Mantep banget, dari judulnya aja udah panjang. Ya karena nama produknya sepanjang itu. Sebetulnya review produk ini ada di urutan akhir-akhir, kalo ngeliat urutan draft postingan di blog. Tapi kemarin lagi seru banget ngomongin produk ini di Instagram aku karena ternyata banyak juga yang pake nose mask ini. Jadilah aku tergerak buat ngumpulin fotonya dan mulai nulis reviewnya yang kemarin udah sempet aku upload di @beautywithdummy.
Sedikit cerita, awalnya aku kira The Face Shop itu sister brand dari The Body Shop, haha. Padahal asal usul negaranya aja udah beda. Aku pertama lihat produk ini dari Instagram Story-nya Mbak Eta yang ngepost hasil dia nyabut komedo, aku langsung 'YES, I'M SOLD!', karena seperti yang kalian semua tahu, aku sangat amat berkomedo. Salah satu downside punya pori-pori sebesar Jeruk Bali, berminyak, dan harus berhadapan sama polusi dan debu di jalanan setiap hari.
Baca juga: Skin Game Pore Rescue Mask Review
Baca juga: Skin Game Pore Rescue Mask Review
Kayak yang aku bilang, aku beli ini karena aku lihat Story-nya Mbak Eta. Aku sendiri belum pernah main ke toko offline-nya The Face Shop karena kebanyakan produknya buatku masih out of my budget :") Tapi karena kok lihat Mbak Eta pake produknya rasanya menjanjikan banget, aku akhirnya coba cari di Shopee. Dan aku makin kaget karena ternyata harganya murah! Aku beli nose mask ini Rp. 57.000 aja lewat Shopee dan kebetulan yang jual daerah Bantul jadi ongkirnya juga ga mahal. Aku memang menyarankan banget buat kalian coba cari produk ini di Shopee sih soalnya harganya pasti lebih murah dan macem-macem juga.
Sayangnya, aku ga tahu ini botolku aja yang agak cacat apa gimana, tapi susaaaah banget buat mencet keluar produknya dari dalem tube. Beneran butuh usaha ekstra biar nose mask-nya bisa dikeluarin. Untuk design packagingnya sendiri khas The Face Shop, minimal dan sleek.
Baca juga: Skinfood Black Sugar Honey Mask Washoff Review
Baca juga: Skinfood Black Sugar Honey Mask Washoff Review
Teksturnya sangat amat lengket! Sejujurnya aku kaget juga karena dia selengket itu waktu kena jariku. Aku agak kerepotan harus apply nose mask ini pake jari ataupun brush (yang khusus buat maskeran) karena produknya saking lengketnya jadi malah kebanyakan nempel di jari ataupun brush. Aku menyarankan kalian buat apply pake spatula aja (bisa beli di Miniso kok), atau aplikator apapun yang ga berserabut dan terbuat dari plastik/silikon jadi produknya gampang dipeperin ke muka.
Baunya sih agak strong kayak lem, dan buat sebagian orang mengganggu, tapi aku sendiri ga masalah sih. Baunya juga hilang seiring berjalannya waktu.
Pertama kali cobain nose mask ini, aku ga melihat keefektifannya sama sekali. Tapi memang susah banget buatku membuat produk-produk sejenis kayak gini supaya efektif. Kalo kalian pernah baca postinganku soal gimana aku akhirnya menemukan cara penggunaan Biore Pore Pack jadi lebih efektif, hal yang sama juga aku terapkan waktu aku nyobain nose mask ini. Jadi pertama aku potong jeruk nipis, habis itu aku oles langsung ke bagian yang mau aku pakein nose mask. Aku sendiri ga lama usapin jeruknya ke kulit biar ga terlalu perih, yang penting kulitnya kena aja, dan habis diusap itu juga ga perlu dibilas lagi, nanti jadi sia-sia dong haha. Daaan hasilnya ternyata jauh lebih efektif dan memuaskan dengan dioles jeruk dulu daripada ga. Tapi lagi-lagi, cara kayak gini mungkin ga bakal disukai banyak orang. Kalo kalian punya cara tersendiri yang lebih mudah, coba aja dipraktekin, mungkin hasilnya bisa sama efektifnya. FYI, ini aku biasanya tinggal lebih dari waktu yang disarankan di packagingnya (10-15 menit) karena kalo sebenernya dia keringnya lumayan makan waktu dan aku gamau buru-buru ngelepas juga. Cuma kalo kelamaan sih jadinya agak nylekit pas dilepas dari muka.
-----
Kesimpulannya, produk ini lumayan tricky. Kalo dirasa kurang efektif, bisa coba pake cara-cara yang bisa ngebantu komedo jadi lebih gampang ditarik. Tapi aku memang rekomendasiin buat coba diusap pake jeruk nipis sih, hasilnya bener-bener kayak bumi dan langit.
Perjalanan skincare aku dimulai waktu SMP. Mamaku bukan tipe yang suka dandan karena dia IRT, dan ga terlalu ngerti soal skincare juga. Kita berdua selalu pake produk drugstore yang biasa dijual di supermarket, salah satunya Pond's. Face wash keluargaku selalu dari Pond's, termasuk day cream juga dulu pake sebagai sunscreen karena dia ada SPF-nya. At least according to my mom, day cream-nya Pond's adalah sunscreen, haha. Pond's bukan satu-satunya produk drugstore yang aku pernah cobain. Dove pun pernah, tapi biasanya aku cobain shampoo mereka atau deodorant-nya. Karena aku ga pernah tahu kalo Dove punya produk face wash.
Makanya waktu aku dapet ini di paketan SOCOBOXxDOVE kemarin, aku kaget juga karena, 'Oooh, Dove itu punya face wash?'. Dan awalnya aku skeptis sama face wash ini karena sepengalamanku dulu waktu masih jadi customer setiap sabun muka Pond's, mukaku itu kering banget. Cuma ga pernah aku apa-apain karena aku pikir itulah gunanya day cream, buat melembabkan muka yang kering karena sabunnya. Apalagi karena pas lihat ingredient listnya, ada bahan yang tingkat comedogenic-nya tinggi.
Bentuknya standard face wash drugstore ya, tube dengan tutup botol flip dan desain yang feminim. Aku belum lihat dia dijual di supermarket kayak Indomaret atau Alfamart, tapi aku nemuin dia di Guardian jadi mungkin kalian bisa cek ke sana. Harganya terbilang lebih mahal dibandingkan face wash drugstore lainnya. Sekitar Rp. 36.000, bisa bervariasi ya tergantung kalian beli di mana. Produknya sendiri ternyata udah ada dari dulu dengan desain packaging yang berbeda.
Ingredients: Water, Petrolatum, Potassium Cocoyl Glycinate, Glycerin, Potassium Cocoate, Sodium Lauroamphoacetate, Acrylates Copolymer, Hydroxypropyl Starch Phosphate, Lauric Acid, Lauramidopropyl Betaine, Polybutene, Stearic Acid, Sodium Cocoyl Isethionate, Perfume, Sodium Chloride, Polyquaternium-6, Citric Acid, BHT, Tetrasodium EDTA, Coconut Acid, Sodium Isethionate, Magnesium Nitrate, Methylchloroisothiazolinone, Magnesium Chloride, Methylisothiazolinone.
Berdasarkan analisis dari Skincarisma, ada 3 bahan yang lumayan bikin aku 'tegang'. Pertama, ada Petrolatum yang ternyata bagus buat kulit berminyak kayak aku. Memang sih, ini karena produknya sendiri ditujukan buat kulit normal, sensitif, dan kering. Terus ada Lauric Acid, yang juga ga bagus buat kulit berminyak, bisa jadi trigger buat fungal acne, dan punya rate comedogenic di angka 4. Terakhir ada Citric Acid, yang kalo kadarnya terlalu banyak, juga ga bagus buat kulit yang sensitif. Cuma karena dia ada di urutan bawah-bawah jadi mungkin ga membahayakan.
Cara pakainya juga gampang ya, tinggal campurkan facial foam dengan air, buat busa pada tangan, pijat lembut pada wajah yang basah, bilas hingga bersih. Dan dia juga bisa digunakan setiap hari.
Nah, ini yang bikin aku agak kaget adalah tekstur sabunnya yang ga kayak sabun drugstore biasanya yang kaku kayak whipped cream. Face wash Dove yang ini teksturnya kayak lotion, mengalir dengan gampangnya di atas kulit walaupun belum dicampur sama air. Wanginya ga terlalu mengganggu dan ga noticeable. Cuma wangi sabun aja pada umumnya.
Jadi kayak yang udah aku tulis di atas, Dove sendiri mengklaim bahwa produk ini ditujukan buat orang-orang dengan tipe kulit normal, sensitif, atau kering. Basically, everything that I'm not, karena aku jenis kulit kombinasi cenderung berminyak. Dinamai 'Beauty Moisture' karena produk ini seharusnya memberikan kelembaban hingga dua kali lipatnya dan menutrisi kulit. Aku pun begitu coba pake face wash ini di malam hari, memang ngerasa dia bikin mukaku super duper lembut dan supple. Ga ada sensasi kesat atau kering ketarik yang biasa aku rasain di face wash drugstore biasa. Sayangnya buatku, face wash ini cuma enak buat pemakaian malam hari. Di pagi hari aku pake dia, mukaku langsung keringgg banget! Aku sampe kapok buat pake lagi.
-----
Pada akhirnya face wash ini kayaknya bakal aku preloved, karena sepertinya kulitku memang ga cinta dia :( Kulitku masih lebih cinta si COSRX dan susah banget pindah ke lain hati, haha! Ada yang pernah cobain face wash ini?
Berapa dari kalian yang mikir, apa sih gunanya face mist? Biasa dijual di tabung-tabung spray, pas disemprot rasanya kayak air biasa, cuma agak dingin. Tapi kok harganya mahal-mahal ya? Sebetulnya face mist itu gunanya apa sih?
Face mist jadi salah satu item yang makin lama makin banyak peminatnya dikarenakan kemudahan penggunaan dan kegunaan face mist yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh kulit. Face mist mudah dimasukkan ke dalam rutinitas skincare kita, di bagian mana aja, ga perlu pusing-pusing mikir 'Oh harus dipake sebelum moisturizer', atau 'Jangan disemprot di atas cream product'. Kebalikannya, face mist itu justru sangat versatile, makanya kenapa dia disukai sama banyak orang. Face mist memberikan dorongan yang cukup buat kulit kita supaya lebih terhidrasi, meningkatkan kondisi kesehatan kulit secara keseluruhan, dan pada dasarnya face mist akan selalu cocok untuk segala jenis tipe kulit. Selain itu juga wewangian yang biasanya ada di face mist bisa sekaligus jadi sensasi aromatherapy buat kita, menyenangkan banget kan?
Jadi beberapa hari yang lalu aku lagi lihat-lihat Instagram Story dan notice sesuatu yang agak menggoda keimanan hati dan dompet haha. Jadi Kak Vania ini emang udah sering ngeshare soal face mist, dia pernah ngeracunin soal Evoluderm dan waktu itupun aku udah penasaran pengen cobain Evoluderm, cuma kok yang dijual di Guardian Jogja sini mahal-mahal, padahal yang distory sama Kak Vania murah huhuhu. Kali ini racun yang dikeluarkan adalah face mist dari Uriage, yaitu Uriage Thermal Water.
Pasti pada bingung kan thermal water itu apa sih? Jadi pada dasarnya thermal water itu jenis air yang berada jauh di bawah tanah dan mengandung bahan-bahan yang menyembuhkan dan terbebas dari bakteri dan polusi. Thermal water ini murni dan kayak akan garam mineral, iodine, dan CO2, sehingga thermal water dikenal karena sifat terapeutiknya. Thermal water pertama kali digunakan oleh dokter untuk mengobati kondisi kulit yang parah, tapi Uriage menggabungkan Uriage Thermal Water dengan berbagai bahan aktif yang sangat inovatif dari penelitian bioteknologi sehingga orang-orang dari semua jenis kulit bisa memperoleh manfaat dari thermal water. Cara pakainya pun gampang banget, tinggal disemprot aja kayak pake setting spray dan didiamkan sampe meresap dan kering.
Dari segi packaging, face mist Uriage ini sama aja kok kayak face mist lainnya. Dan yang aku suka adalah mistnya ini sifatnya continuous, jadi ga cuma dispray sekali sekali aja, tapi bisa sekali tekan gitu ke muka dia bakal terus nyemprot. Hemat tenaga dan yakin jadi lebih tersebar mistnya. Untuk harganya, Uriage ini lebih murah dibandingkan sama face mist sebangsanya kayak Evian, Bioderma, atau Avene. Ukuran paling kecilnya ini di Watson cuma Rp. 69.000 aja. Kebetulan pas Kak Vania ngeshare di Instagram itu juga Uriage lagi diskon 50%, jadi aku dapet ini setengah harga. Sengaja beli yang kecil dulu karena mau lihat efeknya, dan nyesel kenapa ga beli yang lebih gede lagi karena ternyata face mist itu menyenangkan sekali :")
Dikutip dari website Uriage:
Born in the heart of the French Alps, the Uriage Thermal Water has flowed for 75 years through the rocks. As the seasons pass by, it gets enriched with minerals and trace elements.
Uriage mengklaim kalo Uriage Thermal Water ini adalah protective water yang menenangkan dan melembabkan, kayak akan mineral yang memperkuat skin barrier. Slogannya sendiri udah jelas banget, 'Hydrates, soothes, protects'. Dan selain sebagai face mist juga dia bisa dipake sebagai setting spray buat ngeset make-up kita. Sebetulnya masih banyak juga kegunaanya karena face mist ini bener-bener versatile bisa dipake di mana dan kapan aja, kalian bisa cek lengkapnya di sini. Berkat konsentrasi tinggi garam mineral yang mirip sama NMF (Natural Moisturizing Factors) kulit, manfaat pelembab yang ditawarkan face mist ini unik. Dia juga menenangkan kulit sensitif, berkat kandungan kalsium dan magnesiumnya yang tinggi. Terakhir, sebagai proteksi, silikon memperkuat lapisan hidrolipid kulit. Ini juga membantu memulihkan skin barrier, berkat garam mineral.
-----
Overall, walaupun ini face mist pertamaku, tapi ini ga bakal jadi face mist terakhirku. Aku bahkan berencana buat nabung biar bisa beli yang ukurannya lebih besar lagi. Cuma kalo untuk dibawa kemana-mana sih ukurang kecilnya udah pas banget. Karena ga berat, dan ga menuh-menuhin tas. Siap disemprot kapan aja kalo muka udah rasanya kusut dan kumel butuh penyegaran.
Salah satu pertanyaan yang sering banget mampir di DM Instagram @beautywithdummy adalah 'kak, mana buktinya produk ini beneran bagus'. Oke, mungkin ga se-eksplisit itu ya hahaha, tapi memang beneran ada banyak pertanyaan dengan nada serupa dari orang-orang yang seolah-olah nagih janji dari produk yang udah aku review. Belajar dari Kak Kinan dan Hasya yang notabenenya termasuk reviewer dengan kredibilitas tinggi meskipun mereka ga pernah nunjukin muka atau progress kulit sama sekali, aku sempat urung buat nunjukin muka di Instagram. Tapi kemudian ngelihat asiknya Kak Vania yang ga pernah absen buat bikin skin update once in a while, dan Muti yang juga rajin bikin video pas dia maskeran atau berskincare ria, lagi-lagi menggoda aku buat bikin skin update juga. Jadi kalo misal kalian ketemua reviewer yang menolak buat ngasih tunjuk muka, ga selalu karena mereka takut dikira bohong ya guys ahahaha. Semuanya balik ke preferensi masing-masing, dan kita harus hargai itu.
Sebetulnya ini udah pernah aku post di Instagram juga, cuma I was thinking buat ngeshare di blog sekalian biar ke depannya semakin rajin buat dokumentasiin kulitku karena let's be honest, kita suka ngerasa muka kita gitu-gitu aja walaupun rasanya udah nemplokin skincare segunung kan? Karena itu juga yang aku rasain. Kemungkinannya ya karena setiap hari kita lihat muka kita di cermin, jadinya terlalu familiar sama muka dan susah notice perubahan kecil, padahal kan kulit kita membaik juga ga langsung terjadi dalam satu malam. Makanya kenapa mendokumentasikan kulit setiap rentang waktu tertentu itu penting buat diri sendiri, biar tahu sebetulnya gimana sih progress kulit kita setelah dikasih treatment ini dan itu.
Jadi beberapa waktu lalu, tepatnya pertengahan tahun 2018 aku sempet travelling ke Bali. Sepulangnya dari Bali, tiba-tiba alisku ditumbuhi sama jerawat, full! Hal itu bikin aku bener-bener sedih karena selama ini aku termasuk orang yang ga gampang jerawatan. Pun kalo jerawatan, cuma 1-2 jerawat muncul dan 3 hari kemudian langsung kering. Sampe sekarang masih jadi misteri kenapa alisku bisa dipenuhin jerawat. Spekulasi dari aku yang ga bersihin alis dengan benar, pensil alis yang kadaluarsa, bakteri, atau salah makan. Akhirnya aku puasa ngalis, bener-bener jaga supaya alis ga kotor. Perlu diinget, waktu itu aku belum kenal double-cleansing.
Waktu ngerasa aku harus mulai serius jaga kulit, aku memutuskan beli face oil dari Purivera Botanicals. Sempet membaik, tapi lama kelamaan ga ada progress lagi dan jadi gitu-gitu aja. Aku ganti sabun mukaku dari Senka ke COSRX Low pH, karena teriming-iming review orang-orang yang bilang COSRX Low pH bagus untuk bruntusan. Dan beneran deh, habis ganti face wash langsung perlahan-lahan jerawat mulai bisa diredam. Dan habis aku pelajari lebih lanjut memang ternyata sabun muka Senka itu ga bagus buat kulit. Sampe sekarang untuk cuci muka aku pake COSRX buat pagi dan malem, dan senang sekali karena hasilnya memang nyata :")
Nah, kalo yang di daerah pipi beda lagi ceritanya. Dulu aku kalo jerawatan dan kering biasanya ga meninggalkan bekas sama sekali. Entah kenapa lagi-lagi sejak pulang dari Bali itu selain aku jadi gampang jerawatan, jerawatku yang kering jadi gampang membekas juga. Begitu tahu apa aja yang harus aku lakuin buat mengatasi jerawat biar cepat kering, aku mulai cari cara buat ngehandle bekasnya. So far aku cuma mulai rajin pake sunscreen karena dulu aku sama sekali ga pernah pake. Sunscreen sangat membantu buat mengurangi bekas jerawat makin menghitam karena terpapar sinar UV, jadi step pertama ya rajin pake sunscreen bahkan walaupun aku stay indoor seharian. Kedua, aku mulai cobain serum, dan pilihan pertamaku jatuh sama The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1%. Selain mengurangi flek bekas jerawat, The Ordinary juga membantu mengecilkan tampilan pori-pori dan meregulasi produksi sebum. Dan ternyata hasilnya juga cukup memuaskan!
-----
Kalo ditanya lagi, sekarang masih jerawatan apa engga alisnya, masih kok. Tapi udah ga penuh sealis kayak dulu, biasanya muncul kalo pola makanku mulai jelek lagi, kalo aku males bersihin muka, atau mulai iseng pegang-pegang jerawat pake tangan ga bersih. Intinya jerawat yang muncul ya balik jadi normal lagi, ga segila dulu. Semuanya butuh waktu, dan banyak faktor yang berpengaruh. Jadi memang progress kulit ga bisa digeneralisasi. Bisa aja dengan step yang sama, kulit aku dan kamu bisa beda hasilnya. Either way, selalu nikmati prosesnya hehe. Skincare should always be fun!
Aku cinta waktu mandi, siapa yang samaan? Mandi tuh salah satu aktivitas rohani di mana aku bisa pamper myself, rileksasi setelah seharian berurusan kesana kemari. Di Indonesia pasti udah ga asing lagi kan sama kata 'lulur', kalo di luar negeri nama kerennya body scrub #eaaa. Aku cinta banget luluran, soalnya aku gampang berkeringat dan intens beraktivitas di luar ruangan berjam-jam setiap harinya, jadi seeggaknya 2 kali semingu wajib banget buat aku luluran dan scrubbing badan buat memastikan kulitku tetap halus dan ga berdaki #ew. Karena luluran juga bakal membantu lotion atau sunscreen badan menyerap lebih mudah!
Beberapa bulan yang lalu, Lulur Madu by Ibu Soraya lagi jadi omongan hangat di beauty community Indonesia, terutama di Instagram. Aku udah lihat reviewnya seliweran dari akun a b c d e dan penasaran banget, tumben lulur badan bisa sampe se-hype ini. Akhirnya waktu main ke Watson, aku lihat Lulur Madu nangkring di rak dan spontan langsung heboh, kayak lagi ketemu artis aja hahaha. Dan dengan sigapnya langsung aku beli tanpa babibu walaupun lulur di kosan juga belum habis :")
Untuk ukurannya sendiri, dia terkesan hampir sama kayak lulurnya Purbasari. Tapi dari segi berat produk, Lulur Madu ini jauh lebih berat dari kebanyakan produk lulur yang udah aku cobain. Dengan berat hampir 3 kalinya lulur pada umumnya, Lulur Madu ini dibandrol dengan harga Rp. 70.000 dengan berat produk 120gr untuk yang varian Olive & Honey, sementara untuk varian yang Whitening, dibandrol seharga Rp. 50.000. Memang lebih mahal kalo dibandingin sama lulur yang biasa ada di pasaran, tapi aku yakin isi sebanyak ini pasti tahan buat pemakaian jangka waktu lama. Dia juga ga sulit untuk dicari, karena selain kalian bisa beli langsung di website Lulur Madunya, Watson juga udah menjual Lulur Madu dengan varian lengkap, terutama Watson di kota-kota besar.
Tekstur dari Lulur Madu bisa dibilang ga seperti lulur biasanya, karena di butiran scrubnya terbuat dari beras ketan, dan itu lumayan besar butirannya jadi terasa banget di kulit kalo digosok agak ada sensasi 'digores'. Baunya sendiri ga ada hint madunya sama sekali, lebih dominan bau olive-nya, ya kayak lulur tradisional pada umumnya aja, jadi ga bakal terkesan asing di hidung kita orang Indonesia kok, hahaha.
Ingredients: honey, olive oil, rice, glycerin, emulsifier, natural AHA, nipagin, nipasol, BHT, demineral water, dan fragrance—yang ga disebutin fragrancenya apa.
Dari Lulur Madu sendiri anjuran pakainya udah ditulis kalo badan harus dibasahi dulu, baru lulurnya diaplikasikan ke badan sambil diurut perlahan. Biarkan beberapa menit (lebih lama lebih baik), habis itu dibilas dengan waslap dan air hangat sambil diusap perlahan. LM menyarankan lulurnya dipake 2 sampe 3 kali aja seminggu.
Sebelum bahas efeknya di kulitku, aku mau cantumin klaim dari si Lulur Madu ini:
Dengan tekstur yang lumayan harsh, aku menyarankan lulur ini dipake waktu badan dalam kondisi basah. Seperti yang kalian tahu kan kebanyakan lulur di sini dipake waktu kulit kering, biar sekalian peeling daki dan kulit mati lainnya. Tapi Lulur Madu ini fungsinya sendiri bukan ke arah peeling. Menurutku, entah kenapa ya, dengan butiran scrub sebesar itu, dia ga efisien buat peeling karena terlalu kasar malah bisa melukai kulit, mungkin karena lulurnya terlalu basah juga jadi ga kuat buat peeling. Jadi kalo temen-temen suka sama lulur yang bisa bikin daki-daki rontok, sadly, Lulur Madu ini ga terlalu aku sarankan. Tapiii, here's what I love; sikutku kan sempet kering banget, saking keringnya mereka sampe ga bisa halus bahkan setelah aku pakein lotion, sampe sampe kulitnya ngelupas. Bisa jadi efek dari sabun badanku yang terlalu bikin kering. Tapi habis aku mulai rajin pake Lulur Madu, sikutku jadi lebih halus, sehat, dan lembut. Now my bath time becomes even far more enjoyable because I get to nourish my skin.
FYI, kalo kata LM sendiri, lulur ini juga aman dipake di area muka sebagai masker, tapi aku pribadi ga terlalu suka. Wakut itu pernah aku cobain sekali dan malah ada sensasi clekit clekit gitu. Untungnya besoknya ga tumbuh jerawat atau jadi bruntusan. Katanya sih memang efeknya bisa seperti itu, tanda kalo produknya lagi bekerja. Tapi aku prefer pemakaian yang ga memberikan rasa sakit sih.
Jadi Lulur Madu ini lebih aku rekomendasikan buat temen-temen yang kulitnya dull, udah ga elastis, dan butuh hydration. So far, untuk bagian klaim kulit jadi lebih cerah, masih belum aku rasain apalagi di bagian tangan yang belang karena jam tangan juga dia masih belang-belang aja. Tapi aku bukan tipe yang pusing soal warna kulit sih, lebih ke fungsinya yang bikin halus dan lembut aja aku udah seneng.
Dari Lulur Madu sendiri anjuran pakainya udah ditulis kalo badan harus dibasahi dulu, baru lulurnya diaplikasikan ke badan sambil diurut perlahan. Biarkan beberapa menit (lebih lama lebih baik), habis itu dibilas dengan waslap dan air hangat sambil diusap perlahan. LM menyarankan lulurnya dipake 2 sampe 3 kali aja seminggu.
- Membantu pengelupasan kulit secara alami, juga mempercepat regenerasi kulit sehingga membuat kulit tampak lebih cerah, putih, bersih, dan segar
- Merangsang produksi protein collagen dan elastin, sehingga mengurangi kerutan pada kulit wajah, juga membantu memperbaiki tekstur kulit yang kasar menjadi lebih halus, serta mampu mengatasi pigmentasi (flek hitam)
Dengan tekstur yang lumayan harsh, aku menyarankan lulur ini dipake waktu badan dalam kondisi basah. Seperti yang kalian tahu kan kebanyakan lulur di sini dipake waktu kulit kering, biar sekalian peeling daki dan kulit mati lainnya. Tapi Lulur Madu ini fungsinya sendiri bukan ke arah peeling. Menurutku, entah kenapa ya, dengan butiran scrub sebesar itu, dia ga efisien buat peeling karena terlalu kasar malah bisa melukai kulit, mungkin karena lulurnya terlalu basah juga jadi ga kuat buat peeling. Jadi kalo temen-temen suka sama lulur yang bisa bikin daki-daki rontok, sadly, Lulur Madu ini ga terlalu aku sarankan. Tapiii, here's what I love; sikutku kan sempet kering banget, saking keringnya mereka sampe ga bisa halus bahkan setelah aku pakein lotion, sampe sampe kulitnya ngelupas. Bisa jadi efek dari sabun badanku yang terlalu bikin kering. Tapi habis aku mulai rajin pake Lulur Madu, sikutku jadi lebih halus, sehat, dan lembut. Now my bath time becomes even far more enjoyable because I get to nourish my skin.
FYI, kalo kata LM sendiri, lulur ini juga aman dipake di area muka sebagai masker, tapi aku pribadi ga terlalu suka. Wakut itu pernah aku cobain sekali dan malah ada sensasi clekit clekit gitu. Untungnya besoknya ga tumbuh jerawat atau jadi bruntusan. Katanya sih memang efeknya bisa seperti itu, tanda kalo produknya lagi bekerja. Tapi aku prefer pemakaian yang ga memberikan rasa sakit sih.
-----
Jadi Lulur Madu ini lebih aku rekomendasikan buat temen-temen yang kulitnya dull, udah ga elastis, dan butuh hydration. So far, untuk bagian klaim kulit jadi lebih cerah, masih belum aku rasain apalagi di bagian tangan yang belang karena jam tangan juga dia masih belang-belang aja. Tapi aku bukan tipe yang pusing soal warna kulit sih, lebih ke fungsinya yang bikin halus dan lembut aja aku udah seneng.
*giggles*
Hihi, ga pernah sekalipun SOCOBOX bisa bikin aku diem. Aku pasti bakal kesengsem sendiri selama beberapa hari ke depan. Ya siapa sih yang ga suka nerima paket? Salah satu alasan kenapa aku doyan banget belanja online karena waktu terima paket tuh rasanya kayak dapet hadiah dari diri sendiri cielah.
Sebelumnya aku mau cerita dulu gimana perjalanan bisa dapet SOCOBOXxDove ini. Jadi terakhir itu kan aku dapet SOCOBOX yang isinya dua produk barunya L'Oreal (belum baca? Klik di sini!). Habis itu aku udah mikir buat rehat sejenak dari dunia kejar-kejaran SOCOBOX karena cuapek tenan harus ngereview terus-terusan, apalagi habis dikecewakan ga dapet mega-SOCOBOX 2018 kemarin :") Tiba-tibaaa, Sociolla update lagi, bilang kalo ada kolaborasi antara SOCOBOX kali ini sama Dove, dan di situ ditulis jelas yang bisa ikut minimal level Beauty Clique-nya udah sampe level Red kalo ga salah. Dan kebetulan aku memang ada di level Red. Akhirnya aku buka lah SOCO.ID, dan isi form segala macem because eh, I've got nothing to lose. Aku hampir ga pernah pake produk dari Dove sih, so this is a great chance to make me fall in love with the brand.
Daaan ini sempet drama lho karena ternyata pas aku dapet email konfirmasi dari SOCO kalo aku menang, aku masih di Jogja dan aku kirim lah ke alamat di Jogja. Ternyata di tanggal pengirimannya, aku udah balik Bekasi. Jadi paketnya sampe di Jogja, terpaksa aku minta temenku buat kirimin balik ke Bekasi hahaha.
Dove Sakura Facewash - Dove Ultimate Repair Deodorant - Dove Hair Growth Ritual Creambath
Now that the package is here, inilah produk-produk yang aku dapet di SOCOBOX kali ini! Jujur, aku baru tahu kalo Dove itu ngeluarin produk face wash ya di sini ini. Sebelumnya aku cuma pernah lihat shampoo dan conditioner, sabun batangan, sama deodorant aja. Makanya aku paling excited sama sabun mukanya! Aku seneng nyobain sabun muka, karena sekarang ini aku cuma punya sabun muka andalan tuh satu, si COSRX Low pH Good Morning Gel Cleanser, dan dia kan agak pricey ya, di atas Rp. 100.000, jadi kalo misal lagi bokek gitu dan sabun muka lagi habis, baiknya aku punya alternatif lain. Untuk deodorant aku juga cukup penasaran, karena dia katanya mengandung vitamin B3, dan jenis vitamin B3 yang aku tahu itu niacinamide, vitamin yang saat ini lagi aku pake juga sebagai serum. Klaimnya lumayan menggiurkan nih buat si deodorant, jadi we'll see lah ya.
Katanya sih untuk produk deodorant-nya masih terbilang baru, cuma aku penasaran dari kalian sendiri ada yang udah pernah cobain salah satu produk di atas belum? Share dong di kolom komentar!
Wah, ga kerasa Januari udah selesai guys! :") Baru kemarin tahun baruan, tiba-tiba Januari udah selesai aja. Gimana kabar kalian? Gimana resolusinya? Udah mulai ada yang dicicil apa berubah pikiran nih? :p Anyway, hari ini aku mau ngobrol soal beauty haul untuk bulan Januari ini. Belanja skincare dan make-up tuh therapeutic banget deh, sumpah. Perhaps it has something to do with shopping in general hahaha. Aku orangnya termasuk konsumtif, dan selalu ngerasa belanja atau buang-buang uang tuh bikin emosi aku lebih gampang ditata. Bukan kebiasaan yang baik memang, tapi emang belanja tuh, ugh... menyenangkan banget!
Untuk beauty haul bulan ini didominasi sama sheet mask. Aku sendiri kaget karena aku bukan orang yang rajin pake sheet mask sebetulnya. Dan buat sebagian (atau kebanyakan?) orang, sheet mask itu buang-buang uang banget :") Soalnya harganya bisa lebih dari Rp. 50.000, tapi cuma bisa dipake sekali doang. Ambil contoh, beberapa masker SNP, Dr. Jart, dan Dr. Schatz yang satu pack bisa sampe ratusan ribu. Nah, udah tahu sheet mask itu mahal, itulah kenapa aku sebisa mungkin beli mereka ketika mereka lagi diskon! Kan lumayan tuh buat nyetok hahaha. Lagian sheet mask masa expirednya terhitung lama kok, asal kita jeli aja buat ngecekin satu-satu.
Nah, jadi apa aja sih yang aku udah beli selama bulan Januari ini:
💸 Dari sheet mask, ada beberapa: Mediheal H.D.P Pore-stamping, dua dari Holika Holika yang varian Lemon dan Damask Rose karena selama ini belum sempet nyobain, terus ada dua lagi dar Pond's yang Tone-up mask varian milk dan honey (ini juga penasaran buanget karena udah direview banyak teman-teman beauty blogger), dan yang terakhir dari SNP, ini baru banget aku cobain sheet mask dari SNP, kebetulan yang varian ini lebih murah dari yang versi charcoal-charcoalnya hahaha. Kalo kalian inget sempet booming masker mirip muka binatang tuh ya dari SNP ini!
💸 Aku juga sempet beli cotton pad-nya Watson, karena waktu itu mereka lagi promo buy 1 get 1, jadi dengan harga Rp. 20.000 aja aku udah dapet 2 box cotton pad. Biasanya buat kapas pembersih muka sih aku ga banyak neko-neko ya, biasa pake yang merk Selection. Tapi nanti aku review juga deh di blog biar afdol hihi
💸 Biore Pore Pack hitam dan cherry blossom. Yang hitam beli karena ternyata varian cherry blossom ga terlalu kuat ngangkat komedoku. Ini salah satu kewajiban beli karena kemarin kan aku lagi ngereview si Skin Game Pore Rescue mask, jadi wajib punya pore pack
💸 The Ordinary Niacinamide 10% + Zinc 1%! Akhirnyaaaa, item yang udah aku impi-impikan diskon juga! Udah lama ngincer si Niacinamide ini, cuma dulu kan masih belum terlalu ngerti skincare jadi masih maju mundur aja. Habis research sana sini, dan pas banget ini aku beli di Shopee-nya @tokobeautybank, dan ternyata mereka lagi diskon dari Rp. 190.000 jadi Rp. 110.000! Untuk sekarang reviewnya si TO Niacinamide ini menunggu kalo ga 3 bulan, ya sampe botolnya habis lah ya, biar jelas gitu efeknya di muka aku apa
💸 Dari Miniso aku sempet beli dua item; parfum Champagne Lady dan rubber brushnya. Rubber brush juga salah satu properti yang aku butuhkan buat bersihin muka in general, karena biasanya aku pake cleansing brushnya Jacquelle, tapi karena yang Jacquelle aku tinggal di Jogja jadi aku beli baru di Miniso. Parfumnya Miniso ternyata oke oke lho! Ah, tapi reviewnya aku simpen buat postingan berikutnya ya ;)
-----
Oke deh, segitu aja dulu beauty haul bulan Januari aku, aku ga tahu apa bulan depan bisa beauty haul lagi dan ini akan jadi sebuah series yang nangkring langganan aku bahas di blog.
Kamu sendiri gimana? Ada yang ikut no-buy challenge juga ga? Berhasil apa gagal nih? Share dong apa aja yang kamu beli di bulan Januari kemarin!
Subscribe to:
Posts (Atom)
Social Icons