoda buat ikut-ikutan keluar dulu kalau nggak ada perlu.
Selama masa pandemi ini aku lumayan sering main "makeup-makeupan" di rumah karena, well, nggak ada kerjaan lain juga haha. Waktu masih di kos sih main makeup sambil sekalian bikin konten buat Youtube, tapi karena sekarang udah di rumah, dan belum ada tempat yang proper buat jadi "studio" ala ala, jadinya cuma foto-foto aja habis makeup-an habis itu dihapus haha. Well, karena keseringan makeup ini lah aku jadi iseng beli pensil alis baru karena takut pensil alisku habis semua (padahal aku masih ada 3 pensil alis tapi yaudah cari alasan aja supaya pembelanjaanku justified wkwk).
BACA JUGA: ESQA Brow Pomade Shade Dark Brown Review
Pilihanku jatuh sama pensil alisnya BLP yang Brow Definer karena salah satu adik tingkatku ada yang suka sama pensil alis ini karena bentuk pensilnya tipe yang runcing. Kebetulan aku belum pernah coba pensil alis dengan ujung runcing karena selama ini cuma punya yang pipih dan segitiga. Jadi sebelum aku pulang ke Bekasi, aku sempatkan ke toko offlinenya BLP di Jogja karena aku mau lihat langsung pilihan shadenya ada apa aja. Aku kira mereka punya at least 4 shade, tapi ternyata cuma ada dua. Karena rambutku hitam, udah pasti aku pilih shade yang paling gelapnya yaitu ash brown.
Salah satu alasan kenapa aku sebisa mungkin beli sesuatu offline adalah karena aku butuh tahu gimana feelnya ketika aku megang produk tersebut. Aku kira pensil alis BLP ini bakal terasa berat, atau seenggaknya berasa "ada" gitu lho, karena selama ini juga semua pensil alisku bodynya besar-besar (tentunya "besar" dalam ukuran pensil alis ya) tapi BLP punya tipis dan kecil banget, aku sampai khawatir bodynya bisa patah wkwk.
As always, pensil alis ini mekanik, ada dua sisi, satu sisi isinya pensil, satunya lagi spoolie untuk bantu membaurkan produknya di alis. Sebagai mantan pecinta pensil alis raut, aku mulai paham kenapa orang-orang prefer pensil alis mekanik. Mostly karena mereka nggak perlu repot-repot diraut, tapi juga karena nggak butuh bawa-bawa spoolie sendiri lagi walaupun sekarang ini ada juga pensil alis raut yang udah ada spoolienya sendiri.
Setelah aku cobain sendiri ngalis pakai jenis pensil alis yang runcing ujungnya, aku jadi paham kenapa banyak yang suka sama produk ini. Menggambar alis jadi jauh lebih presisi, apalagi buat aku yang take brows very seriously dan suka alis on fleek. Aku dikasih tahu sama mbak-mbak yang jaga kalau formula pensil mereka ini udah seperti brow mascara, jadi bisa sekalian bantu bikin rambut-rambut alis jadi lebih tegak dan tahan lama. Aku udah coba pakai beberapa kali dan formulanya selain waterproof, sweatproof, juga oilproof karena aku tipe yang alisnya juga suka berminyak. Menurutku kalau kalian punya rambut alis yang termasuk tipis, pakai pensil alis BLP ini bakal cukup banget meski tanpa tambahan brow mascara.
Aku tuh sering banget dapat DM dari followers di Instagram buat sering-sering review produk yang "affordable" karena rata-rata yang kureview selalu harganya di atas Rp 100.000 😅 Yah, aku pikir selama nggak di atas Rp 200.000, itu artinya udah affordable, tapi aku sadar sih standard affordable buat setiap orang beda-beda, dan setelah kuperhatiin garis tengah "affordable" buat followersku itu ternyata ada di bawah Rp 100.000. Jadi dimulailah perjalananku mencari produk-produk skincare yang murah meriah buat direview. Perjalanannya cukup menarik, karena aku sadar, rejeki itu naik turun, selama ini kalau dapat produk bagus yang harganya lumayan mahal, itu karena aku dikasih sama brandnya atau dapat dari giveaway. Kalau cocok kan jadi bingung juga ya gimana nanti repurchasenya haha. Jadi perjalanan mencari skincare affordable ini bukan cuma buat followersku, tapi buat aku sendiri.
Sebelumnya aku udah pernah review beberapa produk dari brand Simple, dan kali ini aku bakal review produk mereka lagi karena beneran deh, kalau ngomongin soal affordable dan efektivitas, menurutku brand Simple ini is the one to go. Mereka mudah didapatkan, harganya mostly di bawah Rp 100.000, dan dari segi formula juga nggak banyak irritating ingredientsnya jadi meminimalisir breakout. Selama ini aku cuma pernah coba hydrating toner dari Hada Labo sebagai alternatif affordable skincare, jadi waktu aku ke Guardian dan lihat tonernya Simple ini aku langsung check out aja.
Oke mari kita bahas tentang produknya. Jadi sama seperti produk Simple lainnya, tonernya yang ini nggak ada wangi apapun. Kalau biasanya masih suka kecium wangi kimia, tonernya ini blas nggak ada bau sama sekali. Teksturnya cair banget, persis air, mengingatkan aku sama Hada Labo Gokujyun Ultimate Light Lotion. Nah biasanya toner dengan konsistensi cair begini suka kurang berasa hidrasinya dan ya, boleh dibilang memang kurang sih. Ini karena aku udah pernah coba toner dari brand lain dengan konsistensi yang sama dan setelah dibandingin memang toner Simple ini kurang memberikan hidrasi ke kulit.
Sebetulnya sih kurangnya dia menghidrasi sih bisa diatasi dengan ngelayer tonernya sampai beberapa kali. Butuhnya sampai berapa ya balik lagi ke kulit masing-masing. Cuma kalau kulit kalian rentan dehidrasi kayak aku, kemungkinan sih bakal sering ngelayer toner ini hahaha. Overall, it's not a bad product, dan considering dia termasuk affordable, menurutku dia oke aja. Nggak yang sampai bagus banget, bikin nggak bisa berpaling, tapi biasa aja. Bisa jadi toner emergency ketika kita kehabisan hydrating toner andalan, tinggal mlipir ke Guardian/Watson deh.
Waktu pertama kali belajar soal make-up, hal pertama yang aku pelajarin adalah ngalis. Karena menurutku, sebagai orang yang nggak punya alis tebal, ngalis bisa bikin muka kelihatan beda banget. Alis itu ngasih aksen tersendiri ke muka, termasuk gimana karakter kita terlihat di mata orang lain. Baru setelahnya aku mulai nyicil ke produk lainnya seperti foundation dan concealer. Bagian favorit dari doing my own make-up adalah pakai face products yakni bronzer/contour, blush, dan highlight—oh, apalagi highlight, mereka bikin aku excited banget!
Sebagai pemilik muka oval, bronzer adalah penyelamat hidup ketika pipi lagi kelihatan chubby-chubbynya tapi aku mau terlihat tirus haha. Walaupun ya jujur aja sih, dari pertama belajar sampai sekarang juga masih susah bikin bronzer yang rapi, nggak medok kayak kelempar tanah pipinya. Aku masih suka merasa kesulitan ngebronzer karena mukaku nggak simetris, pipi kanan sama kiri lebih tirus yang kiri, jadinya harus ngebronzer ekstra pipi kanan biar nggak jomplang.
Kalau sebelumnya aku selalu pakai bronzer dari brand luar, kali ini aku berniat menemukan bronzer yang pas dari brand lokal karena #supportlocalbrand yow! Udah lumayan lama ngincer bronzernya ESQA, cuma kupikir dia baru available di face palette-nya aja, belum ada individual productnya. Tapi habis jalan-jalan ke Sociolla eh ternyata baru ngeh kalau bukan cuma bronzer aja yang udah ada singlesnya, tapi juga blushnya. Sampai sekarang aku masih naksir blush mereka yang shadenya Malibu, semoga bisa segera kesampaian beli deh hehe.
Packagingnya ESQA tuh as always ya, simple, cantik, elegan khas mereka. Waktu produknya sampai ke tanganku, aku kaget karena ternyata kecil banget! Dibandingkan sama bronzer Physicians Formula dan Wet N Wild-ku, dia paling kecil hahah. Aku pilih yang shade Havana, dia shade paling gelap dari dua shade yang tersedia. Sedih sih pilihan shadenya sedikit banget, semoga ke depannya ESQA bakal nambah lagi deh :(
Seperti yang aku bilang di awal, ngebronzer itu masih jadi sesuatu yang harus aku latih karena perbedaan tulang pipi yang satu dengan lainnya. Plus, formula bronzernya ESQA ini pigmented banget, jauh lebih pigmented dibandingkan bronzerku yang lainnya, bukan tipe yang lightly pigmented dan bisa dibuild up perlahan. Jadi menurutku kalau kalian baru belajar bronzing/contouring pakai produk ini, mungkin akan agak kesulitan karena formulanya nggak fool proof. Walaupun begitu biasanya kalau udah terlanjur terlalu banyak bronzing, aku bisa timpa pakai translucent powder lagi di atas bronzernya, atau pakai teknik baking sekalian supaya lebih rapi dan bisa dikontrol bentuknya. Warnanya cantik, pas buat define tulang pipi dan rahang, dan warnanya warm undertone. Dia juga nggak gampang hilang walaupun aku nggak pakai base makeup seperti foundation atau concealer.
Waktu For Skin's Sake ngasih teaser kalau mereka mau ngeluarin produk baru yang mana adalah sebuah sunscreen, aku langsung girang banget! Soalnya aku selama ini belum pernah punya sunscreen dari brand lokal. Ada sih beberapa yang udah masuk wishlist, tapi harganya jauh di luar budget wkwk. Sunscreen FSS ini ada dua versi, satu ukurannya mini 7ml, dan yang satunya lagi ukuran full size 45ml. Harga full sizenya sendiri nggak sampai Rp 200.000, dan waktu mereka masih baru-baru launching di Sociolla, ada diskon bundle gitu bisa dapat sepaket yang mini sama yang full size seharga Rp 138.000! Jelas aku ambil dong, soalnya kalau ditotal harga aslinya bisa Rp 200.000 lebih.
Sunscreen ini namanya Weightless, karena digadang-gadang punya tekstur dan feel yang hampir nggak berasa di kulit. Karena selama ini banyak orang masih malas pakai sunscreen karena menurut mereka, pakai sunscreen bikin berat di kulit, bikin sumuk, jadinya nggak betah deh, apalagi dengan adanya anjuran sunscreen yang harus dipakai sebanyak 1/4 sendok teh atau dua ruas jari. SPF-nya 50, ada niacinamide juga di dalamnya, dan udah broad spectrum yang mana bisa melindungi kita dari UVA dan UVB.
Dari pertama merhatiin review dari beauty influencer yang udah duluan nyobain produknya, banyak yang bilang kalau produk ini ada wangi lavender tapi nggak terlalu kecium. Bahkan saking sedikitnya sampai-sampai sama pihak For Skin's Sake sendiri sempat lupa ditulis, cuma setelah resmi launching akhirnya ingredients lavender oil dimasukkan ke dalam ingredients list. Aku kira ya karena sedikit, wangi lavendernya beneran nggak akan kecium, tapi setelah nyobain langsung ternyata ya lumayan ketara wkwk. Aku jarang punya skincare yang wanginya lavender, jadi pas nyium sunscreen ini agak kaget ternyata wanginya kayak wangi nenek-nenek.
Tapi kalau dari segi texture dan finish sih sunscreen ini memang juara. Rasanya nyaman banget di kulit, aku biasa pakai sampai dua jari bahkan lebih dan nggak berasa berat di muka sama sekali. Di banyak orang finishnya dewy atau semi-matte, tapi di aku dia malah benar-benar matte, bahkan lebih matte dibanding sunscreen L'Oreal yang Matte & Fresh. Proteksinya juga bagus, selama pakai ini mukaku nggak cepat tambah gosong ataupun jadi kusam. Kalau kalian juga lagi nyari sunscreen dari brand lokal, bisa banget cobain sunscreennya For Skin's Sake ini.
Yuhuu, postingan hari ini akan sedikit berbeda karena aku nggak akan bahas soal beauty product. Paketnya baru banget datang kemarin, dan aku langsung excited buat buka. Jadi buat yang belum tahu, aku ini udah lama sebenarnya jadi fans kpop group. Dulu aku fans garis santainya EXO, aku sempat jadi fansnya One Direction juga tapi setelah kenal EXO jadi nggak bisa berpaling. Sayangnya sejak EXO kehilangan beberapa Chinese membernya, aku jadi kehilangan banget dan patah hati luar biasa karena dulu aku condong ke EXO-M, yang mana 3 membernya hengkang satu per satu. Sejak saat itu aku udah nggak lagi ngefans sampai sebegitunya sama grup kpop manapun, takut patah hati lagi soalnya haha.
Beberapa tahun kemudian, aku punya pacar dan ternyata pacarku diam-diam mulai getol nontonin Twice! Aku kaget aja karena selama kami pacaran, aku jarang juga expose musik Korea ke dia, dan dia sendiri tipikal yang dengerin lagu-lagu heavy metal. Makanya waktu tiba-tiba dia bahas soal Twice, aku kaget banget. Kupikir awalnya kesukaan dia cuma sekedar lewat aja, bakal hilang seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata makin ke sini makin intens aja deh tuh mas pacar tenggelam sama dunia Korea termasuk kdrama-nya. Kebetulan dia mau ulang tahun akhir bulan ini, jadi aku memutuskan buat beliin dia album Twice yang paling baru, yang pas banget nih releasenya dekat-dekat, yaitu Twice 9th Mini Album, More & More.
Baca juga: Album Review: Overdose by EXO-M
Awalnya sih udah sempat ditawarin buat beli bareng, tapi aku nggak ada planning sama sekali sampai tiba-tiba ingat kalau mas pacar mau ulang tahun. Langsung lah aku hubungin temanku itu dan untungnya di tempat dia pesan albumnya masih buka PO. Aku di situ masih ragu mau beneran beli apa nggak, soalnya udah lama nggak beli album Korea kan, jadi ada trust issue dulu takut tokonya bermasalah atau apa gitu, soalnya aku sering baca thread di Twitter banyak masalah barang nggak sampai karena ditipu sana sini lah. Buat beli album ini aku pesan PO di Midevio, mereka punya Instagram dan Shopee juga, bisa dicek langsung aja guys. Jaman sekarang ini lebih bisa ditrack pembayarannya karena baik DP ataupun pelunasan bisa lewat Shopee. Kalau dulu malah aku beli album Korea lewat Twitter atau Instagram ya nggak ada yang bisa jamin uangnya aman lol.
Walaupun dari tanggal DP sampai barangnya sampai ke aku cukup lama, tapi at least semuanya lengkap dan aman sentosa nggak kurang suatu apapun. Kadang tuh suka sedih kalau lihat ada kasus pihak ekspedisi suka ngerusak tabung buat ngirim posternya sampai dibelah dua padahal poster pasti limited edition, nggak bakal diprint banyak. Untungnya sih paketanku semuanya sampai dengan selamat. Oh iya, alasan kenapa aku akhirnya ikut PO adalah karena kalau di PO bisa dapat photocard benefit yang nggak bisa didapat kalau pesannya nanti-nanti alias ini limited edition nder!
Baca juga: Album Review: Miracles In December by EXO-M
Albumnya ini ada tiga versi; A, C, dan C. Karena ini album buat mas pacar, jadi aku tanyalah ke dia mau yang mana dan dia jawab A. Mungkin karena yang A ini dominan warna gelap ya jadi kelihatannya elegan dan cool gitu haha. Aku sendiri malah pengen banget yang versi C karena versi C warnanya putih cream gitu sampulnya dan covernya juga cantik kayak foto di kebun dan kelihatan effort juga. Sementara menurutku kalau yang versi A ini fotonya kayak di studio biasa pakai backdrop hitam udah gitu doang :( Ya pokoknya kalau dilihat dari luar sih kelihatan lebih effort yang versi C.
Maaf yang ini fotonya nggak bisa full karena lebar banget nder :( Pokoknya ini tuh kayak photocard tapi gede (?) haha, aku juga nggak tahu sih fungsinya apa, isinya foto individual para member sesuai tema di satu sisi, terus satu sisinya lagi foto mereka di kebun yang kayak versi C, cuma random gitu kayak puzzle karena slide yang satu nggak nyambung sama yang di sebelahnya. Di antara slidenya ada garis putus-putus yang mana artinya mereka bisa dilepas satu-satu. Kayaknya memang puzzle sih belakangnya.
Nah terus yang aku nggak tahu tuh ternyata CD-nya juga diprint beda-beda tergantung dapatnya siapa wkwk. Wah emang lucky banget sih bisa dapat Jongyeon karena bias pacarku tuh dia. Kalau aku sendiri dapatnya Jihyo dan ya karena ini bukan buatku tapi buat pacar jadi aku bangga banget dong bisa dapat versi CD yang mukanya Jongyeong hihi. Kalian kalau punya CD dari album Korea gini diputar nggak? Kalau aku sih nggak pernah, pokoknya semua perintilannya itu nggak boleh diapa-apain biar kayak kolektor barang antik.
Oke kita masuk ke bagian yang paling sering ditunggu-tunggu sama album hunter yakni PHOTOCARD! Jadi seperti yang aku bilang di awal, buat PO ini bisa sekalian dapat photocard benefit di mana tiap member ada individual selfie-nya ditambah group photo ot9. Yang bawah itu photocard benefit, yang atas itu ya photocard biasa kalau kita beli albumnya meski tanpa PO bakal tetap dapat. Surprisingly album Twice ini nggak pelit photcard karena bahkan yang bukan benefit aja dapatnya 5 sekaligus lho. Terus ada kartu hologram gitu juga tapi aku nggak tahu itu apa dan nggak berani buka heheh takut rusak karena ini kan harusnya hadiah ya jadi bukan punyaku. Tapi ya ampun Twice tuh cakep-cakep banget nggak sih guys huhu mau nangis!
Daaan terakhir ini cuma mau ngasih tunjuk photocard bias aku yang paling cakeps, Jihyo! Aku udah tanya pacarku dari awal sih kalau nanti dapat photocard yang ada Jihyo-nya boleh buatku apa nggak dan dia ngebolehin hihi. Duh ternyata excitementnya masih ada, jadi nostalgia ke jaman waktu masih jadi fans kpop garis santai hiksss. Sekarang malah kepikiran mau beli album Twice lainnya tapi itu berarti pengeluaran aku bakal bertambah yang tadinya cuma beauty products jadi album Korea juga, oh no!
-----
Where to buy? Midevio
How much? Rp 250.000
Salah satu faktor yang membuatku aku semakin mantap melangkahkan kaki jadi beauty reviewer adalah karena semakin ke sini, local brand semakin menunjukkan inovasi dan nggak lagi takut untuk bikin sesuatu yang out of the box. Kalau dulu aku sempat berpikir lipstik matte itu cuma ada di luar negeri, sekarang lip product dari brand lokal mana sih yang nggak punya lipstik matte? Dulu aku obsessed buat cari beauty product dari brand luar negeri karena pilihan dari brand lokal nggak banyak, tapi sekarang baik untuk make-up maupun skincare udah berani bersaing buat ngeluarin produk-produk baru.
Kali ini aku mau ngomongin soal local brand yang masih terbilang cukup baru yaitu Innertrue. Awalnya sih tahu karena dia dijual sama Glow Necessities, dan sebagai pecinta gentle cleanser, tentunya aku nggak bisa skip dong buat cobain Innertrue Awakening Cleansing Gel, apalagi karena dia dari brand lokal, jadinya lebih mudah didapat juga nggak perlu sampai PO segala macem hehe. Innertrue ini produknya ada beberapa. Selain cleanser, mereka juga ngeluarin serum, moisturizer, dan toner.
INFO PRODUK
- Nama brand: Innertrue
- Nama produk: Awakening Cleansing Gel
- Jenis produk: Sabun muka
- Ukuran: 100 ml
- PAO: 24 bulan
- Harga: Rp 120.000
- Tempat beli: Shopee Official Innertrue
- BPOM: NA18191205633
Ngomongin soal gentle skincare, sebetulnya aku bukan orang yang saklek semua produk yang aku pakai harus punya formula yang gentle. Cuma memang khusus untuk cleanser, aku sebisa mungkin pakai yang gentle karena kulitku rentan dehidrasi dan kalau salah cleanser bisa bikin kulit jadi semakin dehidrasi, kalau udah dehidrasi bakal rentan jerawatan. Salah satu ingredients dalam cleanser yang aku hindari adalah SLS atau Sodium Lauryl Sulfate. Untungnya dalam cleanser Innertrue ini, surfaktan yang mereka pakai adalah SLES atau Sodium Laureth Sulfate. Walaupun namanya hampir mirip, tapi keduanya berbeda. SLES nggak akan bikin muka terasa kering atau ketarik seperti SLS, dan biasanya cleanser dengan kandungan SLES juga nggak menghasilkan busa melimpah. Selain itu, ada banyak star ingredients di dalamnya seperti niacinamide, lactic acid, dan salicylic acid yang bagus untuk kulit berminyak dan berjerawat.
Ingredients: Aqua, Sodium Laureth Sulfate, Potassium Cocoyl Glycinate, Cocamidopropyl Betaine, PEG-120 Methyl Glucose Dioleate, Butylene Glycol, Hydroxyethyl Urea, Aloe Vera Leaf Extract, Niacinamide, Allantoin, Disodium EDTA, Lactic Acid, Salicylic Acid, Curcuma Longa (Turmeric) Root Extract, Camellia Sinensis Leaf Extract, Tranexamic Acid, Licorice (Glyvurrhiza Glabra) Extract, Bisabolol, Tetrapeptide 45, Fructooligosaccharides, Beta Vulgaris Root Extract, Dmdm Hydantoin.
Wanginya ini khas salicylic acid, sebelumnya aku pernah coba dari cleanser dengan salicylic acid dari COSRX dan di aku rasanya masih terlalu kering. Sejak saat itu aku jadi suka sensi sama salicylic acid karena coba dari brand lainpun juga kurang cocok. Mungkin karena di dalam produk ini ingredients salicylic acid ada jauh di urutan bawah jadi nggak seintens itu ya rasanya, makanya di aku rasanya cleanser ini nggak bikin kulit kering. Teksturnya cair banget kayak air, dan warnanya putih keruh gitu. Kalau biasanya pakai sabun muka aku bisa ngukur sebesar biji jagung, sama Innertrue Awakening Cleansing Gel ini agak susah ngaturnya karena dia gampang keluar dari botolnya. Dan sebetulnya nggak butuh banyak banyak juga, biasanya aku pakai sekitar satu ruas jari aja buat semuka.
Cleanser ini nggak bikin breakout di aku, nggak meninggalkan rasa kesat, dan rasanya juga muka tetap bersih. Biasanya kalau dengan gentle cleanser itu karena mereka nggak ngasih banyak busa, kita jadi suka mikir ini sebenernya udah bersih apa belum kan. Nah Innertrue ini tetap berasa kalau kita udah cuci muka kok hehe. Untuk efek mencerahkannya sih aku kurang tahu ya dia efektif atau nggak, karena selain aku pakai serum untuk mencerahkan dan sunscreen, rasanya untuk produk bilas bisa jadi nggak terlalu efektif. Tapi menurutku it's a good option untuk kalian yang juga lagi mencari gentle cleanser.
Waktu aku up produk ini di Instagram story aku beberapa hari lalu, banyak banget yang reply nanya reviewnya dan belinya di mana. Aku kaget aja karena sebelumnya nggak pernah ada produk yang segini dicarinya sama orang-orang. Sebetulnya aku udah ngeh dari Twitter duluan, karena tiba-tiba banyak yang ngetweet kalau terjadi kelangkaan sama stok produk Simple di Guardian offline di kota mereka. Aku yang tadinya tinggal di Jogja bingung sendiri, karena kalau main ke Guardian Hartono ataupun Guardian Amplaz semuanya masih full stock lengkap. Tadinya malah mau buka jastip, tapi karena aku mager parah urusan packing, jadi urung deh hahah.
Anyway, jadi gimana ceritanya aku beli Simple Water Boost Hydrating Gel Cream ini? Tentunya aku udah pernah lihat ini direview sama salah satu mutualku di Twitter (tapi lupa siapa huhu sorry banget!) dan karena aku masih dalam misi buat mencari moisturizer yang harganya di bawah Rp 100.000, jadi waktu aku main ke Guardian aku sempatkanlah beli ini. Kebetulan karena harganya memang termasuk affordable sih, untuk ukuran 50ml ini dia cuma Rp 56.000.
Kalau ngomongin soal moisturizer, apa sih yang biasanya kalian cari? Kalau aku lihat di Twitter tuh sering banget orang-orang nyari moisturizer yang bisa sekalian mencerahkan kulit, atau bahkan menghilangkan jerawat. Ya nggak salah juga sih, kalau memang bisa efektif buat fungsi selain melembabkan, kenapa nggak, cuma kalau aku pribadi sih justru lebih suka pakai moisturizer yang plain aja, nggak neko-neko, straight fokusnya buat melembabkan aja. Karena kalau untuk urusan jerawat atau mencerahkan kulit, aku bisa andalkan serumku. Dan karena sudah pakai serum dengan bahan aktif (dan biasanya nggak cuma satu kan) jadi sebisa mungkin moisturizerku nggak ngasih banyak bahan aktif juga biar kulitku nggak overwhelmed. Nah kalau kalian tipe yang sama kayak aku, kemungkinan kalian akan suka sama Simple Hydrating Gel ini karena dia fokusnya ke melembabkan tok.
Sebelumnya aku udah pernah pakai produk dari Simple, yaitu hydrating tonernya dan face washnya. Yang aku suka dari brand Simple ini adalah formula mereka yang sesuai sama namanya, simple, karena mereka fragrance free, alcohol free, dan essential oil free. Kalau dilihat dari formula aja, Simple ini adalah brand yang ditujukan mainly untuk orang yang punya kulit sensitif dan mudah reaktif sama tiga bahan tadi.
Karena dia fragrance free, jadi nggak ada wangi apapun yang tercium. Teksturnya hampir seperti COSRX Oil-free Lotion tanpa terasa silicon-y, dan cenderung watery. Kalau pakai ini, biasanya aku bisa layer lebih banyak produk sebelumnya, karena dia nggak akan bikin muka tambah berat. Untuk kebanyakan orang mungkin akan terasa kurang okulsif ya, dia masih terasa emollient, tapi di aku sih oke oke aja sebagai moisturizer di tahapan akhir. Perlu diingat kalau kulitku jenisnya berminyak, jadi aku nggak tahu gimana experiencenya nanti kalau kulit kalian jenisnya kering. Bisa jadi dia kurang melembabkan, but hey, untuk moisturizer drugstore dengan harga di bawah Rp 100.000, menurutku ini bisa jadi pilihan yang oke banget.
Siapa di sini yang nggak bisa hidup tanpa ngalis? xD Aku adalah orang itu, karena alisku yang keberadaannya suka dipertanyakan alias antara ada dan tiada, jadinya ngalis adalah prioritas ketika dandan. Sebetulnya sih kalau masih dalam skala pergi-pergi bareng teman atau sekadar keluar cuma sebentar aku nggak perlu-perlu amat ngalis, cuma kalau untuk keperluan ngampus (dulu) atau hang out yang lama dan ketemu banyak orang, bisa ditebak aku bakal ngalis. Menurutku alis itu salah satu dandanan yang paling gampang dinotice setelah lipstik. Apalagi untuk orang-orang seperti aku yang sehari-hari alisnya kelihatan tipis, begitu ngalis udah pasti orang ngeh, oh aku ngalis. Dan karena alis ini bisa ngasih berbagai macam impression orang ke kita, jadinya aku berusaha bikin alis yang memang bagus dan masuk ke seleraku.
Nah, kapan hari di Sociolla ini produk-produknya ESQA lagi diskon, dan aku kepincut sama pensil alis mereka yang banyak banget dibahas sama orang-orang, katanya sih ya bagus. Sebagai tim ngalis garis keras, aku merasa perlu membuktikan omongan orang-orang ini hahaha. Selama ini sih aku pakai pensil alis dari Innisfree, tapi aku bertekad buat menemukan pensil alis lokal yang pas di hati demi support brand lokal. Harga aslinya sekitar Rp 125.000, tapi karena diskon jadi Rp 80.000, aku check out deh!
Sama seperti pensil alis mekanik lainnya, brow pomade dari ESQA ini dilengkapi dengan spoolie di satu ujung pensil. Menurutku spoolienya cukup nyaman dipakai, nggak terasa kasar dan bisa ngeblend produknya dengan baik. Pensilnya itu sendiri berbentuk segitiga, bukan pipih seperti Innisfree atau pensil runcing seperti BLP. Sebetulnya ini pertama kalinya aku pakai pensil alis dengan ujung berbentuk segitiga dan ternyata aku kurang suka :( Memang sih, untuk orang-orang dengan alis yang jarang dan sedikit, ujung pensil alis segitiga akan sangat memudahkan proses menggambar karena permukaannya yang luas memungkinkan kita untuk mengcover area yang lebih banyak dalam waktu singkat. Tapi karena aku orangnya sangat terobsesi dengan alis yang rapi dan bold ala Instagram, justru dengan ujung segitiga seperti ini membuatku kesulitan untuk melakukan detailing pada alis.
Tekstur pensil alisnya termasuk yang kering dan waxy gitu, dan karena dia brow pomade, jadi bisa sekalian bikin rambut alis kita lebih tertata dan nggak berantakan meski tanpa dilayer sama brow mascara lagi. Ini juga pertama kalinya aku ketemu pensil alis ala brow pomade gini, agak tricky sih, butuh penyesuaian dulu waktu pertama kali pakai. Tapi overall aku cukup suka dengan performanya, terutama karena dia waterproof dan sweatproof, jadi nggak gampang luntur dan nggak gampang geser juga kalau nggak sengaja kena tangan. Menurutku produk ini tetaplah worth to try, cuma aku sendiri tetap lebih nyaman pakai pensil alis yang bentuknya nggak segitiga :")
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons