Beberapa waktu lalu aku dihubungi sama pihak Avoskin dan ditawarin buat cobain salah satu produk mereka yang aku yakin, banyak dari kalian yang udah coba. Sejauh ini memang produk-produk Avoskin masih jadi wishlist di aku karena seringkali aku ngebuka terlalu banyak produk sekaligus, jadinya harus konsisten ngehabisin yang udah ada dulu karena kejar-kejaran sama PAO (haha, jangan ditiru ya!). Salah satu yang jadi wishlist aku dari Avoskin tentunya si Miraculous Refining Toner ini. Dari semua review yang kubaca sih semuanya hampir satu suara kalau tonernya ngasih rasa clekit-clekit waktu dipakai. Hal kayak gitu wajar karena toner ini fungsinya buat exfoliating. Selama ini aku nggak pernah takut sih sama efek samping dari nyobain exfo toner kayak purging atau rasa perih di kulit, karena selama ini rasa-rasanya masih bisa dimanage. Selain itu sih reviewnya juga bagus-bagus, bahkan banyak yang berani gabungin pemakaian toner ini sekalian sama active ingredients lainnya.
BACA JUGA: Jumiso Yes I Am AHA 5% Toner Review
Kemasannya Avoskin ini terbuat dari plastik dan warnanya senada sama warna exfoliating serumnya. Cuma kayaknya kalau yang serum terbuat dari kaca nggak sih? Hmm kurang tahu juga soalnya aku belum pernah coba. Tutup botolnya bentuk ulir, jadi kalau kalian tipe yang nggak telaten kayak aku, bakal bisa kehilangan tutupnya karena dia kecil dan ringan banget haha jadi gampang kelempar atau keselip dari tangan. Di botolnya juga tertulis beberapa informasi, tapi tetap lebih lengkap di bungkusnya. Jadi kalau kalian butuh panduan cara pakainya, jangan langsung dibuang bungkus kardusnya ya.
Toner ini ada kandungan AHA, BHA, dan PHA sebagai exfoliating agent, ditambah dengan niacinamide, tea tree, witch hazel, aloe vera, dan raspberry yang mempunyai klaim untuk mencerahkan kulit, meratakan warna kulit, mengecilkan tampilan pori-pori sekaligus melembabkan. Toner ini juga diklaim Avoskin aman untuk pemilik kulit acne prone. Kebetulan aku sendiri kulitnya acne prone, jadi harusnya ini aman di kulit. Kalau kalian mau baca lebih jauh dan detail tentang produknya kalian bisa langsung baca di sini.
BACA JUGA: Klairs Supple Preparation Unscented Toner Review
BACA JUGA: Klairs Supple Preparation Unscented Toner Review
Di pemakaian pertama, aku langsung bisa ngerasain rasa perih terutama di bagian jerawat dan bruntusan yang masih baru. Rasanya jauh lebih perih dibandingkan sama exfoliating toner yang aku punya sebelumnya, jadi apa yang orang-orang bilang selama ini memang benar. Selain bikin perih, ternyata dia juga bikin kulitku gatal-gatal, terutama di bagian yang kulitnya nggak ada masalah apa-apa. Rasa gatalnya bertahan cukup lama, aku sempat mau menyerah mau langsung bilas aja daripada kenapa-kenapa, tapi untungnya sih nggak jadi huhu :( Rasa gatalnya hampir kayak kalau kulit kita kena getah lidah buaya langsung gitu lho.
Karena dia jenis exfoliating toner, jadi aku udah antisipasi bakal purging. Cuma setelah kuperhatiin, bruntusannya nggak berhenti-berhenti dan mulai muncul di bagian yang biasanya nggak ada jerawat. Akhirnya aku stop deh pemakaiannya karena selain dia bikin jerawatan, aku juga nggak tahan sama sensasi gatalnya. Kalian sendiri yang udah pernah cobain toner ini gimana pengalamannya? Cocok nggak? Share di kolom komentar ya!
Karena dia jenis exfoliating toner, jadi aku udah antisipasi bakal purging. Cuma setelah kuperhatiin, bruntusannya nggak berhenti-berhenti dan mulai muncul di bagian yang biasanya nggak ada jerawat. Akhirnya aku stop deh pemakaiannya karena selain dia bikin jerawatan, aku juga nggak tahan sama sensasi gatalnya. Kalian sendiri yang udah pernah cobain toner ini gimana pengalamannya? Cocok nggak? Share di kolom komentar ya!
Beberapa waktu lalu aku aku dikasih kesempatan buat cobain salah satu masker hits dari brand lokal, Beau Kirana. Sebetulnya udah lama juga aku lihat dia seliweran di Instagram dan direview teman-teman beauty enthusiast, cuma dari segi harga, buatku masker ini masih termasuk mahal karena dibanderol di harga Rp 200.000. Tentunya mahal atau nggak itu kan masing-masing orang beda ya, buatku standar mahal itu apa aja yang di atas Rp 200.000. Biasanya aku bakal tetap bela-belain beli kalau memang urgent dan harga sama kualitas atau performanya worth it buatku.
Baca juga: Aztec Secret Indian Healing Clay Mask Review
Kemasannya nggak pakai box, jadi semua informasi ada di tubenya. Menurutku ini cukup handy karena nggak perlu nyimpan kemasan lainnya buat tahu ingredients list atau tanggal expired produknya. Masker ini punya beberapa klaim yang cukup menarik buatku seperti; pimple, pores, black and whiteheads. Sebagai pemilik kulit berminyak dengan pori-pori besar, tentunya klaim kayak gini terkesan menggiurkan banget, ya nggak sih? Pun kebanyakan clay atau mud mask memang klaimnya serupa, makanya kenapa aku senang banget sama masker jenis clay :3
Kebetulan banget beberapa waktu belakangan ini aku memang lagi banyak bruntusan dan jerawat, jadi pas banget kan buat ngetes seberapa bagus sih masker Beau Kirana ini?
Baca juga: Skin Game Pore Rescue Mask Review
Sebelum kita mulai bahas lebih jauh soal produknya, aku mau ngomongin satu kendala soal kemasan dari mud mask Beau Kirana. Aku nggak tahu apa ini punyaku doang atau orang lain juga mengalami hal yang sama, tapi rasanya susah banget buat ngeluarin produk dari dalam tubenya. Aku pikir mungkin kelamaan aku buka tubenya, jadi udara masuk dan bikin maskernya jadi mengeras di dalam, tapi setelah beberapa kali coba pencet dengan lebih keras, maskernya keluar tetap dalam keadaan masih berbentuk pasta sih, jadi asumsi awalku salah :/ Mungkin bisa jadi masukan buat ke depannya supaya bolongan tubenya diperbesar supaya waktu mengeluarkan maskernya bisa lebih mudah. Benar-benar sekeras dan sesusah itu, tanganku sampai pegal gara-gara harus mencet keras tubenya buat ngeluarin produknya :")
Karena ini adalah mud mask, jadi teksturnya sudah pasti jauh lebih pekat dibandingkan clay mask pada umumnya. Mud mask Beau Kirana ini juga punya wangi yang enak banget yaitu wangi green tea, dan bukan jenis yang aneh sama sekali, malah menurutku wanginya persis kayak matcha, so relaxing! Tiap mau maskeran aku pasti ngendusin maskernya dulu sebelum diapply ke muka karena memang seenak itu wanginya huhu 💗 Seperti yang kalian lihat juga masker ini ada butiran-butiran scrubnya, jadi bisa sekalian untuk exfoliating secara physical. Menurutku pribadi sih scrubnya masih terlalu harsh, jadi waktu mau dibilas aku nggak perlu gosok mukaku terlalu kencang karena takut nanti scrubnya bikin kulit jadi kering.
Aku pakai masker ini setiap dua hari sekali, dan untungnya sih nggak bikin kulit jadi kering sama sekali walau dipakai sesering itu. Dari Beau Kirana sendiri menganjurkan dipakai dua kali seminggu aja, tapi gara-gara waktu pemakaian pertama kali dia bikin jerawatku yang udah ada matanya langsung kering, aku jadi ketagihan! xD Jadi klaimnya yang bilang dia bagus buat bikin jerawat kering itu memang benar, apalagi kalau lagi banyak bruntusan dan tekstur, kalau dipakaikan masker ini langsung kering satu per satu terus copot sendiri deh.
Maskernya ngasih sensasi dingin dan sayangnya di bagian kulitku yang sensitif, masker ini ngasih rasa pedas. Makanya kalau kaliah perhatikan di bagian bawah hidung pasti nggak aku pakaikan masker karena di situ kulitku paling sensitif. Kalau kena masker ini rasanya perih banget dan pedas :( Jadi kalau kulit kalian cukup sensitif, mungkin kalian harus siap-siap kalau mau nyoba masker ini. Tapi overall, aku suka karena selain klaimnya yang sesuai, mukaku kerasa bersih banget setelah pakai mud mask Beau Kirana. Rasanya kayak semua kotoran tuh divacuum gitu lho, dan kulit juga nggak jadi kering, malah plump. Maskernya cepat banget keringnya, cocok buat aku yang nggak suka lama-lama duduk nungguin masker kering hihi.
-----
Where to buy? Beau Kirana @ Shopee
How much? Rp 200.000 (excl. shipping fee)
Jujur, sejak cushion mulai populer di kalangan beauty enthusiast Indonesia, aku sendiri kurang merasa tertarik. Apalagi dulu belum banyak brand lokal yang ngeluarin cushion, jadi kebanyakan masih dari brand Korea dan selain harganya yang mahal sekali, shade yang dikeluarkan juga terbatas dan nggak cocok di kulitku yang cenderung medium dark :( Makin ke sini, brand lokal makin banyak yang ngeluarin cushion dan sebetulnya aku juga nggak terlalu tertarik, nggak ngoyo banget buat cobain. Terus kenapa akhirnya sekarang tiba-tiba punya adalah karena beberapa waktu lalu Pixy ngeluarin bundle set buat cushion dan refillnya dengan harga yang murah yakni cuma Rp 135.000 aja. Menurutku itu udah great deal banget karena kalau beli cushionnya aja harganya cuma beda Rp 10.000.
Waktu aku beli, shadenya cuma ada 3, tapi tenang aja karena sekarang cushion Pixy ini udah ketambahan dua shade baru yang lebih gelap, biar kita-kita yang kulitnya sawo matang cenderung gelap bisa cobain formulanya. Aku sendiri pakai yang shade 301 Medium Beige dan warnanya sih cukup pas di aku, cuma aku notice di beberapa jenis lighting, hasilnya entah kenapa agak ashy di kulit. Mungkin efek dari loose powdernya juga sih, tapi kalau mau turun satu shade lagi nggak cocok karena bakal kegelapan. I assume, cushion ini undertonenya cenderung netral sementara undertone aku warm makanya jadi ashy.
Ini interior dari cushion Pixy Make It Glow. Beneran deh, series Pixy yang Make It Glow ini benar-benar upgrade dari produk-produk mereka yang sebelumnya. Dari luar dia sama persis kayak produk complexion Pixy lainnya dari series yang sama, cuma beda bentuknya aja karena si cushion ini lebih tebal dan bulky. Dia udah dapat sponge dan kacanya juga, walaupun jujur aku nggak pernah pakai kacanya haha. Spongenya sih enak, nggak susah dipakai buat ngeblend produknya di kulit, dan nggak bikin cushionnya kelihatan patchy. Cuma karena bentuknya yang bulat aku suka ngerasa susah buat apply produknya ke bagian muka yang sudut-sudut karena nggak bisa precise.
Oh iya jadi ingat, salah satu alasan kenapa aku dulu nggak terlalu tertarik coba cushion adalah karena cushion menurutku mahal di tempatnya, padahal isinya sedikit. Banyak yang bilang cushion itu praktis karena bisa dibawa kemana-mana, jadi kalau mau touch up gampang. Tapi aku sendiri nggak pernah touch up pakai produk liquid seumur-umur hehe. Kalau touch up dandanan ya paling pakai bedak translucent. Makanya aku kurang bisa melihat urgensi cushion dalam kehidupan make-up ku.
Karena ini pertama kalinya aku punya cushion, sejujurnya aku nggak terlalu tahu coverage yang bakal aku expect tuh segimana. Tapi dari performa cushion ini sih menurutku dia memang light to medium coverage ya, jadi nggak seberat foundation ataupun setebal concealer. Makanya kalau untuk sehari-hari dia cocok banget, karena nggak akan terasa berat di muka tapi cukup buat menyamarkan noda-noda imperfection di muka kita. Aku cukup suka, karena jujur aku nggak terlalu suka pakai bedak, dan nggak mungkin juga setiap hari aku pakai foundation, kalau concealer sih masih mungkin tapi cuma untuk daerah bawah mata. Tapi setelah cobain formula Pixy Dewy Cushion ini, aku jadi prefer cushion ketimbang concealer. Walau begitu cushion ini sih nggak bisa nutupin dark circle aku, cuma bisa buat nutup redness aja.
Untuk ketahanannya sendiri juga cukup oke, nggak geser sama sekali sih di aku. Diset ataupun nggak sama bedak, dia bagus-bagus aja. Ini pertama kalinya aku pakai complexion product dengan finish dewy dan jujur aku suka banget! Awalnya kukira bakal kelihatan lebih becek lagi tapi ternyata hasilnya bikin mukaku kelihatan glowing dan sehat aja. Aku sih saranin kalian nggak usah set pakai bedak karena bakal bikin hasilnya jadi matte, tapi kalau muka kalian berminyak banget dan takut cushionnya pudar, pakai aja.
Kalau dengar brand Glamglow, yang terlintas di kepalaku langsung produk masker mereka si Glamglow Supermud yang jadi favorit banyak selebriti dan beauty vlogger luar negeri. Glamglow ini termasuk brand high end dan udah jelas banget, harga produknya nggak ada yang main-main. Aku sendiri nggak pernah ngoyo buat cobain produk apapun dari Glamglow. Selain karena harganya yang di luar kemampuan, dari banyak review yang aku baca sih efek dan harganya nggak worth it. Tapi ya kalau memang mampu beli dan bagus efeknya di kulit aku rasa nggak masalah haha. Karena aku yakin banyak dari kita yang beli sesuatu karena memang kepingin aja :p
Nah, kenapa tiba-tiba di sini aku punya produk Glamglow? Apakah aku dikasih? Ooo, tentu saja tidak. Belum dikasih, semoga bisa segera kerja sama sama Glamglow Indonesia haha. Jadi sekitar bulan September 2019 kemarin kalau nggak salah ingat ya, aku nggak bisa tidur dan berakhir browsing timeline Twitter. Tiba-tiba lewat lah info diskon dari menfess beauty gitu, ngasih tahu kalau produk Glamglow ini lagi diskon dari Rp. 600.000 jadi Rp. 99.000 aja! Aku kaget banget dan nggak pakai babibu lagi langsung ke Shopee dan lihat sendiri buktinya. Aku buru-buru browsing ke Pinterest shadenya kayak apa aja dan akhirnya memutuskan buat beli shade Screen Kiss. Beruntung shadenya masih available. Aku kira awalnya ini kesalahan sistem, kemungkinan bisa batal dan uang balik. Tapi ternyata beneran datang barangnya hahah.
Lip gloss ini kemasan botolnya unik banget. Dari luar udah kelihatan mewah dengan desain khas Glamglow. Yang agak beda adalah cara buka tubenya karena sebelum aplikatornya bisa ditarik keluar, dia harus diputar dulu sampai kerasa ada 'klek', baru bisa ditarik. Jadinya malah kayak pulpen gitu, lucu ya haha. Untungnya di kemasannya sendiri udah ada keterangan buat diputar, kalau nggak kayaknya aku nggak bakal bisa buka lip glossnya :))
Aplikatornya ini juga berbeda dari lip gloss yang pernah aku coba, malah dia paling beda sendiri dibandingin semua lip product yang aku punya. Biasanya kan bentuknya bisa brush atau doe foot gitu ya, nah kalau Glamglow Plumprageous ini bentuknya flat kayak spatula dan keras. Aku baru pertama kali pakai aplikator lip product kayak gini dan jujur nggak terlalu suka karena jadi susah buat ngeratain produknya di bibir. Untungnya sih dia gampang ngambil produk dari dalam tube dan produknya mau-mau aja nempel.
Warna shade Screen Kiss ini benar-benar nude dan untungnya masih cukup masuk sama warna kulitku yang sawo matang ini. Memang jadinya pucat banget sih tapi nggak masalah karena warna asli bibirku kan hitam jadinya pakai lip gloss ini aja bisa bikin kelihatan lebih fresh, apalagi karena dia juga glossy kan finishnya jadi bibir kelihatan sehat dan berdimensi. Seperti yang aku bilang tadi, aplikatornya yang mirip spatula bikin aku susah banget buat aplikasiin produknya ke bibir, jadinya kelihatan nggak rapi dan kayak nggak rata. Dia ada sensasi dinginnya, persis sama kayak Catrice Volumizer Lip Booster. Oh iya, dia juga nggak berat sama sekali lho. Rasanya tetap ringan walaupun dia lip gloss.
-----
Where to buy? beautybox.id @ Shopee
How much? Rp. 565.000
Salah satu discovery terbesarku di tahun 2019 kemarin soal skincare adalah mulai menggunakan retinol. Sebetulnya bukan jenis ingredients yang asing di telingaku sih, karena selama ini udah sering baca banyak review produk retinol yang dipakai sama teman-teman, dan jujur memang bertekad buat ikutan nyobain juga. Tapi untuk mulai pakai retinol itu sendiri nggak semudah nyobain hydrating toner baru, karena memulai pakai retinol itu nggak bisa buru-buru dan gegabah. Kalau udah mau masukin produk dengan kandungan retinol ke skincare routine, berarti harus dijadwal dan dirombak ulang produk mana aja yang kira-kira bakal berlawanan sama retinol ini.
Lalu apa retinol semenyeramkan itu? Hmm, sebetulnya tergantung kulit masing-masing dan formula produknya itu sendiri. Aku ini kan sebelumnya belum pernah pakai retinol sama sekali, jadi kulitku ini masih virgin kalau sama retinol. Pemakaian retinol itu bisa bikin kulit jadi lebih sensitif dan bahkan di awal-awal bisa menyebabkan purging. Makanya kenapa begitu kita mulai pakai retinol, kita benar-benar harus giat pakai sunscreen setiap hari tanpa bolong dan nggak boleh malas! Kalau nggak malah kulit jadi amburadul deh :(
Meski agak dagdigdug sama retinol, tapi aku tetap ingin cobain, dan produk pertama yang aku coba adalah FSS Retinol Overnight Cream. Sebelumnya memang FSS punya retinol tapi dalam bentuk serum, kayaknya cream ini malah baru keluar akhir-akhir ini deh. Aku sempat nyimak Instastory-nya Mas Stefan soal produk ini dan dia cukup suka karena kandungan retinolnya itu sendiri termasuk rendah, cuma 0.1% jadi cocok buat yang baru mulai pakai retinol. Plus, dia juga ada kandungan green tea, vitamin E, dan hyaluronic acid, jadinya nggak akan bikin kulit terasa kering setelahnya.
Yang aku suka dari kemasan FSS Retinol Overnight Cream ini, dia udah dilengkapi dengan anjuran pemakaian dan cara penyimpanan produknya itu sendiri. Cara mengenalkan retinol sebetulnya kurang lebih sama seperti mengenalkan exfoliating toner ke kulit. Selalu mulai dengan frekuensi paling sedikit, kemudian perlahan-lahan frekuensi pemakaiannya ditambah sambil tetap memperhatikan kondisi kulit. Di jarnya juga sudah tertera kalau pakai produk retinol, pastikan kamu pakai sunscreen setiap hari dan hindari terkena paparan sinar matahari langsung.
BACA JUGA: Jumiso Yes I Am AHA 5% Toner Review
Kemasan jarnya ini warnanya hitam pekat, fungsinya supaya sinar matahari bisa dicancel dan nggak langsung tembus ke dalam kemasannya, supaya produknya nggak cepat rusak. Makanya di anjuran penyimpanannya juga tertulis kalau dia harus disimpan di tempat yang jauh dari sinar matahari dan jangan kelamaan dibiarkan terbuka. Biasanya kalau mau pakai, aku cukup buka sekali, ambil beberapa buat dioles ke seluruh muka, tapi ngeratainnya belakangan, jadi produknya nggak akan kelamaan kebuka. Kalau kata Mas Stefan sih memang kemasan jar begini kurang pas buat produk retinol karena rentan terpapar udara dan sinar matahari.
Krimnya teksturnya ringan, lebih ke emollient dibanding occlusive sih, dan wanginya kayak beer haha. Warnanya juga agak kekuningan gitu, awalnya sempat khawatir dia udah oksidasi sih tapi habis lihat beberapa review teman-teman memang dari awal warnanya begitu.
Krimnya teksturnya ringan, lebih ke emollient dibanding occlusive sih, dan wanginya kayak beer haha. Warnanya juga agak kekuningan gitu, awalnya sempat khawatir dia udah oksidasi sih tapi habis lihat beberapa review teman-teman memang dari awal warnanya begitu.
Seperti yang aku bilang, aku ini baru pertama kali pakai retinol. Di awal pemakaian aku udah siap banget kalau misal nanti terjadi purging, tapi ternyata nggak purging sama sekali. Aku pakai dia juga di saat kondisi kulitku lagi kurang bagus, dan jadinya malah bisa mempercepat jerawat dan bruntusan kempes, wow! Memang dari awal fungsi retinol itu kan selain sebagai anti aging agent, dia juga membantu mempercepat regenerasi sel, jadinya kulit nggak kelihatan dull. Kalau udah lihat hasilnya yang mantap kayak gitu, langsung ketagihan deh buat pakai setiap hari haha. Akhirnya aku naikin deh frekuensi pakaiku yang tadinya cuma dua kali seminggu, langsung ujug ujug jadi setiap hari tapi malam doang. Eeeeh, ternyata malah kulitku jadi sensitif banget! Langsung merah-merah dan rasanya kayak kering gitu.
Akhirnya aku memutuskan buat tetap kasih jeda dengan pakai dia selang-seling, setiap tanggal genap aja, tetap dipakainya malam hari aja. Oh iya, tadinya tuh aku bingung mau dipakai di slot apa, takutnya kurang moisturizing kalau dipakai sendiri tanpa dilayer lagi dengan moisturizer beneran, tapi ternyata cukup-cukup aja, mungkin karena kulitku berminyak ya. Kalaupun mau ngelayer lagi dengan moisturizer lainnya sih aku sarankan cari yang teksturnya light. Dari pihak FSS juga membolehkan kok dilayer, yang penting nggak ada ingredients yang saling berlawanan aja. Aku sendiri akhirnya prefer dia jadi moisturizer malam tok.
Intinya ketika kita memang comitted buat pakai retinol, kita benar-benar harus perhatiin maunya kulit kita gimana. Kalau memang kuatnya seminggu sekali, jalani. Kuatnya setiap hari, ya silahkan. Pokoknya sesuaikan aja, yang penting sabar dan konsisten. Karena setelah nambahin retinol ke dalam skincare routine aku, kulitku jadi halus banget teksturnya, pori-pori nggak lagi menganga kayak kawah, dan noda di wajah jadi lebih cepat memudar. Dia nggak bikin muka jadi nggak berjerawat, tapi mereka jadi lebih manage-able. Benar-benar keputusan terbaik buat coba pakai retinol. Walaupun dia ingredients yang dibilang orang anti-aging cuma untuk orang tua, faktanya yang namanya anti-aging itu harusnya dipakai sebelum kita mulai aging. Jadi kalau kalian umurnya udah sekitar 20-an, kalian wajib banget coba sih, it's so life-changing.
Intinya ketika kita memang comitted buat pakai retinol, kita benar-benar harus perhatiin maunya kulit kita gimana. Kalau memang kuatnya seminggu sekali, jalani. Kuatnya setiap hari, ya silahkan. Pokoknya sesuaikan aja, yang penting sabar dan konsisten. Karena setelah nambahin retinol ke dalam skincare routine aku, kulitku jadi halus banget teksturnya, pori-pori nggak lagi menganga kayak kawah, dan noda di wajah jadi lebih cepat memudar. Dia nggak bikin muka jadi nggak berjerawat, tapi mereka jadi lebih manage-able. Benar-benar keputusan terbaik buat coba pakai retinol. Walaupun dia ingredients yang dibilang orang anti-aging cuma untuk orang tua, faktanya yang namanya anti-aging itu harusnya dipakai sebelum kita mulai aging. Jadi kalau kalian umurnya udah sekitar 20-an, kalian wajib banget coba sih, it's so life-changing.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons