Ya ampun, baru nyadar pas buka-buka draft postingan, ternyata aku belum pernah ngereview powder blush-nya Emina! 😱 Padahal Emina Cheeklit Pressed Powder Blush ini udah jadi blush favorit aku dari pertama belajar make-up sampai sekarang. Seperti yang bisa kalian lihat, saking sukanya aku bahkan sampai punya tiga shade hahah ;p Sebetulnya awalnya aku dikasih sama teman kos yang shade Cherry Blossom, cuma warnanya terlalu terang di kulitku yang sawo matang. Tapi formulanya bagus banget, jadilah aku penasaran buat punya sendiri.
Jujur dulu aku bukan tipe orang yang suka pakai blush karena dulu tuh susah banget cari shade blush yang pas buat kulitku. Apalagi tahu sendiri brand lokal waktu itu belum sebanyak sekarang dan memang pilihan shadenya sedikit banget. Makanya dulu selalu ngerasa kalau pakai blush tuh jadi kayak badut huhu :( Tapiii sekarang blush udah jadi staple banget buat dandanan sehari-hari. Blush bisa bikin muka aku jadi lebih fresh dan nggak dull.
Baca juga: Make Over Multifix Matte Blusher Shade 01 Rose Hour Review
Jujur dulu aku bukan tipe orang yang suka pakai blush karena dulu tuh susah banget cari shade blush yang pas buat kulitku. Apalagi tahu sendiri brand lokal waktu itu belum sebanyak sekarang dan memang pilihan shadenya sedikit banget. Makanya dulu selalu ngerasa kalau pakai blush tuh jadi kayak badut huhu :( Tapiii sekarang blush udah jadi staple banget buat dandanan sehari-hari. Blush bisa bikin muka aku jadi lebih fresh dan nggak dull.
Baca juga: Make Over Multifix Matte Blusher Shade 01 Rose Hour Review
Percaya atau nggak, powder blush Emina ini adalah produk lokal pertamaku yang aku beli sendiri karena memang pengen gitu lho. Awalnya aku beli di Sociolla yang shade Cotton Candy, karena kupikir warna pink pasti lucu kan. Tapi ternyata masih terlalu in your face di kulitku warnanya. Akhirnya aku beli lagi di Guardian yang shade Marshmallow Lady, shade yang kayaknya jadi favorit banyak banget orang. Dibandingkan sama Cherry Blossom dan Cotton Candy, shade Marshmallow Lady ini memang kelihatan beda sendiri. Dia cenderung coklat dengan undertone orange. Jadi memang pas banget di kulit sawo matang.
Baca juga: O.TWO.O Liquid Blush Shade 02 & 03 Review
Dari segi formula, ketiganya nggak ada yang significantly different sih. Jadi ya sama aja, sama-sama gampang diblend di kulit, nggak patchy, dan pigmented juga. A little goes a long way, jadi saranku selalu mulai dengan pakai tipis-tipis dulu, baru kalau kurang tinggal ditambah sedikit demi sedikit karena powder blush ini memang nyata banget warnanya. Mereka juga cukup tahan lama di kulit, jadi nggak gampang hilang, apalagi kalau dikasih base make-up kayak bedak atau foundation dulu. Dengan harganya yang super duper terjangkau dan kualitas yang oke banget, nggak ragu lagi aku bakal rekomendasiin produk ini buat orang-orang yang baru banget belajar make-up.
-----
Where to buy? Guardian
How much? Rp. 36.000
Halo semuanya, selamat hari Jumat! Wow, nggak kerasa udah mau weekend lagi. Ada rencana apa nih buat weekend nanti? Kalau aku sih masih harus berkutat sama skripsi jadi bakal banyak menghabiskan waktu di depan laptop dan mungkin sesekali skripsian di cafe. Untungnya di Jogja kalau nyari cafe nggak susah karena udah menjamur di mana-mana hehe.
Postingan hari ini mungkin akan cukup panjang, jadi kalian bisa baca sambil bawa cemilan biar lebih nyantai hihi. Beberapa minggu lalu aku dihubungi sama team dari Sugarpot buat nyobain produk-produk mereka. Buat yang belum tahu apa itu Sugarpot, mereka adalah brand lokal yang fokus soal bodycare terutama soal waxing. Aku sendiri sebelum ditawarin sama Sugarpot, belum pernah coba waxing baik di salon ataupun waxing sendiri di rumah. Selama kalau buat menghilangkan bulu-bulu yang tidak diinginkan pasti aku cukur, cuma cukur itu sendiri kan bikin kulit jadi menggelap. Makanya kenapa aku excited buat nyobain karena banyak yang bilang waxing itu nggak bikin kulit jadi menggelap dan tumbuhnya bulu-pun jadi lebih lama dibanding dicukur.
Ngomongin soal waxing, Sugarpot ini punya perawatan sebelum dan sesudah waxing-nya. Kalau kalian beli waxing kit dari mereka, bakal dikasih panduannya jadi buat yang baru waxing pertama kali nggak bakal dibikin bingung. Nah postingan kali ini aku bakal jelasin produk apa aja yang kamu butuhkan buat waxing sendiri di rumah.
1. Scrub kulit sebelum waxing
Produk pertama yang mau aku jelasin adalah Tish body scrub. Ini body scrub tapi bukan sejenis lulur tradisional Indonesia gitu, jadi nggak bisa bikin daki-daki di kulit jadi visibly luntur. Dari Sugarpot sendiri merekomendasikan buat kita ngescrub bagian kulit yang mau diwaxing supaya mempermudah proses pencabutan bulunya nanti.
Kemasannya udah lengkap semua informasinya, mulai dari ingredients sampai cara penggunaannya juga udah tertera jadi kalian nggak akan bingung. Seperti namanya, Sugarpot memang speciality-nya ya penggunaan gula di produk-produk mereka, jadi Tish body scrub ini ingredients utamanya terbuat dari gula.
Teksturnya lengket banget, benar-benar padat kayak gula dicampur madu. Baunya manis jasmine kayak bau spa mahal hahaha. Pokoknya bikin rileks banget deh wanginya. Waktu digosok ke tangan, nanti butiran scrubnya bakal meleleh perlahan, bikin aku pengen makan sumpah. Scrubnya termasuk kasar, jadi kalau kalian punya kulit badan yang lumayan sensitif, gosoknya harus hati-hati karena gesekannya lumayan terasa banget. Dan seperti yang aku bilang sebelumnya, ini nggak bisa angkat daki gitu ya, dia cuma melembutkan aja. Bersihinnya juga gampang banget, dan setelahnya bikin kulit jadi lembab.
2. Get your wax ready!
Setelah selesai discrub, lanjut deh ke acara utamanya alias waxing! Aku yakin banyak dari kalian yang masih ragu banget buat ngelakuin waxing. Dibandingkan sama shaving memang lebih sakit waxing sih. Tapiii, that's what I'm here for, buat menjelaskan ke kalian sebetulnya gimana rasanya waxing sendiri. Akupun awalnya nggak berani buat waxing sendiri, takut hasilnya nggak maksimal karena tarikanku nggak kuat. Kalau ditanya sakit atau nggak, dari skala 1 sampai 10, rasa sakitnya cuma 3, dan itupun juga sakitnya cuma dua detik pasca dicabut waxnya.
Seperti ini penampakan sugar wax-nya. Super duper lengket dan wanginya persis kayak strawberry, karena punyaku ini yang varian strawberry hehe. Sugarpot punya beberapa pilihan wangi buat sugar wax mereka. Kalau nggak salah ada yang honey sama matcha deh. Nggak ada bedanya selain beda di wanginya aja.
Waxing strips ini bakal kalian dapat barengan kalau kalian beli sugar wax-nya, jadi nggak perlu beli terpisah. Aku nggak tahu ya kalau beli sendiri dapat berapa (karena semua produk di sini kan dikasih ke aku), tapi harusnya sama aja ya. Isinya banyak banget, dan kalau kalian pikir bakal boros pakai waxing strips ini, kamu salah besar. Karena mereka bisa dicuci dan nggak bakal gampang hancur kayak kapas atau kertas biasa. Mereka benar-benar bisa dicuci sampai bersih, dijemur sampai kering, terus dipakai lagi, nggak masalah! Aku sempat tanya sama pihak Sugarpot-nya, ini maksimal bisa dipakai berapa kali, dan kata mereka nggak ada batasan pastinya, pokoknya sampai stripsnya rusak aja hehe. So far udah 4 kali waxing dan aku masih pakai waxing strips yang sama dari awal.
Ada beberapa tips yang tertera di guide-nya Sugarpot, salah satunya adalah memastikan panjang pendeknya bulu harus pas. Alias nggak boleh kepanjangan dan kependekan, kalau nggak nanti bakal nggak maksimal dicabutnya. Pertama kalinya aku waxing aku nggak mengindahkan tips itu dan benar aja, nggak semua bulu kecabut haha. Jadi harus digunting dulu sampai panjangnya pas, baru dicabut.
Ada beberapa tips yang tertera di guide-nya Sugarpot, salah satunya adalah memastikan panjang pendeknya bulu harus pas. Alias nggak boleh kepanjangan dan kependekan, kalau nggak nanti bakal nggak maksimal dicabutnya. Pertama kalinya aku waxing aku nggak mengindahkan tips itu dan benar aja, nggak semua bulu kecabut haha. Jadi harus digunting dulu sampai panjangnya pas, baru dicabut.
3. Menenangkan kulit pasca waxing
Step berikutnya setelah selesai waxing adalah memastikan kulit kita nggak iritasi, terutama buat yang baru pertama kali waxing. Akupun waktu pertama waxing langsung kulit rasanya agak panas dan perih gitu, apalagi kalau waxingnya dekat-dekat waktu menstruasi jadinya kulit jadi lebih sensitif. Sugarpot juga punya soothing mist yang ditujukan khusus buat menenangkan kulit kita pasca waxing. Soothing mist ini benar-benar bikin dingin dan enak banget di kulit. Rasanya sampai mau aku semprot ke muka haha.
Kalau step yang keempat ini nggak harus sih, cuma aku sendiri pakai setiap hari karena dia termasuk perawatan badan yang memang aku perlukan karena ada beberapa daerah lipatan yang lumayan gelap terutama bagian underarm karena selama ini aku shaving dan seperti yang aku bilang sebelumnya, shaving bikin kulit menggelap. Ini nggak untuk muka ya jadi memang terbatas buat badan aja.
Krimnya ini wanginya persis kayak body lotion Nivea, dan teksturnya lumayan thick. Aku biasanya pakai krim ini dulu, baru kalau udah kering dilanjut pakai deodorant. Jadi nggak langsung ya. Kalau buru-buru ya kadang nggak pakai juga. Mungkin kalau dirutinin bakal ngaruh, karena selama pakai krim ini aku kurang bisa melihat perubahan yang signifikan di area kulit yang gelap.
Sekali lagi mau berterima kasih sama team dari Sugarpot karena udah mengenalkan aku sama waxing. Ternyata waxing di rumah nggak semenakutkan yang dibayangkan haha. Buat teman-teman yang mau coba sendiri juga bisa langsung cek Instagram mereka di @sugarpot.
4. Cerahkan kulit yang menggelap
Kalau step yang keempat ini nggak harus sih, cuma aku sendiri pakai setiap hari karena dia termasuk perawatan badan yang memang aku perlukan karena ada beberapa daerah lipatan yang lumayan gelap terutama bagian underarm karena selama ini aku shaving dan seperti yang aku bilang sebelumnya, shaving bikin kulit menggelap. Ini nggak untuk muka ya jadi memang terbatas buat badan aja.
Krimnya ini wanginya persis kayak body lotion Nivea, dan teksturnya lumayan thick. Aku biasanya pakai krim ini dulu, baru kalau udah kering dilanjut pakai deodorant. Jadi nggak langsung ya. Kalau buru-buru ya kadang nggak pakai juga. Mungkin kalau dirutinin bakal ngaruh, karena selama pakai krim ini aku kurang bisa melihat perubahan yang signifikan di area kulit yang gelap.
-----
Sekali lagi mau berterima kasih sama team dari Sugarpot karena udah mengenalkan aku sama waxing. Ternyata waxing di rumah nggak semenakutkan yang dibayangkan haha. Buat teman-teman yang mau coba sendiri juga bisa langsung cek Instagram mereka di @sugarpot.
Sebagai orang dengan kulit berminyak dan pori-pori yang besar, kadang aku suka bingung sendiri sebetulnya aku butuh bedak atau nggak. Jujur, sebelum ketemu Pixy Make It Glow Silky Powdery Cake, aku benci banget sama yang namanya bedak. Kenapa? Karena di satu sisi, rasanya aku butuh sesuatu buat nahan minyak di muka, tapi di sisi lainnya, bedak bikin mukaku berat dan gampang clogging pori-pori, akhirnya jerawatan dan bikin komedo. Hampir semua bedak yang aku coba juga malah bikin tekstur di mukaku jadi tambah kelihatan, dan bikin kering juga.
Sampai akhirnya waktu aku share di Instastory soal kebingunganku ini, ada salah satu adik tingkatku yang ngerekomendasiin bedak ini. Awalnya aku tetap skeptis nggak bakal ada bedanya. Tapiii, ternyata aku salah besar. Lanjut baca buat tahu alasannya! ;)
Akhirnya waktu aku balik ke Jakarta buat ambil data skripsi, aku sempetin main-main ke Senayan City dan memutuskan lihat-lihat ke Watson. Itu pertama kalinya aku main ke Watson di Jakarta dan isinya lengkap banget dibandingin sama Watson di Jogja, sampai pangling haha. Pas ngelewatin raknya Pixy, kucoba swatch bedaknya di tangan. First impressionnya biasa aja sih jujur, nggak bikin aku berdecak kagum dan langsung pengen bawa pulang. Tapi berhubung aku memang butuh banget bedak padat karena selama ini selalu pakai loose powder dan buatku itu sangat kurang, akhirnya langsung kubawa ke counter dan check out deh. Karena kulitku cenderung medium dark, jadi aku pilih shade 301 Medium Beige yang jadi shade paling gelap dari rangkaian complexion dari Pixy Make It Glow. Eh tapi dengar-dengar beberapa hari lalu Pixy nambah dua shade gelap lagi buat cushionnya sih.
Sekarang bahas dulu interior dari produknya nih. Dari luar sih dia agak susah dibedain sama produk complexion Pixy Make It Glow lainnya. Karena selain Silky Powdery Cake, Pixy juga punya BB Cream to Powder dan tentunya si Dewy Cushion. Kalau sama cushionnya sih masih bisa lah ya dibedakan karena dari ukurannya aja udah beda, tapi kalau sama BB cream-nya, harus benar-benar jeli baca tulisan di kemasan luarnya. Salah-salah malah keliru beli produk :(
Di dalam kemasannya, as always, udah ada kacanya sendiri dan udah dapat puff-nya juga. In my opinion sih selama pakai bedak ini, aku kurang suka sama puff-nya. Nggak terlalu keras, tapi nggak terlalu empuk juga. Puff-nya ngambil banyak banget produk dan susah ngeblend bedaknya di kulit jadinya malah ngedempul yang nggak rata gitu. Jadi buat apply bedaknya aku nggak pakai puff, tapi pakai brush. Jauh lebih bisa dikontrol mau seberapa coveragenya dan lebih rata juga ngeblendnya, jadi nggak kelihatan cemong. Ada juga beberapa temanku yang apply pakai beauty sponge yang udah dibasahin biar lebih nyatu sama kulit.
Baca juga: Etude House Zero Sebum Review
Sebetulnya aku agak bingung awalnya. Bedak ini kan ada dalam series Pixy Make It Glow, dan kalau dari sepengalamanku sama cushionnya, series ini fokus ke glowy, dewy look gitu. Jadi nggak bakal bikin muka kelihatan matte. Nah, pertamanya tuh nggak kepikiran aja gimana finish dari bedak yang bikin kelihatan dewy. Bedaknya Pixy ini cukup impressive sih dari segi ingredients. Klaimnya bedak ini nggak bakal bikin kering kulit karena ada moisturising agents-nya, dan udah ada SPF 35 PA+++ juga. Walaupun begitu aku tetap pakai sunscreen dulu karena sunscreen dalam bedak rasanya kurang aja hehe.
Karena ini adalah jenis bedak two way cake, jadi kalau soal coverage nggak perlu diragukan lagi. Coveragenya buildable, kalau kalian mau yang tipis-tipis aja bisa, atau mau lebih ngecover juga bisa tinggal ditambahin aja layer by layer. Walaupun aku sendiri nggak suka ngelayer bedak karena rasanya bakal jauh lebih ngedempul dan nutupin pori-pori banget. Finishnya halus banget di muka, dan yang aku suka adalah walaupun dia nggak nahan minyak banget, tapi justru ketika mukaku berminyak dan nyatu sama bedaknya, finishnya jadi tambah cantik karena mukaku kelihatan glowing yang sehat gitu haha. Bedak ini juga ternyata benar kalau dia nggak bikin tekstur di mukaku jadi tambah kelihatan, benar-benar smooth! Coveragenya itu sendiri juga tahan lama banget, nggak gampang hilang walaupun berminyak atau keringetan.
Ini pertama kalinya aku sejatuh cinta itu sama bedak. Menurutku dia worth it banget buat kalian coba, in case kalian juga kurang suka pakai bedak karena selalu encounter masalah yang sama kayak aku. Hasil akhirnya di kulit cantik banget, dan buat sehari-hari dia cukup banget. Kalau biasanya aku pakai concealer sama loose powder aja masih kelihatan lusuh, sekarang pakai bedak ini aja udah kelihatan fresh.
-----
Where to buy? Watson
How much? Rp. 56.000
Kalau kalian follow Instagramku, kalian pasti tahu betul aku ini pecinta gincu. Total lip products yang aku punya sampai sekarang udah ada 32 produk, dan semuanya itu dikoleksi selama setahun belakangan ini. Kalau soal lipstik memang aku paling susah nahan diri. Apalagi kalau desain kemasannya cantik dan pilihan warnanya juga luas, udah deh, pasti bakal aku incer. Nah waktu L'Oreal ngeluarin liquid lipstick baru, aku langsung jatuh hati pada pandangan pertama karena desain botolnya yang sleek dan minimalist, nggak berisik gitu lho, khas L'Oreal banget. Dari segi harga memang lumayan bersaing sama liquid lipstick dari brand lokal juga. Aku lupa persisnya berapa, kayaknya sekitar Rp. 120.000 lebih? Oh iya ini aku beli langsung di Watson soalnya susah ngira-ngira shade apa yang cocok buat kulitku yang sawo matang.
Dari yang aku cari-cari di Google sih rangkaian L'Oreal Rouge Signature ini ada 12 shade total. Seperti biasa, pilihan warnanya beragam banget. Mulai dari coklat, pink, ungu, sampai merah, ada semua. Ini salah satu alasan kenapa aku cinta banget sama lip product luar negeri. Shade yang mereka keluarin inclusive banget. Padahal cuma 12 shade, tapi bisa mencakup banyak spektrum warna. Mereka nggak takut buat bikin warna-warna yang mungkin kurang practical buat sehari-hari.
Jadi habis L'Oreal ngumumin kalau mereka ngeluarin lip product baru, aku belum langsung beli. Maklum, nabung dulu sebentar hehe. Tapi ternyata mutualku di Instagram udah banyak banget yang coba dan rata-rata mereka suka sama shade 116 I Explore. Hmm, bisa ditebak sih si I Explore ini warnanya nude memang, jadi wajar kalau banyak yang suka. Waktu pertama aku swatch sih aku sendiri nggak langsung pengen bawa pulang I Explore. Tapiii lama kelamaan nggak tahan karena makin sering lihat orang-orang pakai shade ini di Instagram haha.
Masuk ke bagian interiornya nih sekarang. Kayaknya sejak L'Oreal ngeluarin produk Infallible Pro-matte Liquid Lipstick, mereka udah nyaman sama aplikator yang ujungnya runcing dan pipih kayak gini ya. Jujur aku juga memang lebih prefer aplikator liquid lipstick yang model begini karena jauh lebih mudah buat ngebingkai bibir supaya lebih rapi gitu nggak bleber kemana-mana. Ujungnya yang lancip dan body aplikatornya yang pipih ngebantu banget buat menjangkau sudut-sudut dan lekukan bibir. Brushnya pun nggak kebanyakan ngambil produknya, jadi nggak bakal bikin lipstiknya clumpy.
Aku lupa fotoin keseluruhan botolnya tapi kalian bisa coba cari di Google aja. Kali ini benar-benar aku jatuh hati karena botolnya dikemas dengan bahan doff jadi ngasih kesan yang nggak murahan. Karena jujur dibandingin sama Infallible Pro-matte Liquid Lipstick tuh, yang ini lebih enak dipandang mata.
Kalau kalian udah nonton videoku di mana aku ngomongin soal my top 5 daily lipstick, kalian pasti tahu aku jatuh cinta banget sama formulanya. Jadi selain kemasan luarnya yang cantik, ternyata lipstik ini juga bisa bikin aku jatuh cinta sama formulanya. Tekstur Rouge Signature ini benar-benar ringan banget. Waktu disapukan ke bibir rasanya kayak air, mirip lip tint malah. Walaupun begitu warnanya tetap pigmented dalam satu kali pulasan. Biasanya aku agak skeptis sama liquid lipstick yang cair karena harus beberapa kali dipping ke dalam botolnya biar warnanya pekat. Tapi yang ini sekali dipping aja udah cukup buat satu bibir.
Finishnya juga nggak dead matte di bibir. Masih ngasih shine dan cukup reflective sama cahaya. Buatku pribadi juga dia nggak bikin bibir jadi kering, bahkan tanpa harus pakai lip balm dulu. Kalau udah ngeset di bibir, dia lumayan transferproof. Tapi kalau dipakai makan atau minum bakal cepat banget hilangnya. Not surprised sih, secara kan memang finishnya aja nggak matte. Jadi kalau kalian cari lipstik yang tahan banting, mungkin L'Oreal Rouge Signature bukan opsi terbaik.
Gimana menurut kalian? Bakal tergoda buat nyobain kah? Kalau kalian sendiri paling suka sama shade yang mana dari series L'Oreal Rouge Signature ini?
-----
Where to buy? Watson
How much? Rp. 150.000
Sekitar bulan Agustus sampai Oktober kemarin, banyak brand yang ngeluarin lipstik baru, baik dari brand lokal maupun luar negeri. Nah Maybelline jadi salah satunya. Kalau untuk urusan lipstik memang Maybelline nggak perlu diragukan lagi ya. Mereka baru aja mengeluarkan produk Liquid Matte Sensational dengan harga yang super duper terjangkau (di bawah Rp. 100.000) dengan shade yang beragam mulai dari yang gelap sampai yang terang ada. Ukuran tubenya juga lebih pndek dibandingkan liquid lipstick pendahulua, Superstay Matte Ink. Jadi pas banget buat dibawa-bawa karena bisa muat di tas kecil.
Waktu produknya keluar, aku jadi ngeh kalau selama ini Maybelline baru punya dua liquid lipstick. Kebanyakan lip product mereka masih yang bentuknya bullet lipstick, kayak Maybelline Powder Mattes atau The Loaded Bolds, bahkan ada yang baru lagi nama seriesnya The Brick. Mungkin mereka ngeluarin produk ini buat jadi opsi bagi customernya yang lebih prefer liquid lipstick tapi kurang cocok sama formula Superstay Matte Ink yang terlalu matte dan kering di bibir.
Aplikator Liquid Matte Sensational ini juga nggak seperti Superstay Matte Ink yang pipih dan lancip, jadi bentuknya doe foot seperti aplikator lipstik kebanyakan. Aku sih lebih prefer yang ujungnya lancip karena lebih memudahkan buat ngebingkai bibir. Tapi aplikatornya cukup oke karena bisa ngambil produk dari dalam tubenya dengan pas, nggak kebanyakan atau kesedikitan.
Aku beli ini di Watson Senayan City, dan waktu itu warnanya masih banyak yang in stock, cuma yang cenderung coklat udah pada habis. Kayaknya memang kalau soal lipstik, nggak perlu ditanya lagi ya, orang Indonesia pasti bakal ngincer warna-warna nude. Jadi aku pilih shade 11 Made Easy yang cenderung pink, plum, dan agak magenta muda.
Dari segi formula aku cukup suka, bukan formula yang bikin "wow" gitu sih, tapi termasuk yang memang enak dan nyaman di bibir. Kalau udah ngeset, lipstiknya bakal transferproof. Tapi kalau dipakai makan dan minum sih lama kelamaan bakal crumble di bagian dalam bibir. Cuma nggak bakal benar-benar hilang warnanya. Walaupun begitu dia nggak sekering Superstay Matte Ink, jadi pas banget buat yang butuh liquid lipstick yang tahan banting tapi formulanya nggak drying di bibir. Warnanya pun juga pekat dalam sekali swipe, nggak perlu berkali-kali dicelup ke tubenya buat sebibir full. Overall, aku suka sama produk ini dan dia sekarang udah jadi salah satu daily lipstick aku! Kalau kalian, lagi suka sama lipstik apa? Share ya di kolom komentar!
Dari segi formula aku cukup suka, bukan formula yang bikin "wow" gitu sih, tapi termasuk yang memang enak dan nyaman di bibir. Kalau udah ngeset, lipstiknya bakal transferproof. Tapi kalau dipakai makan dan minum sih lama kelamaan bakal crumble di bagian dalam bibir. Cuma nggak bakal benar-benar hilang warnanya. Walaupun begitu dia nggak sekering Superstay Matte Ink, jadi pas banget buat yang butuh liquid lipstick yang tahan banting tapi formulanya nggak drying di bibir. Warnanya pun juga pekat dalam sekali swipe, nggak perlu berkali-kali dicelup ke tubenya buat sebibir full. Overall, aku suka sama produk ini dan dia sekarang udah jadi salah satu daily lipstick aku! Kalau kalian, lagi suka sama lipstik apa? Share ya di kolom komentar!
-----
Where to buy? Watson
How much? Rp. 65.000
Percaya atau nggak, aku ini baru mulai pakai make-up ke kampus waktu semester 7 kuliah. Jadi bisa kebayang deh tuh dari tahun pertama sampai tahun ketiga, aku nggak pernah pakai apa-apa. Bahkan bedak aja nggak pernah. Padahal nggak terlalu asing juga sama make-up karena di kampus aku suka ada nampil buat nari karena aku ikut organisasi seni, tapi kalau buat diri pribadi, nggak pernah sekalipun dandan. Nggak ngerti juga kenapa bisa tahan padahal banyak banget teman-teman di kampus yang dandan cantik :") Tapi sekarang, yaaa bisa dibilang aku nggak buta-buta amat lah sama make-up. Walaupun masih ada hari-hari di mana aku keluar cuma pakai lipstik, tapi itu karena memang pure lagi malas aja dan biar nggak buang-buang make-up kalau kepentingannya nggak terlalu urgent.
Nah sekarang kalau untuk sehari-hari, misal ada kelas atau harus ketemu dosen, aku biasanya pakai produk-produk ini. Nggak terlalu heboh ataupun berat di muka, tapi juga cukup buat bikin muka kelihatan "dandan" dan nggak pucat. Jadi untuk sehari-hari aku pakai:
- Innisfree Auto Eyebrow Pencil shade Black
- Make Over Multifix Matte Blusher shade Rose Hour
- Pixy Make It Glow Silky Powdery Cake shade 301 Medium Beige
- Emina Cheeklit Powder Blush shade Marshmallow Lady
- L'Oreal Rouge Signature shade 116 I Explore
- Make Over Brow Definer Mascara shade Long Black
Nah buat teman-teman yang mau lihat praktek dan hasilnya kayak gimana, bisa cek video aku di Youtube!
Sejak aku kenal yang namanya serum propolis waktu pertama nyobain dari iUNIK, aku langsung bertekad buat nyobain serum propolis lainnya karena ternyata, kulitku secinta itu sama kandungan propolis dalam skincare. Serum propolis lainnya yang sama "terkenalnya" dengan si iUNIK nggak lain dan nggak bukan adalah Dr. Ceuracle Vita Propolis Ampoule. Aku pertama kali lihat serum ini lewat reviewnya Skincaresya, dan itu udah lama banget, hampir setahun yang lalu. Dulu bahkan namanya masih Leegeeham. Kebetulan yang aku punya ini udah rebranded jadi Dr. Ceuracle.
Dr. Ceuracle ini nggak cuma mengalami pergantian nama, tapi juga pergantian formula buat si Vita Propolis Ampoule. Aku sendiri belum pernah coba waktu mereka masih jadi Leegeeham, jadi nggak bisa bandingin kayak apple to apple. Tapi dari apa yang aku baca, setelah mereka ganti nama jadi Dr. Ceuracle, serum ini juga ketambahan kandungan baru yakni ekstrak Royal Jelly dan Ethly Ascorbic Acid alias vitamin C yang klaimnya bisa meningkatkan performa serum secara keseluruhan. Beberapa notable ingredients lainnya ada centella asiatica, witch hazel, dan niacinamide. Tuh, dari sisi ingredients, serum ini memang memanggil-manggil banget sih.
Memang sejak akhir tahun 2017 tuh propolis semakin banyak dipakai sebagai ingredients skincare dan salah satunya yang paling dihype adalah Vita Propolis Ampoule-nya Dr. Ceuracle. Propolis sendiri tuh sebenarnya zat resin yang dikumpulkan oleh lebah madu dari sumber tumbuhan kayak aliran getah atau tunas pohon. Khasiatnya dalam skincare termasuk menyembuhkan kulit, membantu menyeimbangkan kulit, dan menenangkan kulit yang bermasalah. Propolis juga mempercepat pertumbuhan sel sehingga kondisi kulit bisa lebih cepat membaik. Selain itu propolis melindungi dari bakteri dan berfungsi sebagai anti-inflammatory pada skincare.
Aku nggak inget berapa lama aku pakai serum ini, kayaknya sebulan lebih, hampir dua bulan, sebelum serumnya habis nggak bersisa. Isinya memang termasuk sedikit, cuma 15ml Rp. 200.000. Jujur selama pakai serum ini aku merasa mukaku jadi kelihatan jauh lebih segar dan lebih awake. Sama seperti waktu pakai serum iUNIK, mungkin itu ya efek dari propolis yang sudah pasti kita dapat. Dari segi tekstur kalau dibandingkan dengan iUNIK, serum ini lebih kental sedikit dan efeknya di kulit jadi lebih hydrating. Aku cuma butuh 3 drop aja buat satu muka dan rasanya udah cukup banget.
Selain itu serum ini bikin kulitku jadi merefleksikan cahaya lebih baik, jadinya kelihatan seperti glass skin gitu hihi. Aku sebetulnya juga berharap dia bisa membantu memudarkan bekas jerawat lebih cepat, tapi sepertinya nggak terlalu ngaruh karena bekas jerawatku tetap butuh waktu lama buat pudar. Tapi tetap, aku cinta banget serum ini karena dia benar-benar bikin kulitku jadi glowing sehat bahkan tanpa make-up. Jadi glowingnya bukan karena berminyak gitu hihi.
Kalau kalian sendiri udah pernah coba serum propolis belum? Share dong produk propolis favorit kalian di kolom komentar!
Jujur kalau harus nulis review soal sheet mask, terkadang aku suka susah merangkai kata-kata karena buatku, sheet mask itu salah satu produk skincare yang to the point banget dan mainstream. Mainstream di sini maksudku mereka punya tujuan yang sama; buat melembabkan kulit. Slot essence aku memang kosong selama ini, aku cuma pakai serum dan basic skincare. Dan kalau lagi rajin aja aku tambah pakai sheet mask. Cuma aku bukan tipe yang bisa menemukan asiknya pakai sheet mask wkwkwkw. Iya, please jangan dijudge :(
Soalnya sheet mask itu kan dipakainya sambil nunggu essencenya menyerap, dan itu ada di tengah-tengah step skincare gitu lho, dan aku nggak suka harus berhenti di tengah-tengah lagi pakai skincare buat nunggu sheet mask-nya kering. Termasuk pakai masker apa aja, kayak clay mask juga, pokoknya apapun yang harus nunggu gitu aku suka nggak betah.
Sebelumnya aku udah banyak coba sheet mask dari SNP, rata-rata karena aku dikirimin langsung sama mereka. Tapi kalau beli sendiri tuh kayaknya cuma satu atau dua jenis ya, karena mereka cenderung mahal. Terutama yang varian batu-batu (?) kayak yang akan aku review hari ini. Ada juga yang Diamond, atau Bird's Nest yang harganya setara sama Jade.
Sheet mask Jade Soothing Ampoule ini punya klaim buat membantu menenangkan kulit, melawan polusi, dan membantu regenerasi kulit. Sebetulnya kandungan jade dalam produk skincare tuh udah sering dipakai terutama buat face roller yang memang pakai batu giok asli. Cuma kalau produknya sheet mask kayak gini, ya jade-nya dalam bentuk serbuk yang diinfuse ke dalam lembaran sheet mask.
Baca juga: Leaders Mediu Amino Pore-Tight Mask Review
Salah satu hal yang aku suka dari sheet mask keluaran SNP tuh lembaran maskernya selalu muat di mukaku. Nggak banyak sheet mask yang bisa pas, beberapa ada yang kekecilan, ada juga yang kebesaran. Essencenya juga lumayan cair dan nggak kerasa heavy yang sampai kayak gel gitu, cuma sayang lama banget menyerapnya habis maskernya dilepas :( Aku nggak suka sheet mask yang essencenya cuma nangkring di kulit tapi nggak kering-kering. Mau nggak mau akhirnya aku bilas deh pakai air soalnya kalau nggak mukaku bakal jerawatan.
Efek yang aku dapat sih dia cuma melembabkan aja, nggak ada ngasih rasa "wow" yang sampai pangling. Ya kayak yang aku bilang di atas aja, sheet mask buatku cuma ngasih kelembaban. Ada sih rasa dingin di kulit pas dipakai, tapi yaudah gitu aja haha.
Akhirnya bisa ngepost beauty haul bulan Oktober juga! Yap, seperti biasanya, karena ini udah masuk bulan baru, aku akan share belanjaan aku bulan kemarin apa aja. Rasanya masih kagum aja karena series ini bisa terus berjalan hampir setahun penuh sejak pertama aku mulai bulan Januari kemarin haha. Itu artinya tiap bulan aku pasti belanja produk kecantikan :") Jadi bulan ini aku memang kebanyakan beli make-up karena produk skincare yang aku punya udah menggunung. Ya sebetulnya make-up aku juga udah menggunung tapi lebih sayang kalau skincare yang kebuang sia-sia daripada make-up hahaha.
● Uriage Eau Thermale Face Spray — Ini sebetulnya repurchase sih. Aku udah pernah pakai sebelumnya dan waktu itu di Watson lagi diskon 50% jadi cuma Rp. 90.000 kalau nggak salah. Kalian bisa baca reviewnya di sini.
● L'Oreal Infallible Pro-matte Foundation (107) — Akhirnya setelah sekian lama hypenya berlalu, aku bisa juga cobain foundation ini! Dulu dia jadi saingannya Fit Me nggak sih? Aku masih berharap bisa cobain foundationnya L'Oreal yang 24H Freshwear tapi sayangnya kalau nyari offline nggak ada shade yang pas buatku...
● Make Over Powerstay Vivid Waterlite Lip Stain (Kiss Bang) — Beli ini demi melengkapi koleksi terbaru beberapa brand lokal haha. Aslinya sih aku nggak berani pakai lip stain karena mereka itu agak menyusahkan buat dibersihkan dan stainnya nggak hilang-hilang :(
● L'Oreal Rouge Signature (116 I Explore) — Yang ini mah nggak nahan buat nggak dicobain! So many people have said that it's good, dan akhirnya kemarin nekat aja beli walaupun nggak lagi diskon haha. Aku udah pernah bahas soal liquid lipstick ini di video Youtube aku!
● L'Oreal Infallible Pro-matte Foundation (107) — Akhirnya setelah sekian lama hypenya berlalu, aku bisa juga cobain foundation ini! Dulu dia jadi saingannya Fit Me nggak sih? Aku masih berharap bisa cobain foundationnya L'Oreal yang 24H Freshwear tapi sayangnya kalau nyari offline nggak ada shade yang pas buatku...
● Make Over Powerstay Vivid Waterlite Lip Stain (Kiss Bang) — Beli ini demi melengkapi koleksi terbaru beberapa brand lokal haha. Aslinya sih aku nggak berani pakai lip stain karena mereka itu agak menyusahkan buat dibersihkan dan stainnya nggak hilang-hilang :(
● L'Oreal Rouge Signature (116 I Explore) — Yang ini mah nggak nahan buat nggak dicobain! So many people have said that it's good, dan akhirnya kemarin nekat aja beli walaupun nggak lagi diskon haha. Aku udah pernah bahas soal liquid lipstick ini di video Youtube aku!
● Biore UV Aqua Rich — Cinta lama bersemi kembali, karena waktu itu juga diskon di Watson dan aku dapat bonus gelang yang bisa berubah warna kalau kena sinar UV. Baru sadar sebetulnya aku belum pernah review sunscreen ini di blog.
Oh iya, sekarang aku udah balik di Jogja lagi dan bodohnya adalah kamera DSLR ku ketinggalan di rumah di Bekasi. Jadi mungkin aku bakal harus latihan buat pakai kamera handphone buat foto-foto produk :") Semoga bisa tetap jelas ya foto-fotonya huhu.
Beberapa waktu lalu aku dihubungin sama The Soap Story. Mereka adalah brand lokal yang fokus di bidang bodycare, khususnya sabun, buat nyobain beberapa produk mereka. Tapi selain bodycare, mereka juga punya beberapa produk skincare kayak masker organik dan face oil. Setelah aku cek ternyata nama The Soap Story nggak cuma ada di Indonesia, jadi jangan salah anggap ya karena kayaknya The Soap Story yang aku maksud di sini nggak ada hubungannya sama yang di luar negeri.
Jadi waktu ditawarin buat cobain produk dari mereka, aku langsung tertarik sama sabun homemade mereka. Tadinya mau coba masker atau face oil-nya tapi aku sadar diri aku sendiri nggak rajin maskeran dan nggak terlalu suka face oil. Aku dibolehin milih 3 produk, jadi aku pilih dua sabun batang dan satu sabun cair. Tadinya malah mau pilih 3 sabun batang karena beneran deh kalian harus cek langsung Instagram mereka, semua desain dan variannya bikin mupeng!
Ini pertama kalinya aku nyobain sabun homemade. Kalau kalian mau bikin sendiri, kalian juga bisa beli peralatannya di The Soap Story. Nanti mereka sediakan print out panduannya juga. Nah di sini aku nyobain sabun batang yang varian Coffee Latte sama Honey & Goat Milk. Tiap varian sabun benar-benar beda, mulai dari harum sampai teksturnya. Contohnya si Coffee Latte ini karena dia berfungsi sebagai body scrub juga, jadinya di dalam sabunnya ada butiran butiran bubuk kopi. Sementara kalau Honey & Goat Milk tekstur sabunnya lebih halus dengan fungsi untuk melembabkan dan menghaluskan kulit.
Dari segi pengemasan produknya, aku cukup amazed ya. Mulai dari ingredients list-nya lengkap ditulis, PAO, sampai tanggal expirednya juga semua udah dicantumkan. Brand ini juga bebas dari mineral oil, paraben, dan udah cruelty free, yay! Kemasannya pun ramah lingkungan karena bisa didaur ulang.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, dua sabun batang yang aku coba keduanya benar-benar berbeda dari segi tekstur dan wangi. Awalnya kupikir mungkin rasanya akan sama aja, tapi ternyata keduanya beda, menyesuaikan sama fungsinya. Di antara dua varian yang aku coba, aku paling suka sama yang Honey & Goat Milk karena wanginya tuh lezat banget kayak susu manis dan teksturnya super duper halus di kulit. Sementara itu yang varian Coffee Latte baunya kayak ampas kopi hitam cuma wanginya nggak tahan lama di kulit. Butiran kopinya juga cukup kasar untuk ukuran sabun batang, jadi pas buat
Bukan cuma sabun batangnya, tapi buat kemasan sabun cairnya pun semua informasinya juga lengkap. Mulai dari ingredients sampai PAO, semuanya udah tertera dengan jelas. Wanginya yang varian lavender ini enak banget, nggak aneh sama sekali dan bikin rileks. Sebetulnya ini sabun badan, tapi ukurannya kecil banget jadi pasti bakal habis dalam beberapa kali pakai. Jadi aku pakai buat jadi pembersih peralatan make-up dan surprisingly kekuatan membersihkannya bagus banget! Dari segi tekstur sabun ini cair banget, persis air. Aku pribadi lebih suka sabun cair yang teksturnya gel sih karena kalau terlalu cair kayak air malah jadi boros banget.
-----
Buat teman-teman yang mau cobain sabun homemade dari The Soap Story, kalian bisa main ke Instagram mereka @thesoapstory_ dan lihat-lihat katalognya. Sabun batangnya dibanderol Rp. 45.000 per batang dan Rp. 65.000 buat sabun cair ukuran 100ml.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons