Sebagai pecinta lip gloss, aku termasuk picky buat pakai lip gloss. Lip gloss yang aku suka itu biasanya nggak terlalu ngasih warna alias nggak pigmented karena aku sukanya lip gloss itu bisa dipakai sebagai lip topper. Kalau kalian pernah baca review lip gloss ESQA sebelumnya, aku udah pernah ngomong di situ kalau aku nggak terlalu suka sama ESQA karena lip gloss-nya terlalu pigmented, jadinya nggak bisa dipakai di atas lipstik. Nah kali ini aku akan ngomongin soal salah satu lip gloss yang very near and dear to my heart, karena dia walaupun dari brand drugstore dan harganya murah, tapi bisa memberikan hasil yang oke banget di bibir.
Baca juga: ESQA Lip Gloss Shade Sydney Review
Aku yakin hampir semua dari kalian udah nggak asing lagi sama brand Catrice. Tapi apakah kalian familiar sama produk mereka, Volumizing Lip Booster? Aku sendiri sebelumnya belum pernah tahu ataupun lihat di stall Catrice tiap aku ke Guardian karena dia jarang menonjol kesannya. Perjalananku menemukan produk ini dimulai dari app Female Daily. Waktu itu ada yang ngeshare soal lip gloss ini dan bilang kalau ini bisa jadi dupe dari Fenty Beauty Gloss Bomb. Karena aku Sobat Misqueen yang belum bisa beli Gloss Bomb, aku selalu determined buat menemukan dupe-nya. Aku juga udah pernah cerita soal ini di reviewku tentang lip gloss-nya Colourpop. Kita semua tahu kan kalau Gloss Bomb itu emang cantik banget, dan ngelihat dari warnanya juga ini cukup mendekati ya. But is it really a dupe for Fenty Beauty Gloss Bomb?
Catrice Volumizing Lip Booster ini shadenya ada 4, dan aku pilih shade yang terakhir nomor 040 Nuts About Mary karena ini shade yang aku lihat di Female Daily. Aku juga sebelumnya sempat ngecek dulu di Google warna-warna lainnya tapi nggak ada yang lebih sreg daripada nomor 040 ini. Packagingnya simpel, mirip sama wadahnya Wardah Instamatte, cuma yang ini aksennya silver dan covernya nggak doff. Harganya sendiri terbilang sangat murah, yaitu cuma Rp. 56.000 aja. Aku beli ini sih di Shopee, kebetulan ketemu aja dan karena di stall Catrice sendiri sering nggak nyetok banyak shadenya jadi aku harus nyari online.
Aplikatornya bentuknya pipih, nggak bentuk brush kayak Colourpop dan bukan doe-foot kayak ESQA. Aku nggak banyak nuntut sih kalau soal aplikator, cuma dari pengalamanku kalau brush itu nggak terlalu gampang karena brushnya bisa serabutan kemana-mana jadinya bikin berantakan. Pokoknya aku prefer sponge kayak gini lah.
Untuk formulanya, dia super duper ringan. Jauh lebih ringan daripada Colourpop dan ESQA. Dia juga nggak ada glitter-nya dan warnanya tipis banget, hampir nggak ada. Ini benar-benar bagus banget buat jadi lip topper. Dia wanginya juga unik ya. Lip gloss biasanya baunya manis kayak permen, tapi si Catrice ini baunya dingin mint. Pas diaplikasikan ke bibir juga ngasih sensasi dingin kayak lagi makan permen pelega tenggorokan! Lip gloss ini benar-benar fokusnya cuma ngasih shine aja buat bikin bibir kelihatan lebih sehat dan berdimensi. Sayangnya dia nggak ada SPF-nya, kalau ada mungkin udah aku pakai tiap pagi haha. Walaupun balik lagi ya ke preference masing-masing sukanya lip gloss kayak apa, tapi personally for me, produk ini simpel tapi delivers great result.
-----
Where to buy? kennybutik_ @ Shopee
How much? Rp 60.900
Sebagai mahasiswa pendatang, salah satu kegiatan yang paling aku suka ya pergi berwisata. Baik wisata ke tempat-tempat bersejarah di kota tempat aku merantau, atau wisata kulineran. Dengan tingginya jumlah mahasiswa di kota Jogja dan pesatnya perkembangan zaman, nggak sulit untuk menemukan tempat makan baru yang unik dan menyuguhkan rasa tersendiri sampai sulit rasanya buat nggak balik lagi makan di tempat itu. Terlebih lagi karena biaya hidup di kota Jogja nggak semahal di kota-kota besar lainnya, yang bikin wisata kuliner di sini nggak bikin kantong mahasiswaku jebol haha
Bicara tentang wisata kuliner, ada salah satu jajanan yang sangat saya sukai di Malioboro yang menurut saya layak untuk dibicarakan. Saya sudah lama jadi pecinta makanan ini, tapi baru kali ini saya merasa terhipnotis dengan rasanya yang sederhana. Bagi sebagian orang, mungkin lumpia hanyalah lumpia, hanya sebuah makanan yang aslinya berasal dari Tionghoa dan biasa terdiri dari lembaran tipis tepung gandum yang dijadikan sebagai pembungkus isian yang umumnya adalah rebung, telur, sayuran segar, daging, atau makanan laut. Di Indonesia sendiri, lumpia biasa dikenal sebagai jajanan khas kota Semarang. Meski saya sendiri belum pernah ke Semarang langsung untuk mencicipi seperti apa rasanya, tapi ada satu jajanan lumpia di Jogja, tepatnya di Jalan Malioboro yang berhasil mengalahkan lumpia-lumpia yang selama ini sudah saya cicipi. Mungkin sudah bisa ditebak karena lumpia ini terbilang cukup terkenal, yakni Lumpia Samijaya.
Posisinya tepat berada di depan Hotel Mutiara, dan di seberang toko Liman. Meski tempatnya bukan di dalam sebuah toko melainkan hanya bermodalkan gerobak dorong, tetapi setiap harinya Lumpia Samijaya tidak pernah sepi pengunjung. Di waktu-waktu tertentu ketika rush hour, saya pernah masuk waiting list di angka 20! Mengingatnya lagi membuat saya berdecak kagum karena keberadaan Lumpia Samijaya yang berseberangan langsung dengan Starbucks yang notabenenya adalah ‘bukan jajanan sini’, terlihat begitu kontras dengan jumlah pembeli yang datang. Apalagi orang-orang ini (termasuk saya) tidak mungkin membawa pulang satu lumpia saja. Dua sudah paling sedikit, karena rasanya yang sangat teramat membuat ketagihan, orang-orang lebih sering pesan 5 bahkan 10 lumpia. Mungkin supaya tidak harus bolak-balik ke Malioboro lagi jika, maklum Malioboro dan kemacetannya memang bikin pusing terkadang.
Di Lumpia Samijaya, mereka menjual dua jenis lumpia; ayam yang dijual seharga Rp. 4.500, dan spesial seharga Rp. 5000. Beberapa orang mungkin beranggapan, dengan harga sekian, rasanya lumpia ini kok lebih mahal dibandingkan lumpia biasanya. Tapi menurutku, dengan ukuran yang memang lebih besar dan isi lumpia itu sendiri yang sangat padat, harga lumpianya terasa sangat worth it. Keduanya juga bukan jenis lumpia isi rebung seperti lumpia kebanyakan, tetapi berisi daging ayam, sayur-sayuran, dan untuk lumpia spesial, juga berisi telur puyuh utuh. Wah, sudah kebayang ya perpaduan rasanya seperti apa. Kalau belum kebayang, berarti memang kalian harus cobain langsung ke tempatnya.
Isi lumpia ayam
Isi lumpia spesial dengan telur puyuh
Ketika berkunjung ke Lumpia Samijaya, saya biasanya pesan dua lumpia, satu ayam dan satu spesial, karena kalau kebanyakan makan telur puyuh, kepala saya langsung pusing. Kalau misal kalian tidak ingin bungkus lumpianya, Lumpia Samijaya juga bisa dimakan on the spot alias makan di tempat. Tinggal bilang sama ibu penjual untuk makan di sana langsung, nanti lumpia akan disajikan di atas piring dengan siraman kuah bawang yang semakin membuat rasa lumpianya teramat nikmat. Tentunya kalau lumpianya dibungkus untuk dibawa pulang, kuah bawangnya nanti akan dibungkus terpisah supaya tidak hilang rasanya saat di perjalanan.
Sampai saat ini, saya masih tidak tahu apa yang membuat rasanya begitu gurih dan nikmat. Sangat amat berbeda dari semua jenis lumpia yang sudah saya coba, bahkan di kota Jogja ini belum ada yang rasanya bisa menandingi rasa Lumpia Samijaya. Entah di bumbunya, entah di kuah bawangnya, entah telur puyuhnya, entah suasanyanya, atau mungkin campuran dari semuanya yang membuat saya untuk terus kembali lagi ke sini.
Mereka yang berkunjung ke Lumpia Samijaya, tidak hanya masyarakat Jogja atau dari kota lain lagi di Indonesia, tetapi sudah dari mancanegara. Saya sering kali melihat beberapa wisatawan asing yang akhirnya mencoba Lumpia Samijaya karena melihat gerobaknya yang selalu dipenuhi dan dikerubungi oleh para pembeli sehingga terlihat meyakinkan dan menggoda untuk dicoba. Sebagai salah satu pelanggan setianya, tentu hal ini membuat hati saya juga senang karena tidak sedikit tempat makan kesukaan saya gulung tikar karena rendahnya minat orang-orang. Saya acungi jempol untuk Lumpia Samijaya karena dapat terus bertahan padahal keberadaannya hanya disebarkan dari mulut ke mulut, tak terkecuali saya sendiri, yang tahu soal Lumpia Samijaya dari salah satu teman saya di kampus saat saya bertanya soal jajanan apa yang enak di Malioboro. Lumpia Samijaya adalah bukti bahwa jajanan nikmat tak selalu harus mahal harganya.
Waktu aku lihat iklannya mulai sliweran di Instagram story, aku awalnya nggak terlalu peduli sama produk alis terbaru Maybelline ini karena aku sendiri udah setia banget sama pensil alis jeruk-nya Viva dari tahun ke tahun. Tapi, sebagai self-claimed beauty enthusiast, tentu aku nggak mau membatasi perjalanan alisku hanya di satu produk aja. Setelah semakin sering iklannya nongol, aku jadi makin penasaran apakah produk ini worth it atau nggak dengan harganya yang cuma Rp. 51.000!.Untuk ukuran pensil mekanik dengan spoolie, harganya standard lah ya. Seingatku dulu juga Etude harganya segitu. Aku lumayan tertarik sama produknya karena yang promosiin di dalam iklannya itu banyak beauty influencer, salah satunya Cindercella. Walaupun aku pribadi kurang suka sama pensil alisnya Maybelline dari pengalamanku beli Fashion Brow mereka yang pensil.
BACA JUGA: Maybelline 'Brow Precise' Fiber Volumizer Review
BACA JUGA: Maybelline 'Brow Precise' Fiber Volumizer Review
Aku beli ini di Watson, dan waktu itu shadenya cuma ada satu, grey brown. Tapi pas aku cek ke Guardian, ternyata ada shade lainnya yaitu natural brown. Aku kurang tahu kalau di Indonesia sendiri berapa shade yang masuk, tapi kalau kita cari di Google shadenya ada 4. Aku sebetulnya kurang sreg sama warna pensil alis yang mengarah ke abu-abu atau kecoklatan, karena rambutku aslinya hitam dan kulitku juga gelap, jadi dari shade yang ada aku nggak ada yang suka. Inilah salah satu alasan kenapa aku selalu pakai Viva karena warna pensil alis-nya Viva yang warna hitam itu benar-benar gelap dan pekat hitam.
Terus kalau dari segi desainnya pensilnya sih dia mirip sama Etude. Bukan yang jenis pensil kecil lancip tapi bentuknya segitiga dan tebal, jadi cocok buat orang yang alisnya tipis dan jarang-jarang karena ujung alisnya lebih banyak mengcover daerah alis. Oh iya, pro tip aja buat orang-orang yang sering ngerasa kalau ngalis masih ketebelan, mungkin kalian harus bervariasi soal shade pensil alis yang kalian pakai dan go with a lighter hand jadi nggak usah tebal-tebal apalagi kalau kulit kalian cenderung medium to light. Karena kulitku gelap, aku jadi lebih bisa bikin alis yang tebal dan 'ngeblok' warnanya karena kalau nggak, alisku bakal kelihatan awkward dan nggak nyaru sama keseluruhan elemen muka.
BACA JUGA: Innisfree Auto Eyebrow Pencil Shade Black Review
BACA JUGA: Innisfree Auto Eyebrow Pencil Shade Black Review
Masuk ke masalah performa produknya, aku akan bilang kalau aku cukup kecewa. Inilah hasil beli barang karena kemakan iklan dan bukan karena rekomendasi teman terpercaya hahaha. Foto swatch di tangan di atas itu hasil ngurek-ngurek pensilnya berjuta-juta kali. Beneran sesusah itu bikin warnanya keluar! Aku sampai bingung ini kok bisa pensil alis nggak pigmented kayak gini dijual di pasaran, di bawah nama sebesar Maybelline pula. Pigmentasinya jelek banget, kayak pulpen yang udah sekarat mau habis isinya, pensil alis ini butuh effort luar biasa besar dipakainya. Ini bukan masalah warnanya yang nggak cocok lagi, tapi memang formulanya yang kurang banget. Pensilku bahkan sampai patah saking aku terlalu keras ngeswatchnya.
Maaf aku nggak sertakan foto alisku yang udah dialis pakai ini karena susah banget ngalis pakai pensil alis yang nggak pigmented, aku jadi bingung sendiri. Sooo yeah, mungkin kalian bisa ambil review ini sebagai gambaran lah kalau kalian memutuskan buat beli.
Setelah nyobain facial spray (atau face mist, bebas lah ya namanya apa) dari Uriage beberapa waktu lalu, aku ketagihan untuk kembali melengkapi skincare stash aku dengan facial spray lagi karena si Uriage itu habis hanya dalam waktu seminggu! Aku suka banget pakai facial spray, karena menghemat waktu tinggal disemprot aja udah kena muka. Kali ini aku nggak beli thermal water lagi, tapi aku memutuskan untuk nyobain dari Mario Badescu. Kalian beauty lover pasti udah nggak asing lagi sama namanya. Mario Badescu ini emang udah top banget sama facial spray mereka. Mereka punya 3 varian; rosewater, cucumber, dan lavender. Karena aku suka wangi mawar, jadilah aku cobain yang varian rosewater.
Baca juga: Uriage Thermal Water Face Mist Review
Ingredients: Aqua (Water, Eau), Propylene Glycol, Aloe Barbadensis Leaf Juice, Rosa Canina Extract, Thymus Vulgaris (Thyme) Leaf Extract, Fucus Vesiculosus Extract, Gardenia Florida Fruit Extract, Caprylyl Glycol, Hexylene Glycol, Polysorbate 20, Parfum (Fragrance), Phenoxyethanol, Sodium Chloride, Citronellol, Geraniol, CI 17200 (Red 33), CI 42090 (Blue 1).
Dilihat dari ingredientsnya, produk ini nggak pakai wangi-wangian artificial, jadi memang asli air mawar. Aku sendiri punya air mawar botolan dari petani mawar di sini dan keduanya wanginya persis sama. Mario Badescu sendiri udah berdiri lebih dari 50 tahun dan dalam kurun waktu itu mereka make sure kalau brand mereka ini punya reputasi yang kuat dan positif. Mereka dikenal dengan produk skincarenya yang berbahan simple dan efektif, termasuk facial spray ini.
Berbeda kayak waktu aku pakai thermal water yang biasa aku bawa kemana-mana botolnya dan aku semprot kapan aja waktu muka aku terasa dull atau nggak segar, facial spray ini aku pakai sebagai bagian dari rangkaian skincare routine aku. Jadi nggak aku bawa kemana-mana, cuma di kamar aja. Fungsinya aku jadiin hampir seperti toner. Waktu aku lagi malas nuang-nuang cairan ke tangan atau lagi butuh extra portion of hydration, aku semprot facial spray ini sebelum aku lanjutin pakai produk yang teksturnya lebih heavy.
Pendapatku sih facial spray ini cuma bisa kasih hydration aja dan bikin muka agak segar. Banyak yang bilang mereka suka pakai ini sebagai setting spray tapi menurutku dia nggak ada kemampuan bikin make-up tahan lama. Kalau jadi base make-up ya masih oke lah, karena aku pribadi udah jarang pakai primer, cuma jadiin skincare sebagai alas make-up. Dan supaya make-up nggak crack gitu aku selalu make sure kulitku well-hydrated, where this facial spray comes into play! Walaupun downsidenya sih karena dia cepat menyerap ke kulit, jadinya aku suka ngerasa kayak pengen spray lagi dan lagi, malah bikin boros. Tapi overall aku suka suka aja sama dia. Dan aku sekarang penasaran buat cobain varian lainnya dari facial spray Mario Badescu ini.
-----
Where to buy? tokobeautybank @ Shopee
How much? Rp. 145.000 (excl. shipping fee)
Jaman sekarang tuh ya, kadang aku suka terkagum-kagum sama brand lokal karena mereka bener-bener udah step up their game banget. Udah bisa bersaing sama brand dari luar, mulai dari packaging, konsep, dan ya efektifitas produknya itu sendiri. Nah di postingan kali ini aku bakal ngomongin tentang salah satu brand lokal baru yakni Bertie Cody! Suatu hari Mbak Stephanie dari Bertie Cody approach aku lewat email, menawarkan apakah dia bisa kirim salah satu produk Bertie Cody ke aku sebagai hadiah. Dan setelah aku pelajari brandnya dan produknya, akupun bilang YES! Aku selalu seneng nyobain produk dari local brand. Dan akupun nggak pelit untuk ngepost atau review tentang mereka karena aku mau local brand punya kesempatan publikasi yang sama kayak brand-brand luar yang aku juga pakai dan review di social mediaku.
Bertie Cody sekarang ini baru punya dua produk, dua-duanya bentuknya masker bubuk. Tapiii, ini bukan sembarang masker lho. Biasanya masker bubuk itu kan kalau nggak wash-off, ya peel-off. Nah masker mereka ini termasuk peel-off dengan tekstur yang sangat unik yaitu kayak karet! Makanya namanya rubber peel-off mask. Sebelumnya aku pernah dengar kalau Dr. Jart itu juga punya sheet mask yang teksturnya pun rubber, walaupun aku belum pernah coba sendiri karena harganya lumayan mahal. Balik lagi ke Bertie Cody, selain varian Luminous, mereka juga punya varian yang namanya Squeaky Clean.
Waktu ditawarin pilih varian yang mana, aku pilih Luminous. Kenapa? Karena kalau dari deskripsi produknya sih si Luminous ini lebih cocok buat kondisi kulitku karena dia punya klaim untuk mengurangi produksi minyak berlebih. Ya sebagai manusia kilang minyak tentunya ini bukan pertanyaan lagi ya. Sementara kalau yang varian Squeaky Clean fungsinya lebih ke penanganan jerawat. Oh iya, masker ini juga paraben-free, synthetic color-free, cruelty-free, dan vegan jadi aman untuk ibu hamil dan menyusui. Penting untuk tahu kalau maskernya nggak pakai pewarna sintetis karena biasanya sering brand yang pakai bahan spirulina di dalamnya bukan dari ekstrak spirulina asli. Jadi memang Bertie Cody ini pakai spirulina asli.
Waktu pertama coba nyampurin maskernya aku agak kesulitan sih karena kalau dari anjuran pakainya rasio antara bubuk masker sama airnya 1:1, cuma pas aku campurin masih terasa terlalu cair jadi susah nempel di muka (makanya di foto berikutnya bisa kamu lihat maskernya sampai netes ke alis). Jadi aku improvise buat bikin konsistensi yang aku rasa cukup biar maskernya bisa menyatu di muka karena ini peel-off mask dan kalau maskernya nggak rata di muka jadinya kayak foto di atas, bakal ada dry patches yang bikin maskernya nggak bisa dikletek. Oh iya, masker ini juga ada wangi mint gitu dan waktu diapply ke muka ngasih sensasi dingin.
Setelah dilepas nggak ada kotoran atau komedo yang kecabut di maskernya, tapi kulitku jadi terasa kencang dan lembut kayak pantat bayi. Baru kali ini aku cobain masker peel-off yang nggak bikin kulit kering. Mungkin karena tekstur maskernya yang rubber jadi memang nggak bikin kulit ketarik. Sejak rutin pakai masker ini dua kali seminggu, aku ngerasa komedoku jadi lebih mudah dikeluarin dan pori-poriku juga makin mengecil karena jadi bersih. Downsidenya sih ada residu warna biru yang ditinggalkan dari masker ini setelah dikletek. Jadi kalau mau pake masker ini aku saranin pas kalian belum pakai skincare routine sih karena residunya itu mesti dibersihin.
Satu kemasan ini bisa dipakai sampai 5 kali pemakaian, cuma ya balik lagi kamu seboros apa kalau nyampur hehe. Bertie Cody sendiri bilang jangan setiap hari dipakai karena dia punya sifat exfoliating jadi pakainya maksimal 3 kali aja seminggu. Overall, aku cukup impressed sama masker ini. Selain dia memberikan fun experience karena teksturnya unik, efeknya pun menyenangkan di kulitku yang kombinasi cenderung berminyak.
-----
Where to buy? Bertie Cody @ Instagram
How much? Rp 80.000
Wah, ternyata cukup lama ya aku nggak update blog ini. Hampir 10 hari lho! Berarti kehidupan dunia nyata lagi meminta perhatian lebih nih, maklum resiko mahasiswa tingkat akhir bergumul dengan skripsi :") Anyway, hari ini aku akan ngomongin soal produk serum pertamaku, The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1%. Sebelumnya aku pernah bahas serum juga dari brand lokal, yaitu For Skin's Sake Hyaluronic Acid Serum Concentrate yang sedihnya ternyata nggak cocok di aku.
Memang sebetulnya waktu pertama memutuskan buat step up my skincare routine untuk nambahin serum itu rasanya kayak memutuskan mau apply SNMPTN ke universitas mana karena pilihannya banyak banget, dengan fungsinya yang beragam. Kalau udah kayak gitu biasanya aku mulai dari nyobain produk yang memang udah banyak reviewnya. Makanya aku memutuskan akhirnya nyobain The Ordinary dulu. Banyak sebetulnya yang terkenal dari The Ordinary, tapi yang masuk kebutuhanku saat itu cuma dua, Niacinamide + Zinc atau si Alpha Arbutin. Walaupun banyak yang bilang keduanya bagus kalau dipakai berbarengan, tapi karena kantong ini cuma kantong mahasiswa jadi sanggupnya beli salah satunya doang haha.
BACA JUGA: For Skin's Sake (FSS) Hyaluronic Acid Serum Concentrate Review
BACA JUGA: For Skin's Sake (FSS) Hyaluronic Acid Serum Concentrate Review
APA ITU NIACINAMIDE
Niacinamide, juga dikenal dengan nama nicotinamide, adalah bentuk aktif dari niacin (atau biasa disebut vitamin B3 atau asam nicotinic). Sebagai jenis vitamin yang berbahan dasar air, dia nggak akan larut dalam minyak, makanya biasanya niacinamide ini akan mudah kita temukan pada serum berbahan dasar air. Cocok untuk orang yang kulitnya benci minyak seperti aku. Niacinamide juga merupakan salah satu bahan aktif dalam skincare yang terbilang cukup stabil, dengan pH mendekati netral. Nggak seperti alpha- dan beta-hydroxy acid, L-ascorbic acid (vitamin C), dan retinoid, niacinamide ini lebih non-acidic dan non-irritating.
CARA KERJA NIACINAMIDE
Di dalam tubuh kita, niacinamide terbentuk saat kita mengkonsumsi makanan yang kayak akan niacin (seperti hati atau jamur-jamuran). Tubuh kita mengubah niacin tadi menjadi niacinamide aktif, yang bertindak sebagai prekursor coenzymes NADH dan NADPH. Kedua coenzymes ini mendorong metabolisme sel, yang artinya enzim-enzim tersebut memberikan sel kulit kita energi untuk menjalankan fungsinya. Bahkan nyatanya kedua enzim tadi terlibat dalam lebih dari 40 proses biochemical, termasuk hal-hal penting seperti perbaikan DNA dan pembaharuan sel. Karena niacinamide mudah menembus ke dalam kulit, kita nggak harus bergantung pada diet atau suplemen makanan kita. Karena kita juga bisa mendapat manfaat dari menggunakannya secara topikal.
BACA JUGA: iUNIK Propolis Vitamin Synergy Serum Review
BACA JUGA: iUNIK Propolis Vitamin Synergy Serum Review
WANGI DAN TEKSTUR
Surprisingly, tekstur dari serum ini tuh agak lengket kayak snail mucin, tapi nggak sepekat itu juga. Konsistensinya masih lebih cair, kalau ditaro di tangan bisa meluncur bebas dengan lancar tapi kalau dikatup-katupin di antara dua jari bakal kelihatan banget kalau konsistensinya memang sticky. Banyak yang nggak terlalu suka sama tekstur serum ini tapi aku pribadi fine-fine aja. Wanginya agak bikin semriwing sih, khas serum dengan kandungan kimia gitu. Aku nggak bisa deskripsiin baunya kayak apa tapi mendekati bau lem haha.
BACA JUGA: Dr. Ceuracle Vita Propolis Ampoule Review
Jadi kalau dari The Ordinary sendiri, serum ini mengklaim mampu membantu meregulasi produksi sebum pada kulit dan mengecilkan tampilan pori-pori. Dan bisa dibilang, di awal-awal pemakaian memang dia stay true to its claim. Pori-poriku beneran terlihat mengecil dan aku nggak seberminyak biasanya. Tapi, akhir-akhir ini memasuki minggu ke-12 di mana seharusnya niacinamide itu lagi puncaknya bereaksi, aku malah ngerasa kalau serum ini udah nggak bisa ngasih efek lebih dari yang selama ini dia kasih. Maksudku, ya dia udah sampai di tahap paling puncaknya. Pori-poriku mulai balik lagi, dan aku mulai berminyak lagi walaupun keduanya nggak separah dulu. Pori-pori sendiri memang nggak bisa permanen terlihat mengecil kan ya, jadi aku nggak masalah sama hal itu. Karena ada hari-hari di mana pori-poriku mengecil, ada hari-hari di mana mereka menganga lebar lagi, and that's okay.
What I'm trying to say is, serum ini aku rasa nggak bisa ngasih kulitku efek yang luar binasa bikin aku tercengang. Tapi dia cukup bagus untuk jadi permulaanku mencoba serum dengan bahan aktif seperti niacinamide, alias cocok untuk pemula yang lagi menyusun skincare routine dan figure out efek suatu kandungan di kulitnya. Tapi ketika udah sampai di ujung jalannya ya serum ini akan stuck efeknya di situ-situ aja dan eventually you'll grow out of this dan mulai mencari formula yang lebih dari ini. Aku juga agak nggak suka sama teksturnya yang mudah berbusa ketika diusap terlalu kencang di kulit. Ya gampang sih ditanganinya, cukup dengan nggak digosok keras-keras aja. Tapi tenang, itu bukan tanda kalau serumnya palsu kok guys. Busanya juga bukan busa heboh tapi kecil-kecil putih gitu yang gampang hilang meresap ke kulit.
Overall, aku nggak bilang serum ini nggak bagus, karena dia bekerja sebagaimana klaimnya, cuma efeknya termasuk minimal. Aku tetap suka sama produk ini karena dia nggak bikin aku breakout, dan berarti kulitku bisa terima kandungannya jadi aku nggak takut untuk cobain serum niacinamide lainnya.
Sebetulnya agak bingung gimana mau memulai postingan kali ini tapi ya kita go with the flow aja lah ya hahaha. Oke jadi di postingan hari ini aku akan memberikan beberapa opini yang aku punya tentang Focallure x Tasya Farasya "The Needs" Face Palette ini beserta swatch lengkap seisi paletnya, dijamin ga ada satupun warna yang ketinggalan. Sebelum kita masuk lebih jauh ngebahas face palette ini, disclaimer sedikit ya jadi ini aku nggak beli sendiri. Aku dapet dari hasil menang giveaway yang diadain sama mbak-mbak generous nan gorgeous di Instagram; @nidarfanni @adpbeauty @glowglasskin. Waktu tahu menang face palette ini tuh rasanya hatiku mau terbang ke luar angkasa coy! Maklum, produk kolaborasi sama Tasya gitu lho, plus harganya lumayan meholita nih jadi kalo beli sendiri kerasa banget kosong dompetnya :")
Waktu pertama Tasya reveal produknya di Instagram dan Youtube, netizen mulai berkomentar dan rata-rata komennya isinya tentang harganya yang agak tidak ramah di kantong layaknya produk Focallure yang biasanya. Ya dengan harga Rp. 449.000 memang nggak bisa dipungkiri, sangat jauh lah ya dibandingkan produk-produk Focallure yang lain. Apalagi karena Focallure ini kan bisa terkenal banget di pasaran Indonesia karena kualitas produknya yang lumayan oke dengan harga kaki lima. Tasya sendiri bilang, harga segitu worth it karena kalo produk di face palette ini dipisah-pisah, kemungkinan kita bakal menghabiskan uang dengan jumlah yang lebih dari Rp. 449.000. Aku sendiri kurang hafal juga sama harganya Focallure, karena let's be clear here, ini produk Focallure pertamaku.
Dari segi packaging sih aku pribadi agak kurang suka ya, karena desain holo itu udah agak ketinggalan jaman haha :( Terutama kalo ngeliat trend packaging brand-brand lokal kayak BLP Beauty, Dear Me Beauty, Rollover Reaction yang udah mulai menjual desain minimalis yang simple but says a lot. Tapi karena yang namanya desain itu ya personal, terserah si Tasya juga huehehe jadi masalah selera aja. Tapi personally buat aku ya kalo aku nggak tahu harganya berapa, mungkin aku nggak bakal nebak face palette ini sampai di harga Rp. 449.000.
Oh iya, sedikit informasi ya, jadi sekarang ini Focallure udah ada BPOM-nya, dan udah resmi masuk ke Indonesia jadi kamu nggak perlu khawatir-khawatir amat sama brand ini hanya karena dia produk dari Cina. Kamu bahkan bisa belanja semua produk (termasuk The Needs) Focallure di website resmi mereka.
Oh iya, sedikit informasi ya, jadi sekarang ini Focallure udah ada BPOM-nya, dan udah resmi masuk ke Indonesia jadi kamu nggak perlu khawatir-khawatir amat sama brand ini hanya karena dia produk dari Cina. Kamu bahkan bisa belanja semua produk (termasuk The Needs) Focallure di website resmi mereka.
Face palette ini isinya udah lengkap; ada eyeshadow dengan 7 warna matte dan 7 warna shimmer, ada blush, ada highlighter, dan tentunya ada bronzer juga. Plus, udah ada brushnya juga lho. Satu blending brush dan satu packing brush buat ngepack shimmer shades. Oh iya, nggak lupa di dalam juga udah ada kaca yang super gede cukup buat ngaca semuka, jadi kalo kalian travelling dan nggak mau bawa banyak produk make-up, bawa ini aja mungkin udah mencukupi kebutuhan kalian. Afterall, itu filosofi Tasya buat mengeluarkan face palette ini, supaya orang-orang yang nggak tahu harus beli make-up apa aja, atau males bepergian bawa banyak barang bisa terpenuhi kebutuhannya dengan face palette ini, hence the name, The Needs *dramatic music*.
Ya tanpa banyak cincong lagi mari kita masuk ke bagian paling seru, swatches!
Waktu ngeswatch eyeshadow yang matte, ada shade yang sedikit patchy yaitu si LDR. Sisanya oke oke aja dan rasanya memang buttery banget. Aku nggak tahu ini kualitasnya lebih baik dari produk Focallure yang biasanya atau memang semua eyeshadow Focallure ya begini, tapi kata Tasya sendiri sih dia develop formulanya sendiri dan ini udah her best effort, jadi asumsiku ini nggak seperti formula Focallure yang biasanya. But hey, I can't really say so karena aku nggak punya produk Focallure lainnya buat dibandingkan. Shimmernya juga cantik-cantik, tapi waktu diapply pake brush ke mata dia agak kurang ngejreng nggak kayak waktu diswatch pake tangan. Jadi brushnya harus aku basahin sedikit pake setting spray biar warna shimmernya bisa lebih keluar kayak yang aku mau.
Face palette-nya sendiri juga menurutku ya lumayan lah ya, walaupun yang namanya bikin face palette itu ada challengenya tersendiri karena skin tone orang itu kan nggak cuma satu, jadi gimana bisa bikin produk yang bakal masuk ke banyak skin tone itu cukup susah. Blushnya kata Tasya bisa dicombine buat bikin warna blush coral yang lagi ngetrend (makanya warna blushnya ngejreng agak oren dan pink muda banget, biar bisa dipake barengan). Highlighternya sih agak susah masuk di warna kulitku walaupun aku pake yang Sun, tapi dia terlalu gelap di aku, padahal yang Pink terlalu muda. Jadi kayaknya aku ada di antara dua warna itu deh haha. Daaan yang paling aku suka tuh bronzernya. Aduh, juara deh! Parah, bagus banget! Aku susah cari shade bronzer yang pas di kulit gelapku, dan sampai sekarang masih bingung bronzer yang bagus tuh apa ya. Bronzer di palette ini pigmented banget, sekali tap aja udah ngasih color payoff yang oke, I'm not kidding. Gampang diblend, nggak bikin terlihat muddy di kulit, pokoknya cakep banget, highly recommended!
-----
Sayangnya karena aku juga masih belajar bikin dandanan mata yang layak dilihat orang, postingan ini nggak dilengkapi sama eye look yang bisa dibuat dari palette ini. Nanti mungkin di lain waktu aku bakal bikin dedicated post buat satu eye look sekalian bikin tutorial ala-ala haha. Kalo ditanya 'Worth it nggak sih harga segitu untuk face palette Focallure?', well, tergantung kebutuhan. Menurutku produk ini cocok buat yang masih mau belajar make-up tapi nggak tahu harus beli apa aja. Tapi kalo misalnya udah cukup advanced ya kurasa face palette ini nggak bakal cukup buat menampung kreativitasmu hehe.
Pasti kalian kaget kok bisa belanjaan bulan April kemarin cuma segini. Well, karena memang harga per itemnya lumayan pricey, jadi walaupun nominal yang dikeluarkan besar, tapi item yang didapat cuma sedikit. Karena bulan April adalah bulan kelahiranku, aku beli ini semua sebagai hadiah ulang tahun dari aku untuk aku haha. Dan kebetulan juga memang udah sejak lama banget ngincar mereka ini. Semua ini aku beli lewat Shopee kecuali sheet mask Garnier yang aku beli di Watson. Kalo bulan lalu aku banyak beli sheet mask di Sociolla karena promo free ongkir Sociolla, bulan ini aku mulai berhenti menghabiskan terlalu banyak uang untuk beli sheet mask.
Baca juga: March Beauty Haul: Sheet Mask, Face Spray
iUNIK Propolis Vitamin Synergy Serum
Ini sebetulnya belum terlalu lama banget ada di wishlist aku, tapi memang udah notice keberadaannya di beauty community. Sempet masuk ke keranjang belanja Shopee tapi lama banget ga dicheck out karena aku masih nyari-nyari review tentang si iUNIK ini. Dari kandungan bahannya dia sangat amat menggoda, apalagi karena ini pertama kalinya aku nyobain sesuatu dengan propolis di dalamnya. Klaimnya juga pas banget (nourishing and brightening) karena aku masih mencoba menyamarkan noda bekas jerawat di dekat mulut yang super bandel.
COSRX Oil-free Ultra Moisturizing Lotion (with Birch Sap)
Jadi di night skincare routine yang pernah aku post sebelumnya, aku belum punya moisturizer yang memang berfungsi sebagai moisturizer. Aku cuma pakai produknya Laneige yang Skin Refiner, dan itupun sebenarnya kurang cocok di aku karena teksturnya nggak pas untuk kulit kombinasi. Setelah bikin questioner di Instagram buat minta beberapa rekomendasi moisturizer, akhirnya pilihanku jatuh pada si COSRX ini, karena kebetulan banyak yang pakai juga dan feedbacknya di kulit orang-orang hampir bagus semua. Sayang harganya agak mahal haha.
Acwell Licorice pH Balancing Cleansing Toner
Nah ini adalah salah satu produk yang lagi lumayan hangat diperbincangkan di beauty community. Aku sendiri jadi agak tergiur habis baca reviewnya Hasya, ditambah ada embel-embel 'pH balancing' dan 'cleansing toner', jadi makin penasaran aja sama performa toner ini.
Garnier Hydra Bomb Pomegranate Serum Mask
Yang terakhir ada sheet mask dari Garnier yang aku beli cuma demi melengkapi koleksi sheet mask dari Garnier yang udah aku kumpulin buat nantinya aku review. Sheet mask Garnier ini nantinya bakal jadi rangkaian varian sheet mask dari satu brand yang sama yang paling lengkap direview di blog ini karena biasanya aku kalo ngereview sheet mask cuma satu satu per varian, bukan keseluruhan rangkaiannya.
-----
Seperti yang aku bilang di atas, aku lagi berusaha buat mengurangi pembelian sheet mask. Pertama karena setelah dipikir-pikir, uang yang aku keluarkan buat beli sheet mask kalo ditotal mungkin bisa buat beli serum atau essence atau produk skincare lainnya yang lebih bersifat investment dalam jangka waktu panjang, dibandingkan sheet mask yang cuma sekali pakai. Kedua karena pada akhirnya aku punya banyak sheet mask numpuk tapi waktu buat pakainya aja nggak pernah ada. Aku lebih sering beli sheet mask karena diskon, bukan karena butuh. Akhirnya gelap mata aja belanja. Plus, mikirin limbah sheet mask itu agak bikin menohok hati, karena sheet mask cuma sekali pakai dan buang. Karena nggak baik juga essence sisa disimpan dan disayang-sayang mau gimanapun caranya.
Oke deh, segitu dulu aja postingan hari ini. Kamu sendiri udah beli apa aja bulan April kemarin?
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons